Cap 12

130 23 10
                                    

Carola hampir menyelesaikan baju untuk Camilo, dia keluar dari kamar, bosan menghabiskan setengah harinya di dalam kamar.

Carola hendak turun ke arah halaman belakang, namun saat keluar dari kamarnya dari atas dia melihat Camilo yang sedang memanggil-manggil Mirabel.

"Mirabellll! Mira- blbbehlb- huf, MIrABel!" Kepala dan tangan Camilo berubah menjadi sosok bayi, terlihat lucu bagi Carola.

Carola berjalan menuruni tangga, ketika sampai di depan tangga sebelum kakinya hendak melangkah dia melihat ke arah kanan, matanya menangkap Mirabel sedang mengobrol dengan Bruno.

Carola berjalan ke arah Mirabel, namun sepertinya dia tidak sadar, Carola berjongkok tepat di belakang Bruno.

"Mira" Bruno memanggil Mirabel yang sedang mengoceh.

"Mira" sebuah kata dari Carola membuat Bruno yang hendak memanggil Mirabel lagi menjadi terkejut dan mundur ke arah Mirabel.

"AKHH! Hish! Ola, kau membuat ku terkejut!" Mirabel yang tadi nya mengoceh menjadi emosi dengan kedatangan Carola yang sukses membuat dia terkejut.

"Hahaha, maaf, hola Tio" Carola tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Bruno.

"Mira, siapa dia?" Bruno berbisik kepada Mirabel, sosok asing yang belum pernah dia temui secara langsung di rumah ini.

"Dia Carola, apa Tio tahu, dia mempunyai bakat juga" Mirabel dengan nada antusias nya memegang tangan Bruno.

"Apa bakatnya?"

"Akting! Bukan kah itu luar biasa?" Mirabel semakin bersemangat.

"Mira, jika kau tidak ingin ketahuan lebih baik kau turunkan suara mu" Carola mengingatkan.

"Ah, iya, maaf"

"Kau, itu kau! Jika di perhatikan lagi pada vision ku, ada seorang wanita yang bercermin di salah satu balkon kamar, ekspresi wajah nya dengan cermin yang ada di hadapan nya sangat bertolak belakang" Bruno mengeluarkan vision nya, menunjukkan nya pada mereka berdua.

Namun Carola tidak mendengarkan, dia fokus pada Bruno dan poncho milik nya.

"Tio, maaf, bisa kau pakai tudung pada pocho mu?" Carola meminta sesuatu yang tidak terduga.

"Oke, seperti ini?" Bruno memakai tudung nya.

"Dan sedikit menghadap kebelakang?" Carola memutar jarinya.

"Okay" Bruno hanya menurut.

"Itu kau, laki-laki yang aku lihat" Carola terlihat biasa saja.

"Maksud mu?" Mirabel bertanya pada Carola.

"Tio Bruno adalah laki-laki yang aku lihat pada tengah malam di hari pemberian bakat Antonio, yang mana hari pertama aku datang di rumah ini, itu kau kan Tio? Orang yang mengambil makanan secara diam-diam di dapur" Carola memasang muka datar dengan senyuman.

"Ah, iya, i-itu aku" Bruno agak menunduk dan mengelus tengkuk nya sendiri.

"Oke sekarang aku harus pergi" Bruno menggeser pot yang ada di sebelah Carola.

"Ha? Kau tidak ikut?" Mirabel terlihat agak kecewa.

"Ini vision mu Mirabel, bukan milik ku" dengan jari memutar, Bruno perlahan berdiri.

"Kau takut abuela akan melihat mu" celetuk Mirabel lagi.

"Iya, maksudku itu juga" Bruno membuka lukisan yang ada tepat di sebelah kamar Dolores.

"Hey, setelah kau selamatkan keajaiban, datanglah berkunjung"

"Setelah aku selamatkan keajaiban, aku akan membawa mu pulang" ucap Mirabel dengan mata penuh keyakinan.

"Oh, dan kau Ola, kemari sebentar"

Carola berdiri dari tempatnya semula, berjalan menghampiri Bruno yang sepertinya ingin membisikkan sesuatu.

"Apa kau yang menangis hampir setiap malam?" Ucap Bruno dengan wajah khawatir dan bertanya-tanya.

"Iya, itu aku, apakah mengganggu? Kalau iya, aku akan coba untuk tidak sekeras itu" Carola tersenyum ke arah Bruno sambil menunggu jawaban.

"Hey, dengar nak, kalau kau memiliki masalah aku yakin seseorang akan datang mendengarkan mu, karna kau anak yang baik" Bruno mengelus kepala Carola.

"Terima kasih Tio" Carola tersenyum kembali.

"Oke, aku harus pergi, bye" Bruno masuk ke balik lukisan tersebut dan menghilang.

"Oke Mirabel, mungkin ini saat nya kau menjelaskan semua... Nya" Carola menengok ke belakang, melihat ke arah Mirabel, dan pada saat itu Mirabel sudah tidak disana.

"Bagus dia sudah menghilang saat aku tidak melihatnya" Carola memasang muka datar, kebiasaan buruk Mirabel adalah bisa menghilang tanpa di sadari.

"Ku mohon, ini menyakitkan"

'kedengaran nya seseorang memiliki masalah' Carola menempelkan telinganya pada pintu kamar Dolores, karena memang itu kamar terdekat dari sana.

"Berhenti, aku tidak kuat, terlalu banyak suara" Dolores terdengar sangat kesakitan dengan suara-suara di sekitarnya.

"Dolores, aku masuk" Carola masuk ke dalam kamar Dolores, melihat Dolores yang sedang duduk di sebelah kasur sembari menutup telinga nya.

"Dolores" Carola duduk di sebelahnya, memegang pundaknya.

"Carola, tolong, terlalu banyak suara, telinga ku, sangat sakit" Dolores menangis menahan semua suara yang datang secara bersamaan.

"Sebentar" Carola lari keluar, dan kembali lagi membawa suatu benda.

"Carola tolong, aku tidak kuat lagi" Dolores terus menekan telinganya menggunakan kedua tangan nya.

'set'

Dolores terdiam beberapa saat, mendengarkan musik dari benda yang di taruh pada telinga nya.

"AKH, Ola, suara itu tetap terdengar!" Dolores menangis lagi.

"Stt" Carola menutup mulut Dolores dan menunjuk ke arah telinga nya.

"Fokus" Carola menatap mata Dolores, keseriusan nya saat ini mampu membuat siapa pun menurut padanya.

Dolores menghembuskan nafasnya, menutup matanya, dan terfokus pada dentuman musik klasik.

"Ini nama nya headset, ini akan membantu mu meredam suara, kalau kau merasa sakit lagi pakai lah ini, dan jangan naikkan volume nya, atau itu akan menyakiti mu" Carola tersenyum melihat Dolores yang sudah mulai tenang, dan menurunkan tangan nya dari headset yang di pakai Dolores.

"Oh Ola, kau benar-benar tahu bagaimana menenangkan orang yang sedang panik, atau membuat mereka merasa jauh lebih baik, aku bersyukur kita bisa bertemu" Dolores memeluk Carola.

"Hup, hahahaha, terima kasih untuk pujian nya, dan simpan saja headset itu untuk mu" Carola memeluk Dolores balik.

"Sekarang sudah sore Dolores, apa kau tidak ingin mandi? Atau keluar berjalan-jalan, dan pastikan headset itu jangan hilang, aku tidak memilikinya lagi"

"Aku ingin keluar saja" Dolores berdiri dan menarik tangan Carola agar ikut keluar bersamanya.

Mereka turun bersama, dan berpisah di lantai bawah.

"Maaf Dolores, aku ingin pergi ke arah situ, kau bisa pergi sendiri ke arah kota" Carola berlari ke belakang, meninggalkan Dolores begitu saja.

Carola sampai di halaman belakang, dia merasa tempat ini memiliki poin yang cukup bagus untuk melihat matahari di pagi hari.

"Sudah hampir malam, dan dua hari lagi, aku berulang tahun" Carola menatap langit yang berwarna jingga.

"Aku harap tahun ini tidak seperti tahun-tahun lalu, eugh, itu adalah mimpi buruk, setiap tahun nya" Carola berjalan ke kamar nya, menunggu malam datang, sambil melanjutkan hadiah Camilo.

___

See you next Capt!

Inside And Outside [Encanto Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang