II (cap 5)

84 10 9
                                    

"Milo, aku masuk" untuk beberapa hari mereka sepakat agar Carola yang menghampiri Camilo pada pagi hari.

"Milo" Carola jalan hingga ke tempat tidur Camilo.

"Hiks"

"Milo, ada apa?" Carola duduk di sebelah Camilo kemudian memeluknya.

"Ada apa sayang? Mengapa menangis?" Carola mengelus kepala Camilo di dalam pelukan nya.

"Aku tau kau sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja mi amor, tapi aku butuh dukungan mu, aku kehilangan diri ku lagi" Camilo merasa tidak enak pada Carola, tapi daripada dia merasa semakin jauh kehilangan dirinya, sebaiknya dia segera menceritakan nya.

"Milo, ceritakan" Carola dengan sabar mengurus Camilo yang sering sekali menyusahkan dirinya, tapi dia tidak pernah merasa keberatan sekali pun.

"Aku lupa siapa diri ku setiap kali melihat cermin" Camilo terus mendekap Carola.

"Ya, aku melihat anak teater yang suka membuat orang tersenyum, anak baik yang menjaga ibu dan keluarga nya, anak manis yang tidak bisa di berikan komentar dalam hidupnya atau dia akan berusaha lebih keras lagi melebihi batas nya" Carola mendekap Camilo, Carola memandang pantulan dirinya pada cermin di hadapan nya.

"Tapi aku tidak melihatnya" Camilo ikut melihat ke arah cermin tersebut.

"Lihatlah kedalam, gunakan ini" Carola memegang dada kiri Camilo tepat dimana jantung nya berada.

"Aku terlihat sedikit berbeda dari biasanya" Camilo tetap mendekap Carola.

"Tidak sayang ku, kau adalah Camilo, bocah teater yang sangat aku cintai, lebih dari apa pun di dunia ini, maka dari itu jangan terlalu keras pada dirimu ya" Carola menyentuh sejenak ujung hidung Camilo.

"Kadang aku merasa lemah, dan lelah" Camilo melihat kebawah dengan tatapan sendu.

"Normal untuk merasa seperti itu, aku juga kadang merasa seperti itu, namun ketika hal itu sudah berlalu kau harus kembali bangkit dan menjadi dirimu lagi, jangan membohongi hati mu" Carola mengacak-acak rambut Camilo.

"Aku harap aku punya bakat seperti mu" Camilo mendelik ke atas, ke wajah Carola tepatnya.

"Tidak Milo, kau sempurna apa ada nya, hanya lakukan hal yang benar, dan jangan rugikan siapa pun termaksud dirimu sendiri" Carola mencium dahi Camilo, dan Carola menghapus air mata nya.

"Thanks mi vida, kau selalu tau apa yang ku butuhkan" Camilo mengencangkan pelukan nya pada Carola, dan kembali tersenyum.

"Hahaha! Geli Milo! Jangan bernafas di leher ku" Carola mendorong kepala Camilo menjauhinya.

Camilo yang iseng langsung mencium leher Carola tanpa aba-aba, entah apa maksudnya tapi Carola tidak terlalu menyukainya.

"Geli Milo! Lepaskan" Carola merengek pada Camilo sambil mendorong pundak Camilo dengan kuat.

"Aku rasa itu akan ada disana selama beberapa hari" Camilo tersenyum puas melihat hasil kiss Mark nya yang tertinggal pada leher Carola, tanda itu dapat terlihat dengan jelas oleh semua orang.

"Milo, apa yang kau?" Carola yang panik langsung mendorong Camilo, dia berdiri dan melihat tanda itu pada salah satu cermin disana.

"Milo! Bagaimana ini?! Aku tidak punya baju yang menutupi leher ku, ahh, bagaimana ini, Dolores tolong aku" Carola panik sampai-sampai ingin menangis.

"Biarkan saja semua orang melihatnya" Camilo memeluk Carola dari belakang, dan mencium Carola selama beberapa menit.

"Milo! Enteng sekali bicara mu, kau pikir mereka tidak akan berpikir hal yang aneh-aneh saat melihat ini?" Carola menunjuk pada lehernya sambil marah-marah ke sang pelaku.

Inside And Outside [Encanto Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang