Eps. 21

1.6K 164 11
                                    

"Sudah ku bilang aku tak mau makan!"

Pekikan dari dalam ruangan membuat langkah Felix dan Namjoon terburu memasukinya. Dilihatnya disana Irene yang terduduk diatas ranjang dengan tangan bersedekap dan muka tertekuk, pada dua orang perawat yang bertugas membawakannya makan malam sekaligus memberikan obat.

"Astaga, kau ini kenapa?!" Felix yang lebih dulu bersuara, Irene menatapnya tak suka, namun terkejut setelah mendapati kehadiran Namjoon juga disana.

"O-oppa?" gugu nya.

Felix merotasi mata, kalau sudah melihat Namjoon saja, tiba-tiba bisa berubah seperti anak anjing yang melihat tuannya. "Maaf, maafkan pasien gila ini. Kami akan mengurus makannya, terimakasih." ucap Felix penuh sesal pada dua orang perawat yang masih membeku di posisi mereka. Pria itu bahkan harus berkali-kali membungkuk sebagai ungkapan maaf.

Sepeninggal kedua perawat itu, Felix dengan segera menyusun meja di hadapan sang pasien. Menaruh nampan berisi makanan dengan kasar atasnya. Dia jengah, tentu saja. Mengurus artis yang satu itu lebih merepotkan daripada mengurusi anak TK yang jelewat aktif. "Bersikaplah lebih baik sebelum aku benar-benar mundur jadi manajer mu, wanita gila!" maki Felix tak tertahan.

"Mundur saja, sana. Cerewet!" sahut Irene tak mau kalah.

"Yak!-"

Tepukan di bahunya membuat Felix menelan makian yang telah tersusun di ujung lidah. Dia menoleh pada Namjoon yang hampir dilupakannya disana.

"Istirahat, Felix. Pergilah ke kantin dan makan sesuatu. Aku yakin kau bahkan tak memikirkan dirimu sendiri karena wanita ini." ucap Namjoon santai.

"Ah, hyung. Kau sungguh malaikat penyelamat." sahut Felix penuh haru. "Terimakasih! Aku akan segera kembali." finalnya sebelum berlalu dari ruang rawat tanpa mengindahkan sang pasien, dia hanya ingin cepat-cepat menggunakan waktu istirahatnya dengan baik.

Ditinggalkan berdua dengan Irene, Namjoon beralih padanya, menatap lekat wanita yang kini menunduk memainkan jemarinya di atas pangkuan. "Ada apa dengan mu?" tanya Namjoon, membuat Irene mengangkat kepala, membalas tatapannya. Namun wanita itu masih belum mengatakan apapun, sehingga Namjoon kembali bertanya. "Apa kau sengaja?"

"Oppa.." Irene terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Kau selalu saja seperti ini, ada apa dengan mu?" Namjoon tak memaki, namun ucapannya mampu menghujam sampai ke hati. Irene kembali menundukkan kepalanya, kini dia susah payah menahan air mata.

"Bisakah bersikap dewasa, Irene?" Namjoon kembali berucap.

Untuk sejenak hening, sampai Irene membuka mulutnya dan mulai berkata,
"Kenapa... Kenapa kau bertanya seolah hanya aku yang salah?" ucapnya lirih.

"Mwo?" Namjoon mengernyit.

"Kenapa hanya aku yang salah?" ulang Irene dengan begitu jelas, tatapannya dibawa kembali pada sosok jangkung yang menjulang di hadapan, tengah menatapnya tajam, "bukankah oppa juga bersalah padaku?"

"Aku?"

Kini Irene mengangkat sebelah sudut bibirnya, menyeringai, bahkan dengan matanya yang berkaca "lihat, kau bahkan tidak sadar kesalahan mu, ya?"

Namjoon hanya terdiam menyaksikan.

"Apa kau benar-benar tidak sadar posisi mu, oppa? Saat ini.. Kau sedang berada dalam hubungan bersamaku, lalu.. Tiba-tiba saja sekarang kau akan mencampakan ku sebab berniat kembali pada mantan istri mu. Apakah kau pikir itu bukan satu kesalahan, Kim Namjoon?"

"Hubungan apa yang kau bicarakan? Sejak awal aku tidak pernah setuju dengan hubungan yang kau dan ibuku selalu katakan." tegas Namjoon, dan tentu saja hal itu membuat Irene berang.

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang