Eps. 41

1K 111 14
                                    

⚠️ BLOOD
















Sunoo mendapatkan jadwal operasinya dua minggu lagi, Namjoon juga Seokjin mulai mengosongkan jadwal mereka beberapa hari sebelum dan setelah operasi itu. Mereka hanya akan fokus pada anak-anak mereka saat itu.

Namjoon sedang sibuk di ruang kerjanya saat sang asisten pribadi sekaligus sekretarisnya datang.

"Tuan Kim, ini beberapa berkas yang kau minta aku selesaikan untuk satu minggu ke depan, kau bisa mengeceknya terlebih dahulu, sekaligus dengan jadwal yang kau minta. Tolong kabari aku jika masih ada yang tidak sesuai, aku akan segera menyesuaikannya kembali."

Namjoon menghela nafas dia lelah, tapi juga sangat berterimakasih pada wanita pekerja keras itu, "terimakasih, Hwasa. Kau sangat membantuku." Ungkapnya tulus.

"Dengan senang hati, tuan. Aku mengenal Sunoo dengan baik, jadi aku akan melakukan apapun untuk mempermudah mu mengurus keluarga mu, aku berharap yang terbaik untuk anak manis itu." Ucapnya tak kalah tulus. Hwasa memang wanita berhati lembut di balik penampilannya yang selalu sensual dan banyak mengundang kritik.

Namun sejak awal bekerja dengan Hwasa, Namjoon tak pernah mempermasalahkannya. Penampilan adalah yang nomor dua, yang pertama adalah kualitas, dan Hwasa punya itu. Namjoon senang bekerja dengannya.

Namjoon mengulas senyum atas ungkapan hangat itu, merasa sedikit sendu dan haru. "Sekali lagi terimakasih, kau benar-benar sudah banyak membantuku."

Hwasa ikut tersenyum, mengangguk.

"Ah.. Tuan.."

"Hum?"

"Aku tidak mau merusak suasana, tapi.. Kau punya tamu yang mungkin tak di inginkan." Hwasa terdiam sebentar sebelum melanjutkan kabar yang dibawanya. "Di bawah ada nona Irene, dia bersikeras ingin menemui mu. Apa aku harus meminta keamanan mengusirnya?" Hwasa tidak bercanda, dia sungguh-sungguh. Sedikit banyak wanita itu tahu akan persoalan yang tengah Namjoon hadapi.

Namjoon terdiam kala nama itu disebut, kenapa telinganya mendadak gatal?

"Tidak apa, suruh masuk saja." Ucapnya membuat Hwasa sedikit terkejut.

"Tapi-"

"Ada hal yang kebetulan harus ku bicarakan dengannya, beruntung dia kemari, jadi aku tidak perlu mendatanginya." Namjoon tersenyum simpul, berharap sang sekretaris tak mengkhawatirkannya secara berlebihan, meski Namjoon selalu berterimakasih untuk itu.

Kini giliran Hwasa yang menghela nafas, "baiklah. Tolong jangan segan berteriak jikalau wanita itu macam-macam di sini."

Ucapan Hwasa membuat Namjoon terkekeh, meski tak pernah menceritakan masalah pribadinya secara detail, Hwasa mampu memahami situasi yang Namjoon hadapi dengan baik.

Selang beberapa menit setelah kepergian Hwasa, pintu besar itu kembali terbuka dan wanita yang sudah cukup lama tak Namjoon jumpai itu muncul dari sana.

Dia terlihat lebih kurus dari yang terakhir kali Namjoon ingat. Hanya melirik sebentar, Namjoon memilih memfokuskan atensinya pada pekerjaan yang sudah menunggu untuk diselesaikan.

"Ada apa, Joo Hyun-ssi?" Tanyanya tanpa minat, bahkan tanpa menatap.

Berbeda dengan Irene yang kini menatapnya lurus penuh penghakiman. Tampangnya yang kacau, lesu dan sedikit pucat itu sedikit banyak mengusik empati Namjoon.

"Kau sungguh-sungguh tak akan bertanggung jawab dengan bayi dalam kandunganku, oppa?" Lirihnya.

Namjoon menghela nafas, kini dirinya menatap wanita di seberangnya itu tepat di mata. "Duduk." Titahnya yang segera ditururti oleh Irene. Dia duduk di sofa tamu yang berseberangan dengan meja kerja Namjoon.

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang