Eps. 36

1.5K 178 8
                                    

Sunoo sedang berjalan seorang diri saat seseorang menyapanya di koridor sekolah.

"Ohayōgozaimasu, Sunoo-san?"

Oh, jelas Sunoo tahu suara riang siapa ini.

Pemuda itu memasang senyum sumringah dengan deretan giginya yang rapih, membuat Sunoo ikut tersenyum melihatnya.

"Selamat pagi, Riki-san?" Sahut Sunoo tak kalah riang.

"Tumben kamu sendirian? Dimana dua teman dekat mu itu? Biasanya mereka selalu menempel seperti bodyguard? Hehe."

Sunoo terkekeh, cara Riki bicara sangat kental dengan logat orang jepang yang penuh semangat.

"Masih terlalu pagi untuk mencari mereka, wae? Kamu merindukan nya?" Sunoo ikut terkekeh.

"Ani-ya. Tapi kalau merindukan mu, akan ku jawab iya. Hehe." Jawab Riki penuh percaya diri, membuat telinga Sunoo memerah.

Jongseong pernah bilang kalau dilihat dari tingkahnya setiap berada di dekat Sunoo, pemuda keturunan Jepang itu memang terlihat menaruh ketertarikan lebih padanya. Namun Sunoo selalu menepis pikiran itu agar tak berpikir terlalu jauh, dia tidak boleh terlalu percaya diri, kan? Jongseong dan pikiran bodohnya, apa yang harus di percaya?

Namun kemudian Sunoo sedikit heran melihat air wajah Riki yang tiba-tiba saja berubah saat menatapnya.

"Wae-yo?" Tanya Sunoo bingung.

"H-hidung mu.." Riki menunjuk takut-takut pada hidung Sunoo yang kini mengeluarkan darah.

Sunoo terkejut, refleks menyentuh hidungnya yang sudah basah. Ah, sial. Tidak lagi.

Riki buru-buru melepas tas punggung nya, merogoh sesuatu dari dalam benda berwarna navy itu. Tak lama kemudian memberikan sebuah sapu tangan pada Sunoo. "Pakai ini." Katanya, tak mampu menyembunyikan ke khawatiran. Bagaimana tidak, ini kali pertama Riki mendapati pemuda cantik itu seperti ini.

"T-terimakasih." Meski ragu, tapi Sunoo membutuhkannya. Dia tidak ingin darah dari hidungnya menetes ke seragam sekolah, ataupun mengotori lantai koridor pagi-pagi begini. "Aku harus ke kamar mandi." Ucap Sunoo yang segera berlalu, namun Riki bergerak mengikutinya.

"Biar ku antar."

"Tidak perlu, Riki."

"Ku mohon."

Oh, astaga. Jangan wajah seperti anak anjing itu.

"Baiklah. Tapi jangan memasang wajah seperti itu. Aku tidak akan mati." Agaknya guyonan Sunoo tak berarti, wajah Riki malah terlihat semakin ngeri.

Keduanya berlalu ke arah kamar mandi.















"Ya Tuhan! Kau yakin Sunoo baik-baik saja? Apa aku perlu ke sekolah?" Seokjin tengah berbicara dengan seseorang dari seberang panggilan ponselnya. Hoseok, baru saja memberitahu pria itu soal Sunoo.

Hoseok sedang mengantar Jake ke sekolah saat mengetahui bahwa anak dari sahabatnya itu kembali menunjukkan gejala dari penyakitnya.

"Tidak perlu, sudah. Tenang lah. Sunoo sudah baik-baik saja, dia sudah di rawat di ruang kesehatan sekolah. Jake dan Jay ada disana, juga... Seorang pemuda keturunan Jepang? Ku rasa. Mungkin teman mereka. Sudah, kau tenang, ne? Aku sudah bilang pada Jake untuk segera mengabari mu jika terjadi sesuatu lagi."

"Astaga, Hoseok-ssi. Aku tidak bisa tenang, aku khawatir pada anakku."

"Seokjin-ah, kau tidak percaya padaku? Atau sebaiknya kau huhungi Sunoo untuk memastikannya sendiri."

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang