Kim Sunoo hanya mampu menunduk ngeri saat kedua orang tua nya menatap dirinya dalam diam, diam yang menurut Sunoo lebih mengerikan daripada saat mereka mengomelinya. Bulu kuduk Sunoo bahkan tak bisa membantah itu.
"Sunoo mianhae.." Cicitnya, yang masih tak berani menatap orang tuanya. Soobin masih ada disana, hanya mampu mengamati dari sudut ruangan.
"Kenapa kamu melakukan itu?" Seokjin yang pada akhirnya buka suara lebih dulu, tatapannya lurus pada si bungsu. "Kamu membolos sekolah dan pergi menemui wanita itu, kenapa kamu begitu nekat, Kim Sunoo?"
Sunoo tak mampu menjawab, dia tahu ibu nya khawatir, dan dia tak mau mendebat nya.
"Sunoo, kesehatan dan pendidikan mu lebih penting, nak. Dirimu lebih penting dari apapun di hidup ku. Tolong.. Jangan lakukan hal seperti ini lagi." Seokjin berucap lirih di ujung kalimatnya. Tentu saja, sebagai orang tua, yang terpenting hanyalah anak-anaknya.
"Sunoo dengar mommy, son?" Kini Namjoon ikut bersuara, dan Sunoo menatap keduanya bergiliran sebelum mengangguk penuh rasa bersalah. "Sunoo percaya pada daddy, hum?" Namjoon bergerak mendekat pada putra bungsu nya.
Lagi, Sunoo mengangguki pertanyaan sang ayah.
"Kami tahu kamu begitu mengkhawatirkan mommy dan daddy, terimakasih. Tapi mommy mu benar, sayang. Dirimu jauh lebih penting dari apapun. Serahkan urusan Irene pada daddy, aku berjanji akan menyelesaikan ini dengan cepat. Dan kamu harus berjanji tidak akan ada lagi yang seperti hari ini? Oke?"
Sunoo kembali mengangguk, sebelum berkata, "maafkan Sunoo.."
Namjoon tersenyum menatap sang anak, kemudian pria itu melirik pada mantan suaminya yang masih terdiam. Tangan Namjoon bergerak untuk meraih dan menggenggam tangan Seokjin, yang perlahan membawa perhatian Seokjin kepadanya.
Seokjin mengangguk, mengerti. Sebelum masuk ke dalam ruang rawat Sunoo, Namjoon telah meminta Seokjin untuk tidak terlalu keras pada si bungsu, karena sekarang, kesehatan anak mereka adalah yang paling utama. Mereka tidak akan memperpanjang masalah hari ini selain soal tindakan yang akan mereka ambil kedepannya untuk pemulihan Sunoo.
Seokjin menatap Sunoo lebih lembut, mengusak kepala kesayangannya, "kamu harus berjanji untuk sembuh, bukankah kamu mau melihat mommy dan daddy menikah lagi?" Mata Seokjin berkaca-kaca saat mengatakannya, kalimat menyebalkan dokter sore tadi kembali berputar di kepalanya.
Tentu saja Sunoo terkejut, begitupuh Soobin yang sejak tadi asik mengamati ketiganya.
"Mwo?! Kalian akan menikah? Lagi?!" Kini Soobin berdiri dihadapan kedua orang tuanya.
Anggukkan dari Seokjin dan jawaban 'tentu saja' penuh keyakinan dari Namjoon membuat kedua anak mereka menangis bahagia.
Soobin menatap Sunoo dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia memeluk erat sang adik, keduanya menangis, yang mana membuat orang tua mereka ikut merasa haru, ikut memeluk anak-anak mereka dengan erat.
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa harapan muluk dua orang anak dengan hati yang terluka itu bisa menjadi nyata. Kini mereka percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kembali menebalnya rasa antar dua orang mantan, juga mungkin kesembuhan total untuk seorang pesakit kronis.
- Divorce -
"Jin? Kau oke?" Jaehwan, menghampiri artisnya yang nampak kurang baik beberapa hari belakangan.
"Ah, Ken? Ya, aku baik." Jawabnya sembari mengulas senyum tipis, sedikit canggung sebab merasa di pergoki saat dirinya tengah tak fokus.
Jaehwan ikut tersenyum, "ku dengar dari beberapa crew, anakmu kembali masuk rumah sakit?"
Seokjin meringis, "maaf jika aku terlihat tidak optimal untuk beberapa hari ini, sepertinya aku hanya sedikit lelah." Seokjin mengusap tengkuknya yang terasa kaku.
"Kau butuh libur?"
"Tidak, tidak. Justru aku ingin lebih cepat mengakhiri proses shooting disini agar bisa kembali ke kota. Aku harus bersiap untuk operasi Sunoo."
"Oh? Operasi?"
"Hum, lusa aku, Namjoon dan Soobin akan menjalani tes sum-sum tulang belakang, mencari siapa salah satu di antara kami yang akan cocok untuk menjadi pendonor Sunoo. Aku... Hanya ingin anak ku cepat sembuh, itu saja." Seokjin merenung di ujung kalimatnya.
Jaehwan menatap wajah sang artis yang menyendu, meski Jaehwan belum pernah menjadi orang tua, setidaknya, sedikit banyak dia mengerti kekhawatiran Seokjin.
"Aku tidak bisa membantu banyak, tapi aku harap Sunoo bisa membaik dengan operasi itu. Dia masih sangat muda. Dan, jika kau membutuhkan bantuan apapun, tolong beritahu aku." Jaehwan meraih tangan Seokjin dan menggenggamnya sebentar, sebatas memberikan keyakinan bahwa pria itu tak sendiri, jika mau, Seokjin bisa berlari padanya dan meminta apapun.
Seokjin menatap pria yang sempat mengutarakan rasa padanya itu, Seokjin tahu kalau Jaehwan adalah pria yang baik, Seokjin selalu merasa bersalah karena tak bisa memberikan sedikitpun kesempatan pada pria seperti Jaehwan.
"Terimakasih banyak." Sahut Seokjin yang mendadak merasa haru. Dia tidak boleh menangis sekarang.
Tanpa keduanya tahu bahwa, seseorang di seberang sana memperhatikan mereka sejak tadi. Tatapan dingin dan kesepian itu bak menuding ketidak adilan yang berpihak padanya.
"Bagaimanan, dokter?" Seokjin bertanya dengan gugup. Tangannya sejak tadi meremat tangan jemari Namjoon tanpa henti.
"Soobin adalah yang paling cocok untuk menjadi pendonor," Sahut sang dokter, kemudian dia menatap pemuda yang duduk di hadapannya, "apakah kau bersedia, nak?" Tanyanya dengan tatapan hangat, tak ingin membuat Soobin merasa terpaksa atau tertekan. Semua ini harus di lakukan secara suka rela.
Namjoon dan Seokjin bertukar pandang sebelum menatap pada putra sulung mereka, Soobin mengangguk mantap menatap pria berjas putih di hadapannya.
"Tentu saja aku bersedia. Apapun untuk saudaraku." Sahutnya tanpa ragu, dan saat itu juga Seokjin tak mampu lagi menahan air matanya. Dia menangis dalam pelukan Namjoon yang juga menahan dirinya agar tak ikut menangis.
Sang dokter menghela nafas, "kalau begitu, kita akan melakukan penjadwalan secepatnya untuk operasi. Tolong jaga kondisimu dengan baik, Soobin-ssi."
Pemuda itu kembali mengangguk, "tolong lakukan yang terbaik untuk Sunoo, dokter. Kami harus menyaksikan pernikahan orang tua kami bersama-sama." Ucapnya dengan mata berkaca dan senyum yang di ulas manis.
Seokjin semakin kencang menangis dalam pelukan Namjoon, kini dirinya harus lebih bersiap sebab kedua putra nya akan menjalani proses yang mengerikan bersamaan. Namun dirinya tak memiliki pilihan lain, dia hanya mampu berharap bahwa segalanya akan berjalan lancar.
Soobin menyadari keadaan orang tuanya, dia tertawa dengan air mata meleleh di pipinya, memeluk daddy dan mommy nya. "Kalian percaya padaku dan Sunoo, kan? Kami pasti bisa melewati ini." Ucapnya di tengah isak.
Seokjin mengangguk, mengecup kepala Soobin berulang-kali dan memeluknya erat. "Kami selalu mempercayai kalian, sayang. Maaf, dan terimakasih." Ucapnya susah payah.
Namjoon menengadahkan kepala dengan tangan yang masih memeluk kedua kesayangannya dengan begitu lekat. Matanya sudah memerah, dadanya pun sesak. Seandainya dulu dia tidak bercerai dengan Seokjin, mungkin anak-anaknya tidak perlu melalui masa-masa mengerikan seperti ini.
Menyadari banyaknya waktu yang terlewat dan banyaknya kesedihan yang disebabkan oleh berantakannya hubungan mereka, Namjoon tak pernah bisa berhenti menyalahkan diri. Di tengah rasa syukur bahwa dirinya bisa kembali memeluk keluarganya, Namjoon benar-benar berjanji bahwa dia tidak akan pernah lagi meninggalkan mereka, dirinya tak akan pernah lagi melukai kesayangannya. Namjoon harus segera menyelesaikan semua kekacauan ini.
Semoga masih nyambung ya di bacanya, aku berusaha namatin cerita ini secepatnya. - 🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorce
Fanfiction🎖 #1 - leeruby (Aug, 08 '21) 🎖 #1 - jhope (Mar, 01 '22) 🎖 #2 - txt (Feb, 08 '23) Mengapa mereka berpisah? Dan apakah mereka akan kembali bersama? Mana yang akan di pilih, Keluarga ataukah Ego? BXB MPREG 21+