"Seokjin, kenalkan ini Kim Namjoon. Calon suami mu." Sang ayah berkata santai, tak menyadari atau hanya pura-pura tak tahu bahwa mereka membuat sang anak begitu tertekan dengan perjodohan paksa yang akan tetap di laksanakan, dengan atau tanpa persetujuan kedua calon.
Seokjin diam saja, bahkan saat calon mertuanya saat itu banyak bersenda gurau bersama ayah dan ibunya. Seokjin melirik pada Namjoon yang juga tak terdengar suaranya sama sekali, hanya terlihat tersenyum atau mengangguk jika para orang tua bicara padanya.
Ini kali pertama mereka bertemu, Seokjin tak memungkiri betapa dirinya terpana, betapa sosok yang akan menjadi pendampingnya begitu mempesona. Garis rahang yang tegas, wajah penuh kharisma, proporsi tubuh sempurna, kulit tan yang halus.
Jika ditanya Seokjin suka atau tidak pada Namjoon saat itu, Seokjin akan menjawab bahwa itu adalah kali pertama dia mampu mengangumi seseorang di dalam hatinya di pertemuan pertama. Perasaan enggan yang sempat bercokol akibat label perjodohan perlahan mencair seiring waktu yang dihabiskannya bersama Namjoon, meski hanya sebatas formalitas yang kata para orang tua sebagai masa pendekatan keduanya.
Seokjin tak merasa ada yang salah dengan Namjoon selain dirinya tahu bahwa Namjoon sama terpaksa nya seperti dia di awal perjodohan ini. Namun Namjoon tak pernah menunjukannya terang-terangan, dia hanya terus bersikap baik dan biasa saja di depan Seokjin. Seakan perjodohan yang akan merubah seluruh jalan hidupnya itu bukanlah apa-apa.
"Namjoon?"
"Hum?"
"Apa kamu tidak akan menyesal menikah dengan ku?"
Namjoon terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "aku hanya ingin menjadi anak berbakti dengan menuruti orang tua ku. Yang mereka pilihkan untukku pasti yang terbaik, iya kan?"
"Tapi.. Aku merasa kalau kamu tidak bahagia dengan ini semua? Apa ini akan baik-baik saja?" Seokjin mencicit di ujung kalimatnya, ikut memikirkan kemungkinan-kemungkinan.
Namjoon menatap Seokjin lekat, "bagaimana dengan mu? Apa kamu tidak keberatan di jodohkan dengan ku?"
Kini pandangan Seokjin terlempar jauh ke ujung lautan yang mampu di jangkau pengelihatan mata, hari ini mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu basa-basi di pinggir pantai yang tak terlalu ramai.
"Awalnya aku tidak suka dengan keputusan orang tuaku, tentu saja. Aku merasa mereka hanya memanfaatkan ku untuk kelangsungan bisnis. Tapi.. Sama seperti mu, aku hanya bisa menerima dengan pikiran ini adalah yang terbaik untukku."
"Tapi kamu masih memiliki kesempatan untuk membatalkan perjodohan ini. Aku akan membicarakannya dengan orang tua kita." Ucap Namjoon.
Seokjin tersenyum, "jika sebelum kita bertemu aku mempunyai kesempatan itu, maka aku akan mengatakannya tanpa ragu. Tapi... Sekarang aku tidak lagi bisa mengatakannya."
Namjoon mengernyit, "kenapa?"
Seokjin berlaih menatap wajah Namjoon yang dahinya berkerut lucu, "tidak kah kamu sadar?- Ah, tidak. Seharusnya aku menanyakan itu pada pada diriku sendiri." Seokjin terkekeh dalam jeda kalimatnya, "aku bahkan tidak sadar, sejak kapan aku mulai jatuh pada pesona mu." Ungkapnya tanpa ragu, meski jantungnya melompat-lompat malu di dalam sana.
Namjoon tertegun, suara lembut Seokjin saat menyatakan perasaannya membuat pria jangkung itu merasakan ssesuatu, sesuatu yang terasa begitu murni, tulus. Hatinya berdebar tak normal, hal yang asing bagi Namjoon.
"Jadi kamu menyukaiku?" Tanyanya, ikut melempar jauh-jauh atensinya ke ujung lautan yang kini terlihat tengah menelan sang surya yang telah berwarna jingga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Divorce
Fanfiction🎖 #1 - leeruby (Aug, 08 '21) 🎖 #1 - jhope (Mar, 01 '22) 🎖 #2 - txt (Feb, 08 '23) Mengapa mereka berpisah? Dan apakah mereka akan kembali bersama? Mana yang akan di pilih, Keluarga ataukah Ego? BXB MPREG 21+