Vanilla nyaris memekik kegirangan saat satu set special meal set dengan iced mocca float tersaji di depan matanya yang sudah berbinar kesenangan. Kalau saja tidak ingat kalau ada Revan yang bertugas memesan dan membawakan seluruh makanan mereka. Sedangkan, gadis itu hanya ditugaskan mencari tempat duduk dan mengambil lantai atas sebagai latar makan malam mereka.
"Kalau mau teriak, nanti di dalam mobil. Jangan di sini, kasihan orang lain mau makan soalnya," kata Revan yang berusaha menyembunyikan senyuman karenanya tingkah temannya ini. Walaupun, sebenarnya gagal.
Dan, dia semakin terkekeh menahan tawanya melihat satu-satunya gadis yang diketahui orangtuanya tengah menggembungkan pipinya dengan bibir yang maju ke depan bak ikan.
"Selamat makan," kata Vanilla dengan riang dan tanpa sadar anak gadis itu langsung membuka bungkusan nasi putih dan mencomot paha serta membuka bungkusan sambal.
Ketua OSIS itu juga ikut membuka nasinya sendiri dan mengambil ayam bagian dada yang merupakan satu-satunya yang tersisa. Dan diam-diam tersenyum, hatinya ikut senang ketika melihat gadis yang kemarin malam ketahuan sebagai bahan perundungan tampak baik-baik saja.
Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan hormon tubuhnya. Dopamine rasanya produksi terlalu tinggi ketika berada di sekitar Vanilla.
Sampai tidak sadar kalau dia berjanji pada dirinya sendiri dan bukan hanya mengambil mandat Ayah dari temannya ini bahwa dia akan selalu memastikan senyuman cerah itu tidak akan pudar dari wajah Vanilla Fransisca Huang.
"Omong-omong, beneran ntar kegiatannya di Bukit Lawang?" tanya gadis tersebut setelah mengupas kulit ayam dan mengopeknya sedikit, sisanya dia kesampingkan.
Kebiasaan makan ayam krispi Vanilla adalah menyisakan kulit ayamnya di bagian akhir acara makan. Karena, baginya itulah yang paling enak untuk disantap.
"Nggak pasti sih. Yang Rangga bilang itu sebenarnya masuk akal juga. Gue mikirnya untuk kenyamanan yang ikut, kalau jalannya berlobang semua berarti sama saja aku dan tim mengecewakan kalian. Lagipula, anggotanya Jason sudah mulai pencarian lokasi yang lain," jawab Revan panjang lebar. "Gue rencananya, sih, seminggu ini sudah harus dapat lokasinya biar bisa negosiasi sama pemilik lokasi terus bisa pengedaran surat."
"Jangan yang jauh-jauh pilihnya, gue tahun lalu saja nggak dikasih izin ke Bukit Lawang. Tahun ini keknya gue nggak ikutan juga deh."
"Lho? Lo tahun lalu nggak ikutan?" tanya Revan lagi, sekalian memikirkan acara tahun lalu. Ya, sepertinya memang tidak. Dia tidak melihat wajah mirip Vanilla saat masih menjadi siswa biasa saja di sana.
Yang ditanya hanya menggeleng ribut. Sebenarnya, nggak masalah juga, sih, Revan tidak tahu keberadaannya. Karena, saat itu mereka nggak kenal satu sama lain. Anak laki-laki itu, kan dikenal bahkan diidolain sama seluruh satu gedung juga saat ada berita calon Ketos sama Waketos bakalan tampan banget.
"Jadi, lo tahun ini mau ikutan?" tanyanya lagi. Lama-lama mungkin dia cocok jadi wartawan.
"Pengen, sih. Kasihan juga si Kembar Andra tahun lalu sudah ancang-ancang mau ikutan. Tapi, karena gue seorang nggak dikasih izin sama Papa, mereka juga ikutan nggak ikut. Katanya, lebih seru apa-apa tuh bertiga," jelas Vanilla lalu meminum float-nya dan mencomot ice cream vanilla di atas minuman tersebut. Kemudian, dia kembali melanjutkan, "lagipula, karena ada kegiatan kek ginian, sekolah libur. Gue sama mereka jadinya keliling satu Kota Medan sampai ke Binjai. Nginep juga di Pematang Siantar."
"Nah, itu lo dikasih sampai ke Siantar. Terus, ini kan bareng-bareng, satu sekolahan bukan hanya kalian bertiga?"
Vanilla menyengir duluan sebelum jawabannya yang terdengar berlebihan.
"Ada bodyguardnya Kembar Andra ngikutin dari belakang dua mobil sama Kak Lian yang lagi liburan disengajain itu juga ikutan. Makanya, Papa kasih."
Sesuai dugaannya, Revan memang memberikan tampang datar lempeng untuk gadis tersebut. Namun, kemudian kalimat balasan laki-laki itu juga membuatnya gantian terkejut.
"Yowes, kali ini, gue bakalan berusaha dapatin izin dari Om biar lo ikutan acara ini ... gue jadi jaminan lo."
Duh, Vanilla boleh terbang aja nggak sih, ke langit-langit?
Soalnya, yang diatas tanah modelan Revan nggak bagus untuk jantungnya yang mulai berdetak tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nginep • Jaemin ✔
Fanfic"Jangan pernah dekat-dekat dengan oknum Revan Dimas Ivander apalagi serumah. Ya, pokoknya jangan aja lah, batu banget dibilangin." - Vanilla Local, AU! ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ Highest Rank: #13 on imagination [15/12/2020] #25 on imagination [24/10/2020] #28 on i...