Gimana kabarnya?
Sehat-sehat?
Langit belum terang, masih tertidur bersama dengan sebagian besar manusia yang bergelung di bawah selimut tebal nan hangat. Namun, tidak berlaku pada Akarsana Pratama. Bendahara OSIS itu memilih untuk sampai di sekolah di jam lima lewat empat puluh lima pagi tepat.
Setelah pembicaraan serius kelewat bercanda mereka, Akarsana duluan tidur disaat yang lain masih heboh untuk bermain sampai larut malam. Pemuda itu mengunci mobilnya yang terparkir sendirian di area parkiran sekolah khusus siswa. Lalu, dia melangkah masuk ke dalam gedung tanpa berpikir panjang.
Kalau berpikir tentang hantu dan sejenisnya, pemuda itu tidak begitu takut. Belajar dari pengalamannya saat diseret masuk ke dalam rumah hantu oleh Dreamies, pemuda itu malah mengomeli hantu yang datang untuk menakutinya sambil berjalan santai. Berbeda dengan Farrel yang terbirit-birit keluar dari rumah hantu.
Pemuda itu langsung lurus menaiki tangga untuk mencapai kelasnya sendiri. Selain itu, dia mendapatkan jadwal piket kebersihan disamping dirinya yang merupakan morning person omong-omong. Sesuai dugaannya, lampu kelas belum menyala semuanya selain beberapa. Akarsana tidak menaruh curiga karena memang petugas kebersihan sekolah selalu menyalakannya di pagi buta. Serta, tidak akan siswa yang datang secepat ini selain dirinya.
Kecuali satu orang.
"Mirip pencuri sempak yang sering Farrel obrolin kalau sempaknya ngilang," bisik Akarsana pada dirinya sendiri saat menyadari tingkah orang tersebut tidak jauh beda dari maling. Mencurigakan.
Wajar bendahara galak ini berpikir seperti itu, walaupun orang tersebut memakai hoodie hitam tebal, tidak menampik dia adalah seorang siswa. Bisa dilihat dari rok abu-abu orang tersebut. Semakin meningkatkan rasa penasarannya ketika orang tersebut melewati jejeran kursi dan berhenti di satu meja dempet ke jendela, Akarsana ikut menempel pada dinding sekolah supaya tidak terlihat oleh orang tersebut.Firasatnya yang tidak baik menitahkan untuk mengeluarkan ponsel.
Itu adalah meja Vanilla, batinnya saat menyadari pemilik meja tersebut. Beruntunglah, langit masih gelap ditambah dengan ponselnya yang bercasing hitam tersamarkan. Ketika siswi itu mengedarkan pandangan supaya memastikan tidak ada yang melihat, Akarsana membulatkan matanya tak percaya.
Lah, anjir, si Mona yang ngelakuin? batinnya tak percaya dengan apa yang dia lihat. Tangannya berusaha untuk tidak ikut terguncang supaya mendapatkan hasil yang baik. Pemuda itu langsung masuk dan bersembunyi di belakang pintu kelas sebelah ketika Mona keluar dari kelasnya sendiri.
Akarsana berdiam di sana lima belas detik untuk memastikan keadaannya aman. Sebelum dia kembali keluar dari kelas sebelah yang kosong dan menggeleng tak percaya sambil berbisik, "Wah, si Revan perlu tahu tentang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nginep • Jaemin ✔
ספרות חובבים"Jangan pernah dekat-dekat dengan oknum Revan Dimas Ivander apalagi serumah. Ya, pokoknya jangan aja lah, batu banget dibilangin." - Vanilla Local, AU! ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ Highest Rank: #13 on imagination [15/12/2020] #25 on imagination [24/10/2020] #28 on i...