🍁 20 | Apartemen Lt. 7

522 53 6
                                    

Hehe ^^

Tetap streaming MV From Home rumputdeul. Itu lagunya jadi lagu fav aku, suka pake bangettttttt.

Revan menyeka keringatnya dengan punggung tangan, dengan seragam sekolah putih abu-abu dia dan keenam temannya menguasai lapangan basket outdoor sepulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revan menyeka keringatnya dengan punggung tangan, dengan seragam sekolah putih abu-abu dia dan keenam temannya menguasai lapangan basket outdoor sepulang sekolah. Matanya melihat Vanilla dengan kedua temannya yang duduk di samping kiri kanan gadis tersebut tengah duduk di bangku panjang di pinggir lapangan.

"Shoot!" Pekik Rangga dan Farrel yang sedang bola langsung melempar bola tersebut melambung di angkasa sebelum melalui lingkaran di atas permukaan tanah menimbulkan teriakan sorak sorai dari yang di lapangan dan di bangku penonton.

"Cakep, cakep." Rangga menepuk punggung adik sepupunya itu.

Farrel tersenyum bangga walaupun hanya bertahan satu dua detik karena ucapan Rangga, "Emang keturunan pemilik sekolah Harapan Kalandra bisa diharapkan."

"Ck, Bang Rangga!"

Wakil Ketua OSIS tersebut terkekeh geli senang menjahili Farrel yang menyandang nama yang sama dengan nama sekolah. Farrel Jihan Kalandra dan Harapan Kalandra, terlihat sama, bukan?

"Lo nggak mau pulang?" tanya Vanilla yang menghadap ke arah Revan yang tengah meminum air mineral dari tangan gadis tersebut. Ini semua perbuatan Alessandra yang mendorongnya untuk memberikan air minum kepada pemuda tersebut. Padahal, dia sendiri tidak mau Vanilla terkena masalah.

Berbeda dengan Alessandra yang sudah gigit kuku dengan kegemasan antara dua siswa tersebut yang seperti paham dengan gestur masing-masing.

"Nggak. Gue bareng anak-anak nanti ke apartemen." Jawab Revan setelah menegak setengah botol.

Vanilla melotot, "Lo ada apartemen?"

Revan berdengung sebagai jawaban, "Ada. Tapi, gue jarang ke sana. Pakai nama Papa, sih. Katanya nanti setelah gue kerja, baru dibalik nama jadi milik gue."

"Sekeliling gue holkay semua. Gue melarat," kata Vanilla yang membuat Revan mendengus tidak terima.

"Tolong, ya, yang orang tuanya punya perusahaan fashion dan agensi besar di Indonesia jangan sok-sokan miss queen, deh."

Vanilla menjulurkan lidahnya ke luar berniat mengejek Revan, dia menarik tangan pemuda tersebut dan memberikan handuk yang melapisi botol minum yang masih tersegel dan kotak makan yang tertinggal di bus. Ketua OSIS itu membuka gulungan dan menatap Vanilla tidak percaya.

"Iya, sama-sama. Katakan ke Tante Lita kalau isinya enak, nggak kurang asin, nggak kemanisan. Pas, kalau ada lagi dan lo nggak mau, kasih ke gue aja. Gue pamit undur diri dulu, Ketos. Mau jalan-jalan sama Kembar Andra. Lo jangan kelamaan pulang, ntar dicariin Mama, gue yang repot."

Gadis tersebut berbalik kembali ke tempat bangkunya, mengambil tas sekolah, dan berjalan bersama dua orang gadis lainnya melewati Revan. Vanilla melambaikan tangan dengan cengiran, "Nggak hilang. Nggak rusak juga. Jadi, lo nggak bakalan kena marah sama Tante Lita. Lo sih, kotak makan mahal gitu lo sembarang letak. Bye, Ketos."

Revan masih membengong di lapangan sampai Vanilla tidak terlihat lagi tiga detik kemudian dan Marcus yang menyadarkannya melalui tepukan di bahu.

"Lo kalau mau kerasukan, ntar malem di sini. Ini masih siang, jadi, lo jangan bengong mulu."

"Bangsat," ujar Revan yang melihat Marcus dengan santai menenteng tasnya di sebelah kiri pundak dengan banyak dokumen di tangan, orangnya langsung melenggang melewati sang ketua.

"Nanti nyebutnya, Bang. Di apart aja, gue sama Jihan dah laper." sahut Alvaro yang mengikuti Marcus dengan Jihan yang juga mengintilin dari belakang.

Revan nyaris terjengkang ke belakang saat sebuah benda dilempar ke arahnya dari samping, sebuah tangan kiri merangkul bahunya, Revan nyaris merasakan jantungnya berhenti berdetak saat melihat Rangga sebagai pelakunya, "Yok, cabut. Lo bareng gue apa Bang Marc? Si dua tuyul itu ikut Bang Marc, sih. Mau jajan mereka."

"Ikut lo aja, deh. Gue nitip ke mereka aja, ntar. Akarsana juga ikut kita?" tanya Revan yang disambut dengan delikan tajam dari pemuda tersebut.

"Lo kira gue ke rumah lo pakai terbang? Gue bawa motor. Awas aja kalau pemiliknya lebih lama, gue malingin apart lo," kata Akarsana yang langsung meninggalkan dua pemuda yang tengah menggeleng kepala melihat tingkah sang bendahara yang ajaib.

Nginep • Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang