🍁 42 | H-1

34 0 0
                                    

"Sumpah lo? Demi apa?" tanya Alessandra setelah menelan bakso yang baru dikunyah tiga kali dan mengusap sudut bibirnya yang terasa memiliki bekas minyak.

"Demi catatan Sejarah gue yang masih kosong dari bab 2 sampai sekarang sudah bab 5, gue serius." Vanilla berucap setelah menghabiskan separuh es tehnya.

Cassandra tersenyum setelah menarik kembali dirinya ke permukaan, "Lo diizinin sama Om ke sana?"

Lagi-lagi perempuan itu mengangguk. Alessandra langsung berlari dan memeluk sahabatnya dari belakang, "Lo itu, ya, kok bisa Om ngizinin gitu aja? Kemarin gue sampai mohon-mohon nangis-nangis nggak dikasih."

Vanilla terkekeh pelan, "Lo tanyain saja sama cowo itu." Kepalanya mengarah kepada sosok laki-laki yang mengantongi tangannya ke dalam celana. Kompak, Kembar Andra itu ikut melihat ke arah objek yang dilihat sahabatnya.

"Revan?!"

Gadis itu mengangguk, dengan gesturnya dia meminta laki-laki itu untuk duduk semeja dengannya. "Sendirian?" tanya Vanilla setelah melihat Revan mengemil kerupuk mi lidi pedas dan mengambil satu dari bungkusan transparan itu.

Semakin aneh untuk Alessandra saat melihat Revan tidak marah melainkan meletakkan bungkusan krupuk itu di atas meja di tengah mereka berdua. Seolah memberikan isyarat untuk makan bareng.

"Tadinya sama Jihan, tapi keburu anaknya diseret Varo. Jadinya sendirian sampai sini." Revan melanjutkan acara mengemilnya.

"Bentar dulu heh! Gue bukan kotak tisu kosong, ya, sampai dianggurin. Ceritanya lo yang buat Om Brian ngizinin anak emasnya ikut acara sekolah?" tanya Alessandra yang duduk di samping Vanilla dan Cassandra paling dipojokkan ke dalam.

Revan mengangguk dengan santainya tetap mengemil bersama Vanilla.

"Kok bisa?"

"Ya, bisa bisa saja," jawab Revan dengan acuh, sedangkan Alessandra sudah kesal dengan jawaban tersebut memilih untuk menelan baksonya yang tersisa banyak.
Ketua kesiswaan itu melihat Vanilla yang tidak berhenti mengunyah, "Vanie."

"Di sini," kata Vanilla dengan singkat.

"Nggak ada, nggak jadi. Gue ke Ruang OSIS dulu, okay? Kata Jason ada yang masih harus diurus, mau berangkat duluan ke sana setelah ini. Lo pulangnya bisa sendiri?" tanya Revan yang mencemaskan keadaan Vanilla.

"Oh, bisa, dong. Gue kan dulu juga pulang sendiri," jawab Vanilla lagi.

Revan kembali bersuara, "Atau nggak, lo pulangnya sama mereka deh, soalnya anak-anak Dreamers juga kubawa ke sana soalnya. Bisa-bisa sih,sampai malam, apa lo juga mau ikutan?"

"Nggak, Evannn. Gue bisa pulang sendiri, ntar gue kabarin kalau sampai ke rumah. Lalu, gue juga belum packing untuk besok, mana bisa pergi," balas Vanilla yang tanpa sadar sedikit merengek ketika memanggil nama Revan.

"Ya sudah. Gue duluan," kata Revan yang sengaja meninggalkan jajanannya di sana untuk Vanilla, tidak lupa mengacak rambut cewe tersebut dan meninggalkan area kantin.

"Sialan. Vanilla yang diajak ngomong, gue yang baper sama mereka dua."

Ya, tidak perlu disebutkan lagi siapa pelaku suara tersebut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nginep • Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang