Tiga chapter lagi menuju upacara closing.
Hehe, canda
Kata orang, kalau kamu dijatuhkan secara paksa oleh lawanmu. Maka, tindakan yang paling tepat adalah melawannya balik dengan lebih parah dan tidak tinggal diam sampai titik penghabisan.
Vanilla memang belum pernah dirundung apalagi dijatuhkan dengan paksa secara terus-terang. Alessandra selalu iri dengan Vanilla yang tidak akan bisa disentuh selama Jovan dan Areliano berada di sekolah. Tentu saja, memangnya siapa yang berani berurusan dengan mantan Ketua OSIS dan Ketua Seksi Ketertiban dan Keamanan yang konon merupakan dua perpaduan yang paling dahsyat sepanjang sejarah SMA Harapan Kalandra?
Tapi, Vanilla juga bukan tipikal adik yang manja dan merengek kepada abangnya dalam situasi apapun. Jovan diam-diam membeberkan trik jitu untuk menumbangkan lawan tanpa pukulan, sedangkan Areliano, pemuda yang lebih membangkang itu diam-diam mengajarinya cara bertahan menggunakan fisik.
Vanilla tersenyum dalam ringisannya. Tidak menampik kalau punggungnya sakit menabrak dinding berlapis semen.
Seperti sebuah deja vu. Dia lagi-lagi dibawa ke gudang belakang sekolah, di jam yang sama dan pelaku penarikan yang sama.
"Lo picik banget, Van. Maksud lo apa ngelindungin si plastik itu tadi, hah?" tanya sang pelaku yang tidak digubris oleh Vanilla. Dia lebih suka menyerang di detik terakhir. "Lo mau godain dia gitu? Biar bisa dekat sama Revan? Halah, basi banget."
Vanilla menatap tepat ke manik mata gadis yang bersurai panjang tak diikat, sejujurnya dia malas untuk meladeni. Tapi, dia juga paham kalau tidak dilawan, mereka akan semakin menjadi-jadi.
"Wah," kata Vanilla dengan santai, bibirnya mengembang senyum. Seketika membuat Mona sejenak dalam kebingungan.
"Gue penasaran lo bisa diskors seberapa lama sama Kak Marc. Lo cat kuku, nggak pakai ikat pinggang. Lo cat rambut juga, kan? Gue lihat ada highlight dark brown di rambut lo. Pakai eyeliner tebal lagi. Akh! Sakit!" pekik Vanilla saat dia menurunkan pengawasan, rambutnya ditarik begitu saja ke bawah oleh Mona.
Mona mendekatkan wajahnya ke telinga gadis tersebut, menyeringai tipis, "Lo banyak bacot dari semalam."
"Wih, rekam, Ji. Ntar gue kasih ke Bang Revan. Mantap juga feeling lo, Ji."
Mona, Vanilla, dan dua gadis yang menjadi antek-anteknya Mona langsung mengarahkan pandangan ke arah pintu yang terbuka lebar, menampakkan dua orang pemuda berseragam rapi. Salah satu dari mereka yang paling tinggi mengangkat ponselnya, satunya lagi bertepuk tangan dengan semangat.
"Kakak-kakak, apalagi Kakak yang sedang jambak rambut Kakak itu. Tahu, kan, ya, Bang Marcus itu orangnya strict banget? Apalagi ditambah dengan Bang Kevin. Kakak bisa diskors lama, loh," kata pemuda yang bertepuk tangan tersebut menyeringai diam-diam ketika tangan yang berani menjambak Vanilla langsung lepas mangsanya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nginep • Jaemin ✔
Fanfic"Jangan pernah dekat-dekat dengan oknum Revan Dimas Ivander apalagi serumah. Ya, pokoknya jangan aja lah, batu banget dibilangin." - Vanilla Local, AU! ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ Highest Rank: #13 on imagination [15/12/2020] #25 on imagination [24/10/2020] #28 on i...