Kuala Namo International Airport
Medan, Indonesia
Tidak disadari oleh mereka, sudah waktunya Hyung Woo kembali ke tanah kelahirannya. Rangga membantu mengambil trolly yang khusus mengangkut barang-barang calon penumpang terlebih dahulu sedangkan Hyung Woo menurunkan barang bawaannya dari bagasi mobil Marcus.
Revan ikut membantu membawa koper Hyung Woo meninggalkan Marcus sendirian mematikan mesin mobilnya. Dia sudah menulis surat izin untuk mengantar Hyung Woo ke bandara, bukan hanya Hyung Woo seorang, masih ada tiga siswa lainnya yang ikut.
Tentu saja langsung disetujui oleh Miss Mina tanpa pikir panjang.
Dia hanya meminta izin untuknya, Rangga, Marcus dan Akarsana. Selaku mereka adalah jajaran inti OSIS. Sedangkan, kedua anak kelas sepuluh memilih untuk menulis surat izin tidak datang ke sekolah.
"Hehe, kapan lagi bisa bolos dengan sempurna, Bang?" Jihan membalas dengan cengiran ketika ditanya oleh Akarsana.
Bendahara OSIS itu mengambil alih tas hitam yang menjadi tas sekolah selama beberapa bulan kebelakang itu. "Gue saja, lo ambil yang ini. Nggak ada bantahan," kata Akarsana yang menyerahkan dua plastik kertas berwarna kecoklatan polos kearahnya.
"What is this?" tanya Hyung Woo berdiri di belakang bagasi, melupakan kopernya yang dipindahkan ke trolly oleh Revan dan Rangga. Sedangkan, Marcus mengawasi kedua anak termuda di antara mereka yang sudah mirip dengan pertunjukkan barongsai di area parkiran.
"Bukanya di pesawat. Bisa masuk ke dalam. Nggak perlu masuk bagasi," balasnya yang melenggang menjauh. "Jihan, Varo, jangan bikin malu sekolah!" sambungnya.
Marcus tersenyum tipis, dia menghampiri pemuda berdarah Korea itu dan menumpu tangannya di pundak, "That is present from him. I don't know what is that. But, it will be useful for you."
"Lo tahu?" tanya Hyung Woo yang mulai berani untuk bicara bahasa nasional Indonesia.
"Nggak. Tapi, gue dengar dari Alvaro kalau dia cari hadiah lo selama empat jam."
Hyung Woo langsung berlari kecil dengan bungkusan itu dipelukannya, bibirnya bersuara cukup tinggi untuk memanggil orang yang akan masuk ke dalam bandara duluan, "San!"
Dia mempercepat langkahnya ketika Akarsana berhenti di tempatnya, pemuda asing itu berdiri di depannya dengan senyum tulus, "Terima kasih. Pasti susah carinya."
Beruntungnya, Hyung Woo termasuk jajaran orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan keinginan untuk belajar. Sehingga, tidak ada kesalahan verbal untuknya.
"Tahu darimana lo?"
"Marcus Hyung," jawabnya singkat yang menimbulkan suara decakan kesal dari bibir pemuda yang doyan berbicara pedas.
"I appreciate it, thank you," ucap Hyung Woo tulus.
"Dih, udah, masuk sana. Check in, ketinggalan pesawat bukan tanggung jawab sekolah, nggak sudi gue keluarin duit untuk lo," katanya yang menarik lengan pemuda itu untuk masuk ke dalam bandara berdua.
Mereka memang lebih cepat dua jam. Karena, alasan takut ketinggalan pesawat dengan beragam alasan seperti jalanan macet atau kelamaan melakukan proses check-in pesawat.
Meskipun Akarsana suka sinis dan berucap seenaknya saja, Hyung Woo perlahan tahu kalau begitulah pemuda ini menyampaikan perasaannya, gundah gulananya. Bendahara OSIS itu lebih suka langsung bertindak daripada berucap panjang lebar untuk perasaannya sendiri.
"San," panggilnya pelan di tengah keramaian.
"Apa? Anjir, antriannya panjang, memang sudah benar langsung jalan, bukan nongkrong dulu di cafe," balas pemuda jurusan sosial itu melihat ke bagian yang penuh dengan jejeran.
Hyung Woo melembutkan suaranya, "Don't forget me. We are still friends, right?"
"Ngomong apa sih, lo? Lo sudah nggak mau lagi temanan sama kita?"
Pemuda Korea itu mengulum senyumnya, lantas kepalanya menggeleng pelan.
"Nah, ya sudah. Tetap jalan."
Sisa waktu mereka berkumpul sembari memesan minuman untuk mereka di salah satu toko yang buka. Mengobrol untuk ke depannya sampai waktu Hyung Woo untuk masuk ke dalam gate muncul ke permukaan.
"Please your attention, passengers from Kuala Namo International Airport to Incheon International Airport with KCX21005, please entry gate ten."
Selalu ada perpisahan di setiap pertemuan. Namun, Dreamers tentu percaya kalau Hyung Woo tidak akan melupakan mereka. Kalau dia tidak bisa ke Indonesia, maka mereka yang akan ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nginep • Jaemin ✔
Fanfic"Jangan pernah dekat-dekat dengan oknum Revan Dimas Ivander apalagi serumah. Ya, pokoknya jangan aja lah, batu banget dibilangin." - Vanilla Local, AU! ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ Highest Rank: #13 on imagination [15/12/2020] #25 on imagination [24/10/2020] #28 on i...