Setelah saling menyatakan perasaan mereka dengan cara yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya, Revan mengantar kekasihnya pulang ke rumah dengan selamat. Tentu saja tidak lupa dengan sorakan jahil nan iseng dari bibir Areliano yang sudah antusias berdiri di belakang gerbang menunggu adiknya pulang bersama laki-laki yang pernah menyambangi rumah mereka.
“Cieee, yang sudah punya ayang,” kata Areliano dengan kerlingan mata jahil menimbulkan pukulan kuat di lengan atasnya dari adik perempuannya tersebut. Lalu, bersembunyi di pelukan Brian yang tertawa halus.
“Om, Tante, Bang, Revan pulang dulu, ya. Ada urusan OSIS yang belum kelar.” Revan berkata lalu sempat memberi hormat sopan kepada mereka.
"Nak Revan, minggu depan jangan lupa untuk ikut orang tua. Anggap saja perayaan," kata Elina yang berdiri di dekat Brian.
Laki-laki itu tiba-tiba merasa malu karena ucapannya tadi sore di depan ibunya yang tersebar sampai di sini. Apalagi dia sempat melihat Jovan berdiri di ambang pintu sebelum menghilang kembali, mungkin saja masih ada urusannya. "Tidak bisa, Tan. Minggu depan Revan ada rapat terakhir untuk akhir semester, Revan harus hadir sebagai ketua panitianya," katanya menolak halus.
"Festival akhir semester itu, ya? Tante pernah dengar dari Adek, sih," tutur wanita tersebut.
"Iya, Tan. Sudah mau dekat soalnya."
"Tidak apa-apa, masih bisa diatur setelah selesai dengan ujian semester kalain serta festival ini."
Revan tersenyum canggung dan segera pamit pulang. Dia tersenyum gembira setelah mendapat balasan dari Marcus.
Bang Marc
[Proposal kita sudah setuju, ya]
[Akhirnya kelar juga, Miss Mina juga cepat banget kasih feedback-nya]
Revan
[Sip. Makasih, Bang]
[Mulai besok kita bakalan cukup sibuk]
[Abang juga kayaknya bakalan jadi supir dadakan]
Bang Marc
[Gampang. Urusan dengan calon kampus juga sudah hampir selesai. Tinggal check ulang lalu daftar saat dibuka]
Revan
[Okay, Bang]
Setelah merasa kalau semuanya telah selesai dikatakan, dia menjalankan mobilnya. Tidak lupa meng-klakson untuk benar-benar sebagai tanda bahwa dia akan pamit pulang sekarang. Mulai besok akan sangat sibuk sekali.
Namun, bukan menjadi masalah besar untuknya. Dia bisa melakukan ini dengan semua teman-temannya yang bisa dipercaya. Marcus yang menjabat di OSIS selama tiga tahun dan yang lainnya pernah dipercaya sebagai bagian dari festival akhir ini."Tim konsumsi sudah jalan ke restorannya?"
"Belum, Van. Liana sedang ujian soalnya."
"Cepat minta dia selesaikan. Jam janji dengan restorannya sudah mau tiba."
"Okay, Van."
"E-Brosurnya gimana?"
"Sudah siap, Kak. Ini gue baru kirimkan ke group."
Revan merasa kepalanya berdenyut karena belum apa-apa, dia harus mengurus banyak hal. Belum dua jam lagi, dia harus bersiap dengan yang lainnya menemui investor dana mereka.
"Okay, bagus. Nanti buatkan untuk yang posting di IG, ya. Lalu, konfirmasi juga ke seksi mading OSIS untuk meminjam alat-alat media untuk hari-h nanti," kata Revan setelah mempertahankan kewarasannya.
Mau bagaimana lagi, sisa waktu hanya menghitung dua minggu.
Beruntung proposal mereka kali ini berhasil mendapat persetujuan dari penanggung jawab. Dia dan lainnya sudah berusaha memeras otak mereka hingga kering untuk memuaskan standar tinggi Mina.
"Dananya nanti minta ke Akarsana, ongkos jalannya," ralatnya lagi ketika ketua tim acara menemuinya. "Susunan acaranya nanti dibagi ke gue dan lainnya untuk bisa bantu menopang jalannya acara nanti," kata Revan yang mengingat sesuatu mendadak.
"Okay, Van."
"Seksi keamanan dan pengawasan ... sudah aman untuk jumlah personel-nya? Walkie-talkie nanti akan dibagikan sehari sebelumnya. Gue dan Bang Kevin bakalan ngecek ulang," kata Revan kepada Rangga.
Rangga menyetujui sembari berkata, "Aman, sih. Cukup orang, kok. Soalnya kemarin Bang Kevin sempat ngajak beberapa seksi jasmani. Katanya biar bisa gantian ngejagainnya. Denah festivalnya sudah kukirim juga ke Bang Kevin supaya dia bisa ngatur gimana baiknya."
"Okay, berarti seksi keamanan lancar. Seksi dokumentasi dan mading juga sudah, mereka tinggal sehari sebelumnya ngecek alatnya. Lalu, sehari sebelumnya, kita atur denahnya supaya lebih rapi."
"Ntar lo ikut gue temui investor bareng Akarsana, Bang Marc tinggal di sini untuk ngawasin kalau ada masalah lainnya."
Wakil ketua OSIS itu tidak bisa menolak kalau sahabatnya ini sudah memberikan nada tegasnya itu kepada siapapun yang menjadi lawan bicaranya. Setidaknya, dia tidak berbuat onar untuk sehari ini seperti bermain game ponselnya ketika yang lainnya tengah kacau balau.
"Ntar kasih kabar tentang feeds posting IG itu, ya. Gue, lo, dan Dreamers wajib share posting itu. Terserah mau gimana captionnya, yang penting ada. Karna followers kalian lebih banyak," kata Revan yang segera dibalas dengan cibiran dari wakilnya itu.
"Lo juga banyak, ya, anjir. Padahal feeds lo cuma lima. Nggak mau posting lagi, Van? Sama Vanilla gitu sesekali." Rangga mengangkat alis kanan kirinya bergantian. Kabar itu sampai terdengar di telinganya, berterima kasihlah kepada Thalita yang sangat mendukung hubungan anaknya itu.
"Diem, diem. Lo berisik. Jagain anak-anak acara sana."
"Iya, deh. Yang si paling diem."
Meskipun dia membalas sama sinisnya seperti sahabatnya itu, dia sepenuhnya setuju dengan hubungan Revan dengan Vanilla. Bahkan, dia ingin mengatakan kepada dunia kalau Revan Dimas Ivander tidak lagi menjadi seorang jomblo.To Be Continue
Hehe, triple update dari Sky yang kayaknya bakalan sibuk untuk besok
See ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nginep • Jaemin ✔
Fiksi Penggemar"Jangan pernah dekat-dekat dengan oknum Revan Dimas Ivander apalagi serumah. Ya, pokoknya jangan aja lah, batu banget dibilangin." - Vanilla Local, AU! ♧ ♧ ♧ ♧ ♧ Highest Rank: #13 on imagination [15/12/2020] #25 on imagination [24/10/2020] #28 on i...