"Selalu cantik, " puji Kevin.
Cassandra sudah siap dengan balutan kaos oversize dan celana pendek semapai lutut. Wajahnya ia poles sedikit dengan make up natural yang sering dipakai kemana pun tujuannya. Outfit sesederhana ini lantas dapat membuat Kevin sebahagia itu menatap Cassandra dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Setelah ini buku gue dikembalikan, " sergah Cassandra seperti biasa, tidak ramah.
Kevin masih mempertahankan senyumnya sambil mengangguk antusias, "Baiklah. "
Malam ini Kevin dibalut sweater navy serta celana panjang jins. Poni rambutnya dibiarkan jatuh, lengan sweater-nya digulung sampai memperlihatkan bentuk kekar dari tangannya, serta paling mencolok adalah aroma parfum musk yang memiliki karakteristik sensual dan warm sehingga terasa mewah dan lembut.
"Elo mau kencan? " tanya Cassandra to the point.
Kevin mengangkat bahunya acuh. "Kencan atau enggak. Gue butuh lo malam ini. "
"Kita mau kemana? "
"Ada request? "
Cassandra berpikir sebentar. "Gue kurang tau tempat-tempat bagus. "
"Kalo gitu kita keliling aja? "
"Up to you, Kevin. "
Dua sejoli itu kemudian keluar dari kediaman Felisya menggunakan motor kawasaki merah andalan Kevin. Cassandra duduk tenang sambil mencengkeram kuat sweater Kevin karena cowok itu mulai melaju layaknya pembalap. Sedangkan arah fokus Kevin mulai terbagi dua, yaitu jalan ... Dan Cassandra. Wajah Cassandra terlihat lebih menawan jika dilihat dari kaca spion Kevin sekarang.
"Cassandra? "
Cassandra bergumam.
"Maafin gue. "
Butuh beberapa menit untuk mulut Cassandra menjawab. Ia mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Kevin, "Gue hargai waktu lo. Jangan sungkan kalo butuh sendiri. "
"Ya ... Untuk gue, berlarut-larut dalam kesedihan hanya nampak seperti pecundang. "
"Dan lo sudah merasakannya? "
"Iya, Cas. "
"Nggak papa, " Cassandra mengusap lengan Kevin lembut, "Kita gak bisa membohongi diri kita sendiri. "
"Gue nyaris lakuin itu. "
"Jangan diulangi. "
"Iya ... Pasti. "
Berakhir dengan Cassandra memeluk pinggang Kevin di sepanjang perjalanan mereka. Menyusuri sudut kota Jakarta di mana sekelilingnya dipenuhi banyak manusia beserta macam-macam kegiatan mereka. Lampu-lampu jalan yang berdiri sebagai penunjuk arah, tawa orang-orang tongkrongan, juga musik-musik khas di pukul tujuh malam.
Tanpa sadar Cassandra baru saja tersenyum lebar memandangi penyanyi jalan yang saat ini sedang menyanyikan lagu Tulus -Pamit. Dia sendiri dan gitarnya. Beberapa penonton hanya sempat berhenti beberapa menit lalu pergi lagi setelah menaruh uang di kotak kecil di depan penyanyi tersebut. Walau begitu, dia tetap bahagia dan tambah bersemangat menyanyi.
"Lo mau nyanyi? "
Kevin Anggara peka. Cassandra spontan mengangguk.
Mereka pun turun dari motor. Kevin menggenggam pergelangan tangan Cassandra untuk bisa berjalan di tengah-tengah ramainya manusia hingga dapat sampai di penyanyi tadi. Cassandra sempat tercengang ketika melangkah di belakang badan kekar Kevin. Tangannya besar, badannya tegap, tapi saat menyentuh Cassandra pun tangan besar berurat itu seakan berkamuflase menjadi kapas. Lembut sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCOMFORT
Teen FictionTentang dia sang autophile, gadis penyendiri yang berambisius tinggi untuk meraih sebuah kesempurnaan paling baik dari apapun. Hingga proses kehidupan datar itu membawanya ke dunia lain seperti cinta. Tidak semata-mata untuk diterima, tapi ditanggu...