Suara gemuruh serta deras hujan dari langit memberi peringatan kepada Cassandra untuk berhenti melangkah terlalu jauh dan menunggu di bawah atap koridor. Sekolah sudah lumayan sepi, orang-orang sudah pulang sedari tadi. Mengingat Cassandra setiap sehabis sekolah sering berdiam diri di perpustakaan, ia jadi murid terbelakang pulang.
"Hei. "
Suara berat seseorang membuat cewek itu menoleh. Ternyata Kevin Anggara.
"Gue kalah, " dia mengaku tiba-tiba.
Cassandra tidak kaget lagi. Karena ia sudah mendengar berita tentang kekalahan dua belas ipa 1 di lomba debat tim dari Echi. Kelas mereka hanya sampai di semi-final. Dua belas ipa 1 kalah dari sebelas ips 2. Bukan kalah bacot, tapi tidak beruntung saat perundian pro-kontra.
"Nggak papa, " jawab Cassandra tenang.
"Bukan ... Gue kalah dari berantem. "
Cassandra diam. Pantas tadi Kevin tidak masuk jam mata pelajaran ke tiga. Tidak ada alasan jelas seperti biasa. Orang-orang taunya dia bersama antariksa sedang sibuk buat onar.
"Dengan siapa? " tanya Cassandra memecah keheningan.
"Geng musuh cowok lo. "
"Huh? "
"Raka. "
Cassandra menoleh ke arah Kevin sekilas. Dia terlihat sangat babak belur. Wajahnya membiru dan ujung bibirnya berdarah. Cassandra lantas menarik tangan Kevin lalu membawanya ke UKS. Kebetulan penjaganya sudah pulang, alhasil Cassandra lah yang mengobati luka di wajah Kevin. Sedangkan Kevin sendiri hanya mengikut tanpa banyak omong.
"Cassandra. "
Cassandra bergumam masih dalan keadaan membersihkan wajah Kevin dari bekas darah.
"Kalo lo jadi dokter, gue minta gratisan ya, " canda Kevin tertawa sendiri.
"Lo minta gratisan sama dokter jiwa? "
Kevin melotot, "Hah? Elo mau jadi dokter jiwa? "
"Nama kerennya psikiater. "
"Bukan jadi dokter di rumah sakit gitu? Atau kayak nyokap lo? "
Cassandra menggeleng, "Enggak, vin. Gue lebih tertarik dengan sakitnya jiwa seseorang dibanding sakit fisiknya. "
"Berarti pasien pertama lo adalah si Anjas. "
Tanpa sadar Cassandra terkekeh. Setelah membersihkan wajah Kevin sekaligus mengobatinya, peralatan P3K Cassandra kembalikan.
"Cas, hujan belum berhenti. "
Cassandra mengangguk paham sembari duduk di samping Kevin. Ruangan itu mendadak gelap lantaran langit yang masih diderasi hujan dan guntur.
"Kenapa gak pulang dari tadi? "
Cassandra menjawab tanpa melihat Kevin, "Masih ke perpus. "
Kevin mengangguk mengerti. Setelah itu tidak lagi ada pembicaraan. Mereka terdiam berdua walau jelas sedang duduk bersampingan di bangsal UKS. Dalam keadaan tidak lagi ada seorang pun di sekolah kecuali keduanya. Kevin sibuk pada pikirannya sendiri dan Cassandra sibuk mendengar suara hujan kapan suara itu mau berhenti dan berganti menjadi rintik biasa.
Lalu dalam hening Kevin bertanya dengan suara beratnya, "Boleh pinjam bahu lo sebentar? "
Butuh beberapa menit untuk Cassandra merespon. Hingga akhirnya ia mengangguk meng-iya-kan. Mau ditolak pun Kevin tetap akan nekat. Apalagi dalam keadaan Cassandra malas berdebat seperti sekarang ini. Di samping suara hujan makin besar, ruangan mulai dingin, Cassandra juga sedang kelelahan setelah banyak mengerjakan exercise di perpus tadi. Sekarang ia hanya ingin menahan diri agar tidak mimisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCOMFORT
Teen FictionTentang dia sang autophile, gadis penyendiri yang berambisius tinggi untuk meraih sebuah kesempurnaan paling baik dari apapun. Hingga proses kehidupan datar itu membawanya ke dunia lain seperti cinta. Tidak semata-mata untuk diterima, tapi ditanggu...