DISCOMFORT #32 Objek

83 12 3
                                    

Mendengar jawaban itu, wajah Kevin memerah. Cukup syok dan tak percaya. Tubuhnya refleks mundur.

"Sekarang mengerti? " tanya Cassandra memperjelas. Ia merogoh kantong celananya mencari sesuatu. Ubi tadi ia buang, isi bibirnya diganti dengan satu puntung rokok yang menyala.

"Rasa gue udah mati, vin. Mau diulang se-"

Kevin tiba-tiba membuang puntung rokok tersebut dan berdiri menarik lengan Cassandra tanpa bicara sepatah katapun. Mereka meninggalkan tempat gelap itu untuk menuju motor Kevin yang saat ini terparkir. Setelah itu barulah Kevin melepas cengkeramannya dan menatap Cassandra penuh emosi. Ya, Cassandra bisa merasakan itu.

"Kevin ... Tenang. "

Kevin mengusap wajahnya frustrasi.

"Hei Kevin! "

Tangan Kevin menggenggam penuh urat kemarahan. Wajahnya telah merah padam. Apapun, siapapun, kemanapun dia siap memukul. Kevin sedang menahan amarah luar biasa yang tak bisa didefinisikan bermaksud apa dan bertujuan untuk apa. Berdirinya gadis ini di depannya dengan apa yang barusan ia ucapkan juga apa yang barusan ia lakukan, nyata oleh Cassandra Felisya sendiri.

"Cassandra sejak kapan lo kayak gini, " suara Kevin bergetar. Dia menutup matanya dengan tangan besarnya.

"Kevin ... " Cassandra tau reaksi ini yang akan ia dapatkan.

"Baru gue ya? "

"Iya. "

"Kenapa sahabat lo gak tau? "

"Nanti mereka sedih. "

Tangan besar Kevin tiba-tiba memegang bahu Cassandra cukup kencang dan menatapnya lirih, "Gue juga, Cassandra Felisya. Gue sedih liat diri lo yang ini. "

"Trus gue harus gimana? "

"Seharusnya gak lo perlihakan ke gue. "

"Lo harus tau supaya semua perdebatan kita selesai. "

"Apanya selesai dengan diri lo yang ini? "

"Jadi lo benci gue? "

"Cassandra!! "

Cassandra melepas tangan Kevin kasar dan bersiap pergi kemanapun. Namun dengan cekatan langsung Kevin hentikan. Mereka sempat adu fisik beberapa lama hingga berakhir dengan Kevin memeluk Cassandra dalam dekapannya. Di sana Cassandra menangis cukup lama dan Kevin memejamkan matanya untuk tidak ikut menangis.

"Sekali lagi, Vin. Rasa gue udah mati. Hati gue sekarang cuman numpang tinggal di tubuh gue. Semua yang berkaitan dengan cinta ataupun kasih sayang, gak berguna lagi. Mereka hanya akan jadi objek penelitian gue untuk menambah ilmu psikologi tanpa harus bersusah payah konsultasi. "

"Lo jahat. "

"Iya gue jahat. Makanya gue dijauhi. Bukan, gue yang menjauhi orang. Mereka benar, gadis ini psikopat ... Tidak memiliki hati. Semua orang gue jadiin objek, semuanya. Bahkan teman-teman gue. Mereka punya latar belakang keluarga dan kisah cinta masing-masing yang menarik. Dera, Leon, Echi, Putri, Ezra, Jessica. Tapi, vin-"

"Hm. "

"Gue gak bisa jadiin lo objek. "

Kevin diam mendengarkan.

"Keluarga lo harmonis. Nyokap lo sayang sama lo. Ketiga kakak lo sukses. Bokap lo CEO di agensi sendiri. Dan lo ... Lo Kevin Anggara. Jenius dari lahir, di mana lo gak butuh usaha keras untuk mencapai sesuatu. "

Cassandra menghentikan tangisannya. Ia melepas tubuhnya dari Kevin agar mereka bisa saling menatap dengan jelas. Lalu Cassandra pun berujar, "Dari awal gue gak tertarik sama lo karena gak ada yang mau diteliti dari sosok lo, Kevin. Lo udah sempurna. "

DISCOMFORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang