DISCOMFORT #7 Hari Debat

767 50 1
                                    

Kevin duduk menyandar pada sofa usang satu-satunya yang mengisi luasnya rooftop sekolah. Dengan terfokus pada buku kecil bacaan dan sesekali memandang langit. Cuman ia sendiri dan angin sepoi-sepoi yang senantiasa menerpa kulit sawo matang cowok kekar itu.

Sekarang ini SMA Negeri Harapan Bangsa sedang mengadakan debat calon ketua dan wakil osis. Lokasinya tepat berada di tengah gedung yaitu lapangan basket. Terlihat meriah dengan dekorasi selayaknya panggung. Pagi ini lapangan penuh dengan lautan manusia.

Kevin sedikit membenci keributan manusia sok pintar. Lantas dari itu Kevin memilih berada di sini. Bersama buku matematika dan ketenangan dari lantai paling atas gedung sekolah. Tidak ada yang menjadikan tempat ini sebagai markas kesendirian selain Kevin sendiri.

"Permisi kakak Kevin. "

Suara dari seseorang tidak membuat Kevin bergerak.

"Kak Kevin Raina mau ngomong. "

Itu suara Raina. Pacar Kevin yang barusan tidak lama ini Kevin putuskan. Dia cewek polos juga lugu dari kelas sepuluh ipa tiga. Raina adalah junior Kevin yang menyukainya selama hampir enam tahun dari SD sampai sekarang. Lalu berani menyatakan perasaan dan mengejar-ngejarnya selama dua tahun dari SMP kelas sembilan. Raina adalah cewek yang pernah Kevin pacari karena paksaan nyokap dan Kevin putuskan karena alasan lain.

Dia adalah tetangga sekaligus anak kesayangan nyokapnya. Karena Raina adalah anak yang rajin, penurut, dan ceria, dia sering sekali bermain ke rumah Kevin dan mengganggu segala ketenangan hidupnya. Maka dari itu nyokap selalu melihat Raina di rumah dan jadi akrab sampai dinobatkan sebagai anak keluarga Anggara.

"Kak Kevin liat Raina! "

Ah, sial.

Kevin menurunkan sedikit dari buku kecilnya dan menatap Raina tidak tertarik. Raina mendekat gugup, meremas kuat rok abu-abunya dan membalas tatapan tidak suka Kevin itu. Dia terlihat sedang mengumpulkan keberanian.

"Benar rumor tentang Kak Kevin nembak Kak Cassandra? "

This thing again and again.

Pagi-pagi tadi dari Kevin menginjakkan kaki di lingkungan sekolah sampai duduk di bangku kelas, banyak siswa siswi bodoh melakukan pergosianp terang-terangan di depannya. Dengan topik klise seperti itu. Mau dijujuri bahwa hal itu membosankan Kevin kemana pun ia berpijak.

"Iya, " jawab Kevin seadanya. Karena memang itu yang terjadi. Kevin memiliki perasaan pada Cassandra makanya Kevin mengajak Cassandra berpacaran. Apa itu salah? Apa yang salah dari itu?

Tapi jawaban Kevin barusan refleks membuat Raina menangis. Detik itu juga.

"Kak Kevin kok jahat sama Raina? Kak Kevin gak boleh suka sama orang lain selain Raina. Raina tulus suka sama Kak Kevin. Kak Kevin gak boleh perbaling lagi. "

"But hell ... I even don't like you anymore, " setiap kali Kevin berbicara pada Raina nada bicara yang selalu keluar adalah 'ketus, kasar, judes' dan sama sekali tidak berperasaan.

"Jangan ngomong pake bahasa inggris. Raina gak ngerti, " Raina mengusap wajahnya gusar lalu menatap mata Kevin lagi, "Pokoknya Kakak jangan suka sama cewek lain. Raina gak mau Raina gak terima. "

Kevin membuang muka sekilas. Menghela napas kesal. Cowok itu pun terpaksa berdiri memandang Raina lagi. Dikarenakan Raina pendek, gadis kecil itu harus mendongakkan kepalanya agar menyetarakan tinggi mereka.

"Jangan berharap apapun dari gue. Kita ga ada hubungan apa-apa lagi. Kesel gue Raina ... Stop! Lo gak capek? Enek tau nggak. "

Setelah mengatakan itu tanpa rasa dosa sedikit pun, Kevin melangkah pergi begitu saja meninggalkan Raina yang masih setia diam memandang punggung Kevin sampai menghilang dari pandangan dia.

DISCOMFORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang