DISCOMFORT #30 Pertanggungjawaban Rasa

87 11 3
                                    

"Shoot! "

Satu bola orange masuk ke tujuh kalinya di ring basket. Bola tersebut dipantulkan lagi oleh Kevin, bersiap memasukannya, dan shoot!  Keberhasilan ke delapan.

Kevin lalu menepi untuk meneguk sebotol air minum. Dilihatnya jam dari ponsel, sekarang memasuki pukul sepuluh malam. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nyokapnya. Lalu spam chat whatsapp dari Raina. Ah sial, Kevin lupa belum pernah pulang seharian ini.

Kevin kemudian membaringkan tubuhnya begitu saja di lantai lapangan basket tersebut. Tubuhnya kelelahan setelah bermain hampir empat jam lamanya tanpa istirahat. Ia juga mematikan gps-nya agar Raina tidak bisa susul. Mungkin dia dan mama sedang tarik ulur mau menemukan Kevin di mana.

Namun tiba-tiba semprotan air minum terjun bebas ke wajahnya. Kevin refleks bangun, "Weh anjing! "

Ternyata itu Leon. Dia datang bersama wajah datarnya duduk di samping Kevin.

"Tau dari mana lo? " tanya Kevin sambil mengusap wajahnya. Dasar Leon kurangajar.

"Kan elo juga maniac basket, " jawab Leon. Dia menyalakan puntung rokoknya, "Mau? "

"Lagi enggak. "

"Kampret padahal kemarin ampe merah matanya, " decih Leon mulai mengisap puntung tersebut.

"Habis ini mau pulang. Entar mama banyak cerocosnya, " Kevin menatap Leon sekilas, "Tumben juga lo ngerokok. "

"Kan si cewek banyak ngomong gak sama gue lagi sekarang. "

Kevin terkekeh, "Anjing si belum move on. "

"Apaan udah! "

Leon lalu membuang puntung rokoknya sekaligus diinjak sampai hancur. Setelahnya kedua sejoli itu memandang depan yaitu hanya diisi tiang basket selama lima menit. Tidak ada yang bergeming, masing-masing sibuk bersama pikiran sendiri. Hingga Leon tiba-tiba angkat bicara.

"Kok cowok kayak kita gak beruntung banget ya kalo masalah cewek? "

Kevin tersenyum miring.

"Ada aja rintangannya. Gak selesai-selesai. "

Kevin berujar, "Elo mah karena terlalu posesif. "

Leon berdecih, "Ngaca anjing, elo terlalu kekanak-kanakan. Mana ketemunya sama cewek modelan dia. "

"Kenapa emang dia? "

"Terlalu dewasa. Judes bukan, dingin iya. "

"Sama kan lo bedua. "

"Setidaknya gue pernah mencintai satu cewek. "

Kevin terkekeh horor, mengusap wajahnya gusar, "Kalah gue yon, dia punya pacar. "

"Siapa? "

"Kenal Jessica nggak? "

"Temannya Dera? "

Kevin mengangguk, "Adeknya itu pacarnya Cassandra. "

"Anjir di luar dugaan. "

Lagi, Kevin terkekeh horor, "Gue gak tau dia pake sihir apa sampai bisa naklukin hati seorang Cassandra. "

Leon tertawa sambil geleng-geleng kepala. Keduanya pun terdiam lagi selama beberapa menit. Kemudian baru Leon bicara dengan tenang dan serius.

"Mungkin elo berbeda, vin. Di mata dia Ezra adalah seorang cowok dan lo .... Adalah Kevin Anggara. Lo gak masuk sebagai seorang cowok di hidup dia. "

"Gue rivalnya, yon, " Kevin menatap Leon sekilas, "Dia benci banget sama gue karena gue rivalnya. Gue udah ambil mimpi terbesar dia. "

"Apaan? "

DISCOMFORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang