DISCOMFORT #37 Diizinkan

107 12 4
                                    

"Apaan sih lo?! " teriak Ezra lantang tidak terima. Di sisi lain Raina langsung bersembunyi di belakang Cassandra sembari menangis tersedu-sedu.

"Dunia besar ini bukan cuman tentang cewek, " Cassandra mencengkeram kerah baju Ezra, "Carilah mainanmu yang mau dibayar. Jangan asal ambil gratis! "

Ezra menganga tidak percaya.

"Nakal tidak menjadikanmu keren. Perempuan akan selalu melihat sisi dompet kamu selama kelakuan menjijikkan ini tidak berubah. "

"Lo-"

"Saya tidak pernah merasa rugi sudah putus denganmu, Ezra Alexandrov. Jangan menjadikan saya alasan kamu harus meniduri perempuan berkali-kali. "

Ezra sepertinya mulai emosi mendengar perkataan menusuk barusan. Cassandra seakan tidak mengalami penyesalan sama sekali karena sudah putus dengannya. Padahal sampai dia seperti ini karena depresi akan Cassandra. Dua tahun sama-sama lalu berujung putus, siapa yang tidak sedih? Maka sebagian laki-laki akan melakukan hal-hal seperti ini untuk menghilangkan rasa sedihnya.

Cassandra lalu membuka ponselnya untuk mencari nomer seseorang. Ezra yang melihat itu kaget sekaligus bingung, emosinya sudah sampai ubun-ubun. "Mau ngapain lo? "

Tidak Cassandra jawab, malah nomer tersebut ia telepon. Mata Ezra menajam, dia langsung mengerti maksud pergerakan tidak jelas Cassandra tersebut. Itu bukan lah hal baik bagi dirinya. Malah seperti malapetaka yang cuman Ezra dan Cassandra tau.

"Halo, Mr. Alexandrov, " ucap cewek itu ketika nomer tadi berhasil tersambung.

Ezra syok setengah mati. Darahnya seperti mengalir cepat. Tubuhnya mendadak keringatan. "Cassandra Felisya?! "

Cassandra mundur sedikit agar berjarak dari cowok itu. Lalu berujar kembali tanpa mengidahkan kemarahan Ezra. "Iya saya dengan Cassandra Felisya, " ucapnya pada sambungan telepon.

"Oh Cassandra toh, ada apa? "

Bahkan Cassandra sengaja menyalakan speaker. Dia tersenyum begitu licik bagai orang tak berhati. Ezra sampai tak sanggup melihatnya. Wanita ini ... Gila.

"Maaf sudah mengganggu kesibukan anda. Saya hanya i-"

Hingga tibalah ketika seseorang lain datang merebut ponsel dari telinga Cassandra tersebut dengan begitu dramatis. Cassandra, Ezra, Raina dan Kevin yang masih bersembunyi di belakang sana kompak kaget. Dahi Cassandra bingung ketika sosok jangkung berkulit pucat itu tiba-tiba datang di tengah-tengah mereka.

Dia berujar kemudian sembari memainkan ponsel tadi di depan Cassandra setelah sambungan Mr. Alexandrov dimatikan. "Lo melakukan ini seakan kalian tidak bernasib sama. "

Wah, harga diri Cassandra cukup tergores. Dia, si Athala Deylon ... Ucapannya terlalu benar. Drama lapor-melapor dan diam-ketahuan juga berlaku pada hidup Cassandra. Peragaan ini hanya terkesan seperti penggambaran diri sendiri. Cassandra tercengang mendengarnya.

"Bagaimana jika dia melapor pernah memacari anak dokter Felisya? " ucap Athala lagi. Kali ini lebih dingin dan terkesan menantang. Sepertinya dia datang bermaksud membela sahabatnya.

Cassandra lantas berdecih, "Tidak usah sok jadi pahlawan untuk teman seberengsekmu. Tindakannya bukanlah hal benar. "

"Gue tau, " Athala menjeda sebentar. "Tapi lapor-melapor juga kekanak-kanakan kan? Bagaimana jika lo juga mengalaminya? "

Cassandra membuang muka agak jengkel, "Bukan urusan saya. "

"Yasudah kalau begitu, " Athala menyodorkan kembali ponsel Cassandra. Cassandra diam menatap ekspresi sulit terbaca lelaki itu. "Si berengsek gue bawa pulang, " ucapnya kemudian.

DISCOMFORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang