"111, 112, ... 113."
Langkah gadis itu terhenti di depan salah satu pintu mahoni bertuliskan 113. Tidak, SMA Ksatria Aksara tidak sebesar itu sampai kamarnya ratusan. Akan tetapi, 113 merupakan kode yang artinya kamar nomor 13 di lantai 1.
SMA Ksatria Aksara terdiri dari beberapa gedung tua yang kokoh. Di tengahnya terdapat sebuah lapangan yang multi fungsi. Bisa menjadi lapangan upacara, lapangan basket, lapangan voli, atau apapun yang dibutuhkan. Gedung sekolah ada di sebelah utara, sementara gedung asrama saling berhadapan. Asrama perempuan di barat dan asrama pria sebelah di timur.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah tujuh bangunan mencolok yang terdapat di bagian selatan. Enam di antaranya adalah rumah ibadah enam agama resmi Indonesia, terlihat apik saling bersisian sementara yang satu lagi adalah kantin atau ruang makan. Ada juga beberapa bangunan kecil yang berdiri di sekitar sini. Di antaranya adalah toko kebutuhan sehari-hari, fotokopi, unit kesehatan, dan rumah-rumah dinas untuk tenaga kerja sekolah.
[Denah SMAKSA]
Setiap tahun, SMA Ksatria Aksara hanya menerima 120 siswa. 60 lelaki dan 60 perempuan. Tidak pernah lebih juga kurang, serta tidak pernah memiliki siswa yang tinggal kelas. Semuanya dibagi menjadi empat orang per kamar.
Sesuai dengan jenjangnya, siswa dan siswi di SMA Ksatria Aksara ditempatkan di asrama. Kelas 1 di lantai 1, kelas 2 di lantai 2, dan kelas 3 di lantai 3. Hal ini bukan tanpa sebab. Murid baru dianggap masih harus beradaptasi dengan kegiatan dan denah sekolah sehingga sangat riskan untuk terlambat jika harus bolak-balik turun tangga. Itulah mengapa ditempatkan di lantai paling bawah. Semakin tinggi tingkatnya, maka semakin tinggi juga disiplinnya.
Namun tidak jarang, ada pula yang berpendapat bahwa penempatan siswa tingkat akhir di lantai paling atas adalah upaya sekolah untuk menyiapkan lulusannya. Untuk membentuk fisik lulusannya agar lebih proporsional dan tahan banting, serta terbiasa berolahraga.
Entahlah mana yang benar. Aika akan menemukan jawabannya nanti. Yang jelas, sekarang dia masih abu sekali mengenai sekolah ini. Beritanya simpang siur.
Sesungguhnya, SMA Ksatria Aksara bukanlah hal baru atau misterius. Banyak orang sudah mengetahuinya, mengenal reputasinya, termasuk Aika dulu. Hanya saja, sedikit yang ingin berurusan dengan sekolah tersebut sehingga lokasi, denah, dan bangunannya tidak banyak yang tahu. Letaknya saja mengecoh, ditutupi oleh SMA Adhinata Bangsa yang begitu cemerlang.
Namun satu hal yang pasti, hampir semua orang tahu bahwa siapapun yang masuk ke SMAKSA adalah anak-anak yang bermasalah.
Anak dari seorang kriminal, seperti Aika.
Anak seorang pendosa.
Seperti singkatannya, SMAKSA, SMA Ksatria Aksara lebih akrab dikenal dengan julukan Sekolah Anak Para Pendosa.
Jika di luar terlihat seperti bangunan angker tua, ternyata setelah masuk, SMAKSA ini terlihat lebih ... hidup. Meskipun tidak terlalu ramai, beberapa siswa dan siswi terlihat sedang beraktivitas santai karena ini sedang musim liburan. Ada yang berolahraga, bermain bola, membeli makanan ringan, ada juga yang hanya melihat ke sekitar. Tepatnya, melihat beberapa anak baru yang akan bergabung dengan mereka di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
S M A K S A
Teen Fiction"Selamat datang di SMAKSA! Apa dosa orang tuamu?" ***** Sekolah Menengah Atas itu berbeda. Setiap tahun menerima siswa baru, tetapi tidak pernah memiliki alumni. Tidak pernah pula mengadakan acara kelulusan. Mereka yang masuk ke sana dipandang sebe...