Pagi itu, Rion datang ke kelas sekitar lima menit sebelum bel masuk. Tatapannya langsung tertuju pada gadis yang tengah menyandarkan kepala di lipatan lengan dengan lesu. Rion pernah berada di posisi itu, makanya ia paham jika Aika sedang memiliki masalah besar yang ia simpan rapat-rapat dari siapapun.
Duduk di bangkunya yang tepat berada di belakang milik Aika, Rion diam-diam memperhatikan gadis itu sepanjang hari. Aika tidak akan terima jika Rion mendadak mencoba dekat lagi dengannya. Rion paham karena ia telah menyakiti gadis itu dengan sadar beberapa waktu lalu. Namun, peristiwa yang terjadi kala lomba kemarin membuat Rion khawatir pada Aika.
Rion tahu Aika adalah tipe yang dapat membela dirinya sendiri. Dulu, Rion saja susah sekali untuk dapat diterima oleh Aika karena gadis itu menjaga dirinya dengan benteng tinggi yang begitu kokoh. Namun, melihatnya terima-terima saja ketika diperlakukan tidak adil waktu itu ... Rion tahu bahwa siapapun orang yang menjadi atlet Aika, dia adalah seseorang yang memegang sesuatu yang penting milik Aika.
Apa itu? Keselamatan keluarganya? Rahasia? Masa lalu? Rion tidak tahu. Yang pasti, Aika rela menjadi pelampiasan emosi karena melindunginya rapat-rapat. Dan sebagai bayarannya, gadis itu seolah kehilangan dirinya sendiri, kehilangan semangat hidup. Rion ... tidak suka.
Jika boleh jujur, Rion merasa brengsek sekali sekarang. Dia seharusnya ada untuk Aika. Namun, gara-gara pemilihan ketua angkata, Rion jadi tidak bisa dekat-dekat dulu dengan Aika. Dia tidak mau gadis kesayangannya merasa dikhianati atau apa. Bisa saja dirinya mundur, tetapi Aika juga akan kecewa. Dia yang selama ini mendorong dan mendukung Rion untuk tetap tegak di pemilihan. Rion harus berjuang sendiri dulu karena tantangan terakhirnya terlalu mematikan. Sungguh. Rion bahkan sudah merencanakan permintaan maaf dari A sampai Z jika pemilihan itu sudah selesai.
Jam pelajaran tidak terasa sama sekali karena Rion terlalu sibuk berpikir keras, melamun, dan memperhatikan Aika. Bahkan, istirahat pertama, Rion juga memilih tetap duduk di kelas untuk menemani Aika di saat teman-temannya yang lain jajan ke toko. Dia berpura-pura membuat catatan dari papan tulis. Padahal, sih, dia tidak tahu menulis apa sebetulnya. Hanya garis-garis random dan berkelok seperti Spongebob jika menulis sesuatu. Aika sendiri bersikap seolah Rion tidak ada dan kembali menyandarkan kepala ke lipatan tangan, kali ini kedua matanya tertutup karena lelah.
Aika bermimpi buruk semalam.
Makanya, dia kekurangan tidur. Dosa-dosanya kembali menghantui. Tidak berdaya dalam menghadapi masalah sangatlah menyiksa. Apa kabar Bapak? Ibu? Adiknya? Apakah Aika betul-betul akan menghabiskan 3 tahun di SMAKSA? Atau menyerah karena aibnya terbongkar? Aika tidak tahu. Yang jelas, Aika hanya ingin masalahnya pergi dan berakhir barang sehari saja. Aika ingin tidur nyenyak tanpa dihantui rasa bersalah.
Masuk ke jam pelajaran selanjutnya dan istirahat kedua, barulah Aika bangkit dari kursinya untuk pergi. Sama seperti yang lainnya, mereka semua hendak mengantre untuk mendapar jatah makan siang di ruang makan SMAKSA. Kelas 1, 2, dan 3 berhamburan ke luar dan membentuk barisan rapih yang kini sudah sampai bagian luar ruangan makan saking penuhnya.
Ingin hati terus mengikuti, tetapi teman-teman baru Rion memanggilnya tiba-tiba. Tidak mau membuat curiga, Rion pun akhirnya harus menyerah untuk sekarang. Dia membutuhkan orang-orang itu agar jalannya di pemilihan ketua angkata semakin mulus meski terkadang Rion agak muak bergaul dengan mereka.
Rion sangat merindukan hari-hari di mana hanya ada dirinya dan Aika saja yang berarti.
*****
"Guys! Gue ada gosip baru!"
Fina dengan antusias mencondongkan tubuh ke depan ketika kawan sekamarnya sudah lengkap di meja makan. Ziva mendongak dari nampannya untuk sekadar menghargai sementara Ovet dan Aika cenderung lebih masa bodoh dengan hal itu. Tatapan mereka tetap ke makanan, tetapi Ovet masih sempat bertanya, "Kabar apa lagi?" Sudah biasa jika Fina paling update mengenai kabar di SMAKSA. Seperti tayangan infotainment. Mungkin, jika bukan karena gadis itu, kamar 113 akan melewatkan banyak berita terbaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
S M A K S A
Teen Fiction"Selamat datang di SMAKSA! Apa dosa orang tuamu?" ***** Sekolah Menengah Atas itu berbeda. Setiap tahun menerima siswa baru, tetapi tidak pernah memiliki alumni. Tidak pernah pula mengadakan acara kelulusan. Mereka yang masuk ke sana dipandang sebe...