Bab 21: Menghilang

306 77 23
                                    

"Tangan kamu masih sakit, Ai?"

"Eh? Gak terlalu, kok." Aika tersenyum tipis ketika menjawab pertanyaan Ziva. Saat ini, mereka tengah bersiap untuk LBSA. Aika menunggu Ziva ibadah Ashar dan ganti baju sementara dirinya merapikan rambut dan menaruh tas di kamar.

Ovet dan Fina juga sudah berganti baju. Sambil menunggu gadis berkerudung, mereka tengah menikmati dimsum yang Aika dan Ziva buat di kelas PKS Tata Boga. Lumayan, untuk ganjal sebelum berlari dan menghabiskan energi. Lagipula, memang biasanya dinikmati bersama, kok.

"Emangnya, tangan lo kenapa, Ai?" tanya Fina yang sepertinya mengacungkan bendera putih, alias berdamai. Mau bagaimana lagi? Dia senang mencomot dimsum Aika.

Aika yang ditanya pun terkekeh hambar seraya duduk di kursi belajarnya. Dia sudah selesai merapikan kuncirannya. "Ini, tadi gak sengaja kena gesek parutan wortel."

"Aduh, ngilu gue.... Sakit banget pasti."

"Ya, lumayanlah."

"Bukan lumayan lagi itu," sanggah Fina, mencomot satu lagi siomay ayam milik Aika. "Gue dulu pernah keparut juga waktu bantu tante gue bikin keripik pisang. Yang keparut kulitnya lumayan tebel gitu. Rasanya nyawa ikut melayang, jir!"

"Keripik pisangnya gak berubah jadi keripik kulit Fina, kan?" gurau Ziva.

"Ya, gak, lah! Serem banget lo, Ziv." Fina bersungut-sungut sementara Aika dan Ovet diam-diam tertawa pelan. "Untung kulitnya gak sempet masuk penggorengan. Bisa diamuk tante gue...."

"Makanya, jangan ceroboh kalau jadi orang!" sambar Ovet. "Ngerjain apa-apa, tuh, fokus!Jangan ngehalu mulu."

"Lah? Mau begimana lagi? Gue ambil PKS Seni. Hobi baca novel. Semua butuh halu tingkat tinggi! Gue itu orang kreatif, Pet!" jelas Fina berapi-api. "Emangnya, lo...." Gadis itu melirik kawannya julid. "PKS aja bela diri. Lo yang suka main fisik mana nyambung sama gue yang main otak?"

"Sembarangan! Bela diri juga pake otak, Pinot!"

"Ya, maap-maap kata. Gue mana tau?"

Ovet pun mendengus kasar dan memutar bola mata sebelum membekap mulutnya dengan siomay milik Ziva. Memang lebih baik makan daripada adu emosi dengan Fina.

Meski awalnya Ovet dan Fina agak aneh ketika mendapati dua kotak plastik yang jumlah isinya sama di meja belajar, mereka memilih bersikap bodoamat dan makan saja. Bukan apa, tetapi milik Aika biasanya tidak penuh atau tidak ada sama sekali karena sudah dikongsi dengan Rion. Namun, sepertinya hari ini rezeki mereka sedang bagus. Sudah enak, menang banyak lagi. Ya, walaupun Ovet agak gengsi dan hanya mencomot dimsum milik Ziva.

Akhirnya, setelah Ziva selesai memakai ibadah dan kerudung, mereka semua pun pergi ke lapangan untuk melakukan LBSA.

*****

"Ah.... Gue tau kenapa sekarang si Aika nempel lagi sama kita," sindir Ovet. Netranya melirik Rion yang sedang bersenda gurau dengan seorang perempuan dan dua orang laki-laki. Otomatis, Ziva dan Fina juga mengikuti arah lirikannya sementara Aika sudah tahu daritadi. Dia membuang muka ke arah lain.

"Ternyata, dia udah bosen sama lo dan nemu pengganti yang baru. Banyak lagi." Ovet terkekeh meremehkan. "Pantes kacang jadi inget kulitnya."

"Ovet, udah, dong...." Ziva menghela napas pelan. "Gak usah diperpanjang." Entah ada apa dengan Ovet yang biasanya paling kalem kedua setelah Ziva. Di permasalahan Aika dan Rion ini, dia malah menjadi yang paling nyinyir. Bahkan, lebih parah daripada Fina yang notabenenya ratu gosip dan heboh di kamar mereka, sekaligus orang yang memiliki masa lalu langsung dengan Rion.

"Ya, gak bisa gitu, dong, Ziv. Ini hal besar." Netra gadis itu penuh dengan sarkasme dan sindiran, juga sedikit rasa puas karena Aika akhirnya terkena batunya sendiri. "Udah ngebelain mati-matian, eh, akhirnya dibuang juga. Apa gue bilang? Dia bukan orang baik."

S M A K S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang