Bab 6: Awal Mula

491 113 21
                                    

"Jadinya, lo pilih PKS apa?"

Aika menaikkan bahu sebagai jawaban atas pertanyaan Rion seraya menyapu koridor.

"Sombong banget. PMS, ya, lo?"

Aika pun menoleh tak bersahabat. "Beresin aja tugas lo. Gue sapu, lo pel lantainya." Sungguh, dia mulai risih dengan Rion yang suka mengekorinya bak anak bebek. Mentang-mentang hanya Aika yang berani bercakap dengan Rion selama ini, Rion jadi seenaknya memproklamirkan Aika sebagai bestie miliknya.

Sudah hampir genap seminggu dia bersekolah di SMAKSA. Dia jadi tahu arti dari istilah-istilah singkatan yang beberapa waktu lalu membuat bingung. Contohnya, PKS tadi yang disebut Rion. Artinya adalah Pengembangan Kemampuan Siswa. Menurut Aika, dibanding pelajaran, itu lebih terasa seperti ekstrakulikuler tambahan.

Aika memang belum belajar apa-apa pada hari Selasa lalu, tetapi ia sudah memilih peminatannya. Kelas PKS membebaskan siswa dan siswinya untuk memilih peminatan sesuai keinginan, makanya kemungkinan besar kelas akan dipecah. Ada memasak, robotik, prakarya, desain dan jahit, bahasa asing, sains lanjutan, dan beberapa opsi lainnya.

Aika sendiri memilih memasak karena dia sangat menyukai kegiatan itu. Terutama, saat dilakukan bersama sang ibu di rumah. Ibunya Aika adalah penjual kue basah. Saat SMP dulu, Aika sering membantu ibunya produksi di malam hari. Lalu, membawa beberapa kotak kue untuk dititipkan di warung-warung saat berangkat sekolah. Akhirnya, mereka akan bagi pemasukan di sore hari. Hasilnya sangat lumayan untuk keluarga sederhana mereka karena ayahnya Aika yang hanya lulusan SMP bekerja sebagai buruh kasar di salah satu pabrik.

Ya..., setidaknya sampai beliau terlibat kasus kriminalitas dan ditangkap polisi.

Dan, ke sinilah peristiwa itu membawa Aika sekarang. Terjebak bersama anak psikopat yang terus mengekorinya seperti anak bebek yang baru belajar jalan.

"By the way, gue ambil sains lanjutan." Tanpa ditanya, Rion membeberkan informasi itu seraya mengepel bagian yang sudah Aika sapu. Namun, Aika tidak menanggapi dan masih fokus dengan kegiatannya.

Hari Jumat di pukul 07.30-08.00, mereka ada kegiatan BRB, atau Bersih Rapih Bersama. Intinya, seluruh anggota di SMAKSA diharuskan untuk membersihkan bangunan-bangunan di tengah hutan ini. Kelas Aika kebagian membersihkan koridor lantai dua.

Dan, tahu apa yang lebih buruk?

Gara-gara Rion terus mengekorinya, teman-teman yang lain juga jadi segan untuk mendekati Aika. Jadi, kalau Rion ada di dekat Aika, mereka akan dibiarkan berdua saja. Ini menyebalkan!

Terkutuklah reputasi Rion sebagai anak seorang psikopat!

Juga, orang-orang yang takut pada Rion karena lebih tahu seluk-beluk kejahatan orang tuanya dibanding Aika!

Jika saja Aika suka menonton acara berita dulu, mungkin dia akan lebih tercengang ketika tahu sikap asli Rion yang seperti ini. Bukannya ragu seperti sekarang. Maksudnya, benarkah anak semenyebalkan dan seekspresif ini ditemukan dengan tangan berlumuran darah di TKP kejahatan orang tuanya?

Itu hampir mustahil untuk logika Aika.

Namun, perlakuan orang-orang terhadap Rion membuktikannya.

Aih.... Aika menghela napas nelangsa. Setidaknya, Rion tidak akan menganggunya di kelas memasak nanti.

Hanya itu harapan Aika untuk mendapat teman baru sekarang.

******

Selepas kegiatan bersih-bersih, kelas Aika dihadapkan dengan pelajaran ABP, yaitu Agama dan Budi Pekerti. Jamnya cukup panjang, yaitu tiga jam pelajaran. Untuk dua jam pertama, murid-murid dipisahkan sesuai dengan keyakinan mereka. Barulah di satukan kembali di jam terakhir yang lebih cocok untuk disebut sebagai ruang toleransi.

S M A K S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang