02. Ban Santet

10.9K 1.2K 22
                                    

Di perjalanan, sialnya ban mobilnya kempes di waktu yang tidak tepat. Membuat Anza kesal bukan main.

"Kenapa harus kempes segala sih?! Ini pasti ban gue di santet! Fix banget! Kurang ajar emang tu orang," gerutu Anza sembari menatap ban mobilnya.

Mengeluarkan ponselnya, dengan terpaksa ia memesan ojek online.
Setelah selesai memesan ojek online, ia kembali masuk ke mobil dan memejamkan matanya sembari menuju driver ojol tersebut datang.

Di waktu yang sama, Lila yang sedang memakan makanannya harus terganggu karena ada orderan yang masuk.

"Ck! Ganggu orang makan aje. Astagfirullah, sabar Lila sabar." ucapnya sembari mengelus dadanya sabar.

Dengan cepat ia menghabiskan sarapannya, tidak lupa membayar makanan tersebut. Lalu segera pergi, untuk menjemput penumpang yang memesan.

Setelah menunggu beberapa menit hingga di landa kebosanan, Anza yang mendapati ponselnya bergetar menandakan ada telepon masuk segera mengangkatnya.

Drttt! Drttt!

"HALO?! BAPAK YANG PESEN DIMANA YA?" teriak orang di seberang telepon tersebut, membuat Anza menjauhkan teleponnya.

"Jangan teriak-teriak dong, kuping saya sakit Pak." balas Anza sembari mengorek telinganya.

"Bapak gundul mu! Saya perempuan!" ucap orang tersebut tidak terima, membuat Anza sedikit merasa tidak enak.

"Oke-oke Mbak, mobil warna hitam yang parkir dipinggir jalan. Saya ada di situ, tolong cepet dikit ya Mbak! Saya tunggu." ujar Anza.

"Siap Pak," balas drivel ojol tersebut dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

Tok! Tok! Tok!

Anza menurunkan kaca mobilnya tersebut saat ada yang mengetuknya, dan terlihat perempuan berjaket ojol yang sedang menatap layar ponselnya.

"Dengan Bapak Arkanza?" tanya orang tersebut mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Anza.

"Iya, lama banget sih Mbak! Saya udah nunggu lama! Kalau dapet orderan itu langsung gesit gitu loh! Kan saya nggak perlu capek-capek nunggu." omel Anza kepada perempuan tersebut.

Perempuan tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Lila, bukannya takut kepada Anza ia malah membuka pintu mobil pria tersebut dan menarik tangan pria itu untuk keluar.

"E-eh," kaget Anza.

"Bapak mending diem! Ngomel terus, nggak capek mulutnya? Jakarta macet Pak! Di kira saya Valentino Rossi apa," Lila berujar sinis kepada pria bersetelan jas rapi di hadapannya.

"Kok Mbak yang ngomel ke saya sih?" balas Anza tidak terima, apakah salahnya dirinya? Ingat! Di sini Anza sebagai pelanggan atau penumpang jadi dia berhak untuk mengemukakan pendapat.

"Habisnya Bapak bawel," kesal Lila sembari memutar bola matanya malas.

"Jadi saya anterin atau nggak? Kalau nggak, saya pergi nih." lanjut Lila bertanya sembari menahan kesal lantaran pria tersebut hanya berdiam diri.

"Ya jadi dong, gimana sih. Bentar," ucap Anza dan mengambil tas kantornya tidak lupa barang-barang yang penting, setelah itu mengunci mobil tersebut.

"Ayok!" lanjut Anza lalu berjalan ke motor Lila yang terpakir

"Nih," ucap Lila menyerahkan helm kepada Anza

"Ini pasti helm nya bau ya? Mbak nggak pernah cuci nih," komentar Anza mendapat pelototan tajam dari Lila

"Enak aja! Helm saya itu wangi semriwing aduhai ya Pak! Jangan pitnah tu mulut," balas perempuan itu tidak terima.

"Cepet deh Pak, tinggal pakai aja! Kalau nggak mau nanti kita kena tilang. Saya yang rugi," lanjutnya benar-benar kesal.

Dengan terpaksa Anza memakai helm tersebut. "Are you ready?" ucap Lila saat Anza sudah naik ke motor.

"Ready," balas Anza dengan wajah malas dan juga tertekan.

"GO!" teriak Lila dan segera menancapkan gas motornya membuat Anza yang tidak siap tersentak kaget lalu melingkarkan tangannya di pinggang perempuan itu.

"PELAN-PELAN DONG MBAK! SAYA GAK MAU MATI MUDA!" teriak Anza saat Lila menjalankan motornya seperti orang kesetanan.

"SANTAI AJA PAK!" balas Lila berteriak, terlihat dari wajah perempuan itu bahwa ia terkesan santai dan menikmati, berbeda dengan pria di belakangnya yang terus merapalkan doa agar mereka selamat.

"Bunda tolong Anza," gumam Anza ketakutan dan memejamkan matanya dengan masih memeluk pinggang Lila erat.

.
.
.
.

Makasih yang udah mampir baca, jangan lupa vote.

Bye canci...

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang