Kejadian itu tidak luput dari pandangan pengunjung yang ada di restoran tersebut. Gori yang melihat itu segera menghampiri sahabatnya itu dan melerai perdebatan antara dua manusia tersebut.
"Kenapa ya Mbak?" tanya Gori saat sudah berada di samping Anza, membuat Lila yang masih adu mulut dengan pria itu mengalihkan pandangannya.
"Apanya yang kenapa?" tanya Lila ngegas.
Gori mendekatkan wajahnya ke telinga Anza dan berbisik. "Lo apain ogeb?!"
"Lo bisa liat sendiri kan?" sahut Anza kesal dengan berbisik.
"Ini bukan acara bisik-bisik tetangga ya!" ucap Lila menatap tajam keduanya membuat keduanya gelagapan.
"Masnya, pasti temannya dia 'kan?" tanya Lila menatap Anza lalu menatap Gori lagi.
Gori meneguk ludahnya kasar, firasatnya mengatakan pertanda buruk. Pria itu lantas mengangguk sebagai jawaban, membuat Lila tersenyum puas. "Jadi Mas, yang harus ganti rugi." tambahnya.
Karena tidak mau mencari masalah dengan perempuan ganas dan mengerikan tersebut, lantas Gori mengiyakan. "O-oke, berapa?" tanya Gori takut-takut.
"Sesuai perjanjian tadi, lima ratus ribu." jawab Lila membuat Gori membulatkan matanya. Apakah dia tidak salah dengar? Ck, sial, sial. Harusnya dia tidak langsung mengiyakan ucapan perempuan mematikan di depannya itu.
Dengan sedikit keberanian, Gori lantas berujar. "Saya nggak punya kalau segitu Mbak, uang saya ada di ATM semua. Kebetulan saya cuma bawa uang cash 270 ribu aja."
"Ck! Yaudah sini, segitu juga nggak masalah." decak Lila kesal, dengan cepat Gori merogoh saku celananya dan memberikan uang tersebut kepada Lila. Dia sedikit bersyukur lantaran hanya membawa uang tunai sebesar itu. Jika tidak, pasti lima ratus ribu sudah melayang karena kecerobohan Anza.
"Done ya Pak! Sekali lagi jangan ceroboh jadi orang," sinis Lila lalu pergi. Kebetulan pesanannya juga sudah jadi membuat dirinya tidak harus berlama-lama menunggu.
Saat ini tersisa Gori dan juga Anza, Gori lantas menatap tajam sahabatnya itu. "Tolol banget sih lo! Duit gue jadi hangus kan!" kesal Gori kepada Anza yang hanya diam.
"Ya-ya, nasib lo." jawab Anza enteng, sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Udah lah, pergi aja! Nggak napsu makan gue jadinya, makanan kita juga udah tumpah semua." ajak Gori, Anza yang mendengar itu hanya mengiyakan saja.
***
Lila yang baru saja mengantarkan orderan makanan ke pelanggannya tersebut, memutuskan untuk kembali ke rumah mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Membuka pintu rumahnya, dengan segera ia menutupnya kembali lalu berjalan ke kamarnya. Selesai berganti pakaian, ia memutuskan untuk ke dapur mengambil makanan yang ada.
"Nikmatnya hidup ini, no problem lah ya baju gue kotor. Yang penting dapet cuan," ucap Lila setelah mendudukkan dirinya di sofa sembari memakan makanan yang ia dapat di dapur.
"Tapi gue juga sebel banget sama itu orang! Udah tadi pagi bikin kesel, terus tadi juga bikin kesel!" dengkusnya sebal sembari mengaduk-aduk makanan yang berada di piring, seolah-olah membayangkan tengah mengaduk-aduk wajah pria menyebalkan itu yang sialnya tampan.
"Kalau dia jadi suami gue, udah gue cincang tuh orang! Habis itu gue masak jadi rendang!" ucapnya dengan senyum miring.
Beberapa detik senyum miring tersebut pudar berganti dengan mimik wajah takut. "Eh, ya nggak boleh gitu dong Lila cantik. Lo mau jadi psikopat? No no no, nanti lo di penjara terus jadi perawan tua di sana. Ihhh serem amat anjir," lanjutnya membayangkan.
Sembari melanjutkan makannya ia melirik jam yang berada di dinding menunjukkan pukul 13:47. "Istirahat dulu aja deh, kalau ada orderan baru gue berangkat lagi."
***
Helo, welcome back.
Vote y maniezht, promosiin cerita ini ke temen-temen you biar pada baca, xixixi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Ojol Cantik
Short StoryBaru di revisi sebagian. Masih BANYAK TYPO di sengaja ataupun tidak, jadi... tandai aja! *** Cerita konyol pertemuan antara Naila atau biasa di panggil 'Lila' perempuan tangguh dan pekerja keras, yang berkerja sebagai drivel ojol. Dan juga Arkanza a...