19. Menarik

4.6K 520 4
                                    

Seperti perintah Anza tadi, kini Lila dan juga Bayu yang telah selesai di obati tengah berjalan menuju rungan pria tersebut. Sedari tadi mata perempuan itu bergerak kesana-kemari melihat sekeliling jalan dan juga ruangan yang ia lewati.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," mendapat jawaban dari dalam, segera keduanya melangkahkan kakinya masuk.

Mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di sana, Lila kembali berdecak kagum melihat isi ruangan tersebut. Anza hanya tersenyum tipis di buatnya.

"Ekhmm! Oke untuk Bayu, karena satu jam lagi kita akan mulai meeting. Segera kamu persiapkan semuanya, nanti saya susul." ucap Anza di anggukki patuh oleh Bayu.

"Silahkan kamu keluar, saya ingin berbicara sebentar dengan dia." lanjut Anza sembari menatap Lila yang masih sibuk memperhatikan ruangan tersebut.

Tanpa banyak bicara, Bayu segera melaksanakan ucapan dari atasannya itu.

"Udah puas ngeliatinnya?" tanya Anza, membuat Lila tersadar akan perbuatan konyolnya dan menatap sengit pria yang berada di depannya.

"Kita udah beberapa kali ketemu, tapi saya masih belum tau nama kamu." lanjutnya membuat Lila menatap Anza malas.

Lila mengangkat dagunya angkuh. "Emangnya kalau Bapak tau nama saya buat apa?"

"Buat saya santet," balas Anza lempeng.

Mata Lila melotot kecil dan berdecih sinis. "Coba aja kalau bisa, doa saya kenceng Pak! Bismillah santetnya balik ke Bapak!"

"Doa saya juga kenceng!" balas Anza tidak mau kalah.

"Heleh, Bapak aja sholat cuma hari Jum'at doang. Itu juga cuma buat dapet makanan dari masjid," remeh Lila sembari bersidekap dada.

"Pasti Bapak juga nggak apal bacaan sholat, kan?" lanjutnya dengan senyum penuh ejek.

"Kamu ngeremehin saya? Mau bukti?" jawab Anza kesal.

"Iya, coba Bapak ngimamin saya." ujar Lila sembari menaik turunkan alis. Anza di buat geli sekaligus merinding.

"Nggak minat!" ucapnya membuat Lila mendengkus sebal.

"Balik ke topik awal! Siapa nama kamu?" lanjut Anza sembari menaikkan satu alisnya.

"Lila," jawabnya cuek, seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Hm, tidak terlalu buruk," balas Anza sembari mengangguk-anggukan kepala.

Setelah itu hening tidak ada obrolan, dengan malas Lila mencoba bertanya kepada pria menyebalkan itu.

"Em... Pak, saya mau tanya. Kalau si Stepen di rawat, saya narik orderan gimana ya?"

"Pakek odong-odong di rumah saya,"

"Ck! Yang bener dong Pak," decak Lila kesal. Apakah pria di hadapannya sedang stand up komedi? Jika ia, sangat garing!

"Ya kamu tinggal nggak usah narik orderan, gitu aja repot." balas Anza enteng, membuat Lila menatapnya tajam.

"Lo pikir gue nggak butuh money buat makan?!" ujar Lila berapi-api, enak saja mulut pria itu berbicara enteng.

"Kan ada saya yang menafkahi kamu lahir batin, gimana sih sayang?" ucap Anza sembari tersenyum menggoda membuat Lila berbalik menatap Anza geli.

"Bapak sehat, kan?" tanya Lila sembari berjalan mendekat ke arah Anza, dengan menempelkan punggung tangan ke kening pria itu.

"Hm agak panas sih, pantes radak gila." lanjutnya seraya mengangguk kecil.

"Apaan sih kamu!" risih Anza sembari menyingkirkan telapak tangan Lila.

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang