Saat ini Ayah Abbas di buat heran dengan kedatangan perempuan yang tiba-tiba mengaku sebagai tunangan anaknya.
"Mending kita masuk dulu, ngobrol di dalam." ucap Ayah Abbas kepada perempuan tersebut dan di anggukki setuju olehnya.
Setibanya di ruang tamu, Bunda yang tengah duduk santai sembari membaca majalah mengernyit heran dengan kedatangan perempuan tersebut.
"Siapa Yah?" tanya Bunda dengan gerakan mulut, di balas gelengan dari Ayah Abbas.
"Eh, siapa ini cantik banget." puji Bunda di balas senyum malu-malu oleh perempuan tersebut.
"Ada keperluan apa kamu ke sini?" lanjut Bunda bertanya.
"Saya mau ketemu tunangan saya Tante," jawabnya penuh percaya diri, sembari terlihat menyelipkan anak rambutnya.
Bunda terlihat saling pandang dengan suaminya itu. "Tunangan? Kamu tunangan anak saya?" tanya Bunda memastikan dan di jawab anggukan kecil oleh perempuan itu.
Bunda hanya tersenyum kecil, lalu membisikkan sesuatu ke Ayah Abbas. "Anza udah tunangan? Kok aku nggak tau sih Mas?"
"Ayah juga nggak tau lah Bun! Kan Ayah baru aja pulang dari luar negeri, harusnya Ayah yang tanya sama Bunda." jawab Ayah berbisik.
"Bunda juga nggak tau," bisiknya lagi sembari tersenyum kaku kepada perempuan tersebut.
Ayah berdehem sebentar lalu menatap perempuan itu. "Siapa nama tunangan kamu?"
Perempuan tersebut mendongakkan kepalanya dan menatap heran kedua paruh baya tersebut. "Grigori Sangaji, Gori."
Ayah Abbas dan Bunda spontan geleng-geleng kepala. "Nama anak kami Anza, bukan Gori." ucap Bunda dengan tersenyum kecil.
"Ta-tapi kalau nggak salah, rumah tunangan saya di sini deh Tan." ringisnya sedikit malu. Siapa juga yang tidak malu berada di posisinya sekarang.
"Grigori Sangaji ya? Sepertinya saya kenal." ucap Ayah Abbas seraya berfikir, membuat kedua perempuan berbeda umur tersebut menatapnya.
"Itu Bun, temennya Anza waktu jaman sekolah, sekarang kerja jadi Sekretaris Anza di kantor." lanjutnya sembari mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mending kamu ke kantor anak saya, supaya bisa ketemu tunangan kamu." ucap Bunda kembali menatap perempuan itu.
"O-oh gitu ya," jawab perempuan itu kikuk.
"Alamat kantornya dimana ya Tan?" lanjutnya tanyanya.
"Di jalan Cendrawasih no 3," jawab Bunda di balas anggukan oleh perempuan tersebut.
"Kalau gitu saya permisi dulu ya Om, Tante. Hehe, maaf saya salah." ringisnya.
"Nggak papa, hati-hati ya." balas Bunda sembari tersenyum simpul.
***
"HONEY! SAYANG! MY BABY! JODOH KAMU UDAH TIBA NIH! PELUK DONG PELUK!" teriak perempuan saat masuk kantor Anza, membuat para karyawan dan resepsionis menatapnya heran.
"Sedang ada keperluan dengan siapa ya Kak?" tanya resepsionis kepada perempuan tersebut.
"Saya mau cari tunangan saya Mbak," balasnya dengan celingukan kesana-sini.
"Boleh tau namanya siapa?" tanya resepsionis lagi.
"Grigori Sangaji, kalau nggak salah. Yang jadi sekretaris si Anza itu," jawab perempuan tersebut.
"O-oh Pak Gori ya? Ma-mari saya antar," jawab resepsionis.
Sesampainya di ruangan Gori, resepsionis tersebut tidak mendapati keberadaan Gori sama sekali. Ia berjalan menuju keruangan Anza, dan terlihat Gori dan juga Anza yang tengah mengobrol serius.
"Permisi Pak, ini ada yang mencari Pak Gori." ucap resepsionis sopan.
"Siapa?" tanya Gori dengan satu alis terangkat.
"MY DARLING! I'M COMING!" teriak perempuan dari arah belakang seraya berlari, lalu memeluk Gori erat.
"Kalau gitu saya permisi Pak," pamitnya dibalas anggukan singkat oleh Gori dan juga Anza.
Anza menatap malas keduanya. "Ini kantor ya, bukan acara peluk-peluk manjalita."
Perempuan tersebut melepaskan pelukannya dan menatap tajam Anza.
"Sirik aja dasar jomblo karatan." Diva Lathifa, yaitu tunangan mamas ganteng Gori, yang baru saja pulang dari kuliahnya di luar negeri. Meskipun tingkahnya yang kadang sedikit begitu lah ya, tapi Gori sangat mencintainya.
"Kamu kok pulang nggak ngabarin aku sih sayang?" tanya Gori.
Diva mengalihkan pandangannya ke tunangannya itu. "Hehe aku lupa Beb, tadi aku kerumah kamu. Eh ternyata rumah si Anza, lama di luar negeri jadi lupa." jawabnya cengengesan.
"Emang dasar otaknya cuma seupil ya gitu," sinis Anza.
"Ya namanya lupa, maklumin dikit dong!" ketus Diva.
"Kuliah kamu gimana?" tanya Gori.
"Ya gak gimana-gimana sih, tahun depan kayaknya aku lulus. Doain aja yekan," ucap Diva.
"Aku juga lagi cari referensi buat skripsi. Makanya aku kesini, Papi sama Mami masih di sana." lanjut Diva menjelaskan, Gori hanya mengangguk paham seraya mengusap lembut pucuk kepala perempuan itu.
"Nanti tanya aku aja kalau kamu kesulitan buat skripsi." ucap Gori di balas senyuman lebar dari Diva.
"Makaci sayangku," balasnya dan mencium pipi Gori gemas.
"Tolong ya Mbak sama Mas, kalau mau mesra-mesraan keluar! Ini kantor, apalagi ini di ruangan saya." sindir Anza yang sedari tadi diam. Sungguh cukup muak dan tertekan dirinya saat ini.
"Udah yuk Beb, kita pergi. Biarin Bos kamu ini di sini," ajak Diva dan di anggukki oleh Gori.
"Bye sobat! Gue pergi dulu," ledek Gori dan menjulurkan lidahnya seraya tertawa lepas.
"Ck! Disini gue yang bos atau dia sih, seenaknya aja main pergi. Kalau bukan temen, udah gue sleding juga tuh orang." gerutu Anza kesal sembari membanting kecil berkas yang berada di tangannya.
***
Vote maniezht, biar Anza g nangis.
Direvisi✓
Jum, 27 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Ojol Cantik
Short StoryBaru di revisi sebagian. Masih BANYAK TYPO di sengaja ataupun tidak, jadi... tandai aja! *** Cerita konyol pertemuan antara Naila atau biasa di panggil 'Lila' perempuan tangguh dan pekerja keras, yang berkerja sebagai drivel ojol. Dan juga Arkanza a...