Sesampainya di halaman rumahnya, Anza menatap punggung Bunda Kinar yang kini tengah menyiram tanaman sembari bersenandung kecil. Berjalan dengan hati-hati, takut jika Bunda berbalik dan gagal rencananya untuk mengagetkan wanita tersebut. Tinggal beberapa langkah lagi, tapi suara seseorang membuat Anza menghentikan langkahnya.
"Kenapa kamu jalan ngendap-ngendap gitu? Kayak mau maling jemuran tetangga aja." celetuk Ayah Abbas yang kini tengah sedikit meregangkan otot-otot tubuhnya.
Dengan wajah kesal, Anza membalikkan badannya. "Sttttt! Ayah bisa diem nggak sih? Anza mau ngangetin Bunda! Jadi gagal 'kan,"
Bunda yang merasa terganggu akibat pertengkaran kecil antara kedua Bapak dan Anak itu lantas menatap keduanya bergantian.
"Kurang kerjaan banget sih kamu? Misalnya, kalau kamu jadi ngagetin Bunda, terus Bunda nanti kenapa-kenapa gimana?" ketus Ayah Abbas, anaknya itu benar-benar seperti bocil mematikan yang berkeliaran kesana-sini dan membuat orang tuanya pusing tujuh keliling.
"Anza, kamu itu udah gede. Tapi kelakuan masih sama kayak bocil epep," timpal Bunda geleng-geleng kepala, sudah beberapa kali wanita paruh baya itu mengingatkan anaknya tersebut.
Anza mendelikkan matanya kesal mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Bunda Kinar. "What?! Bunda ngatain Anza bocil epep? Omaigot Bunda, calon sugar daddy gini kok di samain sama bocil ingusan depan komplek rumah sih!"
"Gue sih o aja," ujar Ayah Abbas sembari melenggang pergi masuk ke dalam rumah, meninggalkan Anza yang melongo di tempat dan sedikit menggeram kesal.
"Kamu mending ngomong sama ayam tetangga aja, Bunda mau masak dulu." dengan segera, Bunda berjalan menyusul Ayah Abbas yang sudah masuk ke terlebih dahulu.
Pria itu mencibikkan bibirnya kesal, Bundanya sudah terkontaminasi jika Ayah Abbas sudah berada di rumah. "Ishhhh! Kok Anza di tinggal sih! Masak gue ngomong sama ayam tetangga? Emangnya gue paham bahasa ayam? Paling cuma kukuriuk petok petok," gerutu Anza sembari menirukan suara ayam.
"Eh kok kukuriuk sih? Kukuruyuk anjim! Eh, bener nggak sih?" karena terlalu pusing dengan ucapannya sendiri, Anza memutuskan untuk melenggang pergi menyusul kedua orang tuanya, yang Anza pastikan sedang bermesraan.
***
Di lain tempat, Lila baru saja sampai di rumahnya. Perempuan itu terlihat berlari kecil masuk ke dalam rumah, dan kembali membawa sebotol minyak urut yang sering ia pakai dan bergegas menghampirinya Stepen.
Dengan telaten, Lila mengoleskan minyak urut itu ke body motornya hingga tidak ada yang terlewat sekecilpun. "Nah rebes udah deh! Kinclong lagi, siapa dulu dong yang punya?" tanya gadis tersebut entah kepada siapa.
"Yang punya~ Lila~ cantik~," lanjutnya dengan bernada setelah itu ia terkekeh kecil.
"Gue lama-lama kayak orang gila tau nggak Step? Ya gini nih udah kelamaan jomblo! Ya mau gimana lagi ya Bundah-bundah, emang pada dasarnya spek bidadari macam aing itu harus mendapatkan yang spek pangeran juga! Harus itu! Mutlak!" ucapnya tak terbantahkan.
"Tapi kalau di pikir-pikir, nggak ada cowok satu gitu yang mau deket sama gue? Apa, gara-gara gue bau kenalpot racing? Ah, tapi nggak deh. Orang wangi gini kok," Lila mengendus aroma badannya sendiri dan seketika ia di buat ingin muntah.
"Sialan! Bau juga ternyata, tapi kayaknya ini cuma efek gue mandinya kurang lama deh." monolognya, ia masih tidak terima jika bau badannya sedikit menyengat. Biasanya juga harum kok, seharum mulut para lelaki buaya buntung yang suka mengumbar janji-janji manis ke kaum hawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Ojol Cantik
Short StoryBaru di revisi sebagian. Masih BANYAK TYPO di sengaja ataupun tidak, jadi... tandai aja! *** Cerita konyol pertemuan antara Naila atau biasa di panggil 'Lila' perempuan tangguh dan pekerja keras, yang berkerja sebagai drivel ojol. Dan juga Arkanza a...