28. Rumah Kita✓

4K 457 17
                                    

Jaga kesehatan, jangan sakit-sakit kalian, hehe. Lope banyak-banyak buat kalian yang udaaa baca cerita akuuuu!😗🥰

Happy Reading...

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, mobil dengan warna putih itu terlihat memasuki pekarangan rumah yang terbilang cukup besar juga mewah. Dengan pandangan yang masih menghadap samping yang mengarah ke cendela mobil, Lila lantas mengalihkan pandangannya ke depan. Dengan raut wajah yang ketara kebingungan, perempuan itu terlihat mengerutkan keningnya. Diliriknya wajah pria menyebalkan yang kini tengah membuka seat beltnya sendiri. Merasa dilirik, Anza yang sudah membuka seat belt langsung saja melipat ke dua tangannya di depan setir mobil lalu wajahnya menoleh ke samping.

"Kenapa?" tanya pria itu di iringi dengan senyum tipis, seolah tidak merasa bersalah telah memaksa Lila untuk ikut bersamanya. Entah apa maksud tujuan ia membawa perempuan itu, Anza juga tidak tahu pasti. Ia hanya ingin, ingat! Ingin saja. Tidak masalah, bukan?

Memalingkan wajahnya, Lila mendengkus kesal. Tangan perempuan itu bersidekap dada, enggan dan sudi menjawab pertanyaan pria itu. Anza yang gemas lantas mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Lila. "Kek anak kecil, kamu." kekehan ringan yang keluar dari mulut Anza membuat Lila melotot garang.

"Maksud, Bapak?" Dengan mimik wajah yang ketara kesal, Lila bertanya di sertai dengan lirikan mata.

Anza menaikkan satu alisnya, bingung. Maksud apa yang ditanyakan perempuan itu kepadanya. Mengabaikannya ucapan Lila, Anza justru fokus ke telepon genggamnya dan terlihat mengetikkan sesuatu sebelum memasukkan ponsel itu ke saku celananya lagi. Geram dengan hal itu, Lila lantas menarik telinga pria tersebut.

"Aduhhh! Kamu apa-apaan si? Sakittt, tau!" Anza mengaduh kesakitan dan menggosok-gosok telinganya yang sedikit memerah.

"Yaa abisnya Bapak nggak jawab pertanyaan saya!" Lila menautkan ke dua alisnya dengan dada naik turun tanda ia sangat marah. Tapi Anza yang melihat itu justru mengumpat dalam hati. Bagaimana tidak, perempuan itu terlihat berkali-kali lipat lebih lucu jika seperti ini. Apalagi dengan wajahnya yang memerah padam. Rasanya Anza ingin membawa perempuan itu ke dalam pelukannya lalu mengarunginya sekarang juga.

"Turun," Anza justru menyuruh Lila untuk segera turun setelah membantu membuka seat belt perempuan itu. Sebelum itu, satu tangannya merapikan anak rambut Lila yang menutupi wajah cantik perempuan itu. "Cantik." pujinya membuat Lila melongo.

"Nggak waras!" Setelah mengucapkan itu, Lila langsung membuka pintu mobil dan menutupnya kasar. Anza yang masih berada di dalam mobil menggelengkan kepalanya pelan, dan segera menyusul perempuan tersebut.

Menghilangkan kekesalannya tadi, Lila yang merasa tidak asing dengan tempat ini lantas bertanya kepada Anza yang sudah berdiri di depannya dengan jarak tidak terlalu jauh. "Ini... rumah, Bapak?"

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut perempuan itu, Anza terlihat berfikir sejenak. Senyum aneh terbit di wajah pria itu, yang membuat Lila jengkel bukan main. Apalagi mendengar jawaban tidak masuk akal yang pria itu ucapkan. "Rumah kita."

"Masuk. Gandeng tangan saya, biar keliatan aura romantisnya." Lagi-lagi Anza memaksa perempuan itu untuk menggandeng tangannya dan masuk ke dalam bangunan yang di yakini Lila sebagai rumah pria tersebut.

Lila yang akan melayangkan protes, sudah di bungkam Anza dengan kalimat yang membuatnya membeku. "Kamu ngelawan, saya halalin sekarang." Melihat Lila yang hanya diam, seperti ini membuat Anza terkekeh kecil. Pria itu segera melanjutkan langkahnya dengan bergandengan layaknya pasangan yang baru saja menikah dengan Lila. Tapi terlihat dari wajahnya, Lila justru seperti perempuan yang di nikahi paksa karena masalah hutang piutang. Sungguh malang nasib ini.

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang