16. Ketoprak

5K 532 5
                                    

Manusia terlihat tidak henti-hentinya beraktivitas membuat jalanan selalu terlihat ramai. Banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya saat lampu merah menyala, dan juga terlihat banyak pelajar SMA, SD bahkan SMP yang baru saja pulang dari sekolah.

Di emperan pinggir jalan, di jejeran gerobak jualan yang terlihat ramai. Lila dan juga Bayu saat ini tengah bersantai menikmati sepiring ketoprak sembari mengobrol kecil.

Seperti yang di janjikan pria itu, ia mentraktir Lila makan ketoprak langganan mereka berdua.

Dengan mulut penuh makanan, Lila memandang Bayu. "Udah gue bilang, kan! Latihan sama gue kemarin lo langsung ketrima kerja,"

"Terus juga, doa gue paling manjur! Jadi nggak meragukan gue deh lo," lanjutnya menyombongkan diri.

Bayu lantas berdecih sinis. "Doa Mak gue, lebih manjur!"

Lila meringis pelan sembari menyendokkan makanannya. "Ya-iya sih."

"Btw Bay, lo kerja di sana ngelamar jadi apaan?" lanjutnya bertanya. Lila di buat bingung, apa yang sebenernya di lakukan oleh orang-orang kantor yang biasanya ia lihat? Apakah hanya mengetik di depan komputer saja? Tapi kenapa bisa mendapatkan uang yang begitu banyak? Jika benar hanya seperti itu dirinya juga mau! Tidak perlu repot-repot, panas-panasan menjemput penumpang.

"Ya kayak karyawan kantor gitu lah, yang kerjanya di layar komputer gitu. Gue lupa namanya," jawab Bayu seadanya. Lila mendengkus pelan, sia-sia dia bertanya kepada orang di depannya ini. Rasa penasarannya masih memupuk tinggi di dalam dirinya.

"Lil... lo nggak ada niatan cari pacar?" tanya Bayu membuka topik obrolan baru.

Perempuan itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Em... gimana ya, ya ada sih... tapi ya gitu deh,"

Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Makanya jadi cewek jangan ganas, kalem aja gitu. Gue jamin banyak yang deketin lo,"

Lila mencibikkan bibirnya sebal. "Ribut amat lo ngurusin permasalahan percintaan gue. Dan gue kasih tau lo ya Bay, ganas-ganas gini juga bisa bikin Bapak lo klepek-klepek kalau gue kedipin,"

Bayu tergelak. "Najong banget anjing!" sinis pria itu, membuat Lila meledakkan tawanya.

***

Gori menatap malas tunangannya yang sudah dua jam lebih berkeliling di Mall, tapi belum menentukan untuk membeli apa. Perempuan memang sama saja, terlalu rumit.

Jika bertanya 'Bagus yang mana?' saat kita menentukan pilihan yang menurut kita pas, dia akan menjawab 'Nggak ah, jelek banget. Mending yang ini aja' jika begini, apa fungsinya dia bertanya kepada kita?

"Beb, kita udah berjam-jam loh. Kaki aku pegel," keluh Gori kepada Diva yang tengah sibuk memilih-milih baju yang akan ia beli.

"Apa sih sayangggg, bentar dulu. Baru juga sebentar, ih..." Diva memanyunkan bibirnya.

"Astagaaaa! Ucul banget bajunya." lanjut Diva antusias melihat baju yang bermotif bunga-bunga.

"Jelek," komentar Gori mendapat cubitan manja di perutnya membuat pria itu meringis kecil.

"Udah ah, nggak mood aku gara-gara kamu. Mending kita makan aja, laper aku dari tadi. Kamu ngajak aku jalan, tapi nggak ngajak makan! Dasar!" kesal Diva membuat Gori menghela nafas. Memang laki-laki selalu salah, padahal ia sudah dari tadi mengajak perempuan itu untuk makan terlebih dahulu. Dan sekarang? Malah dia yang di salahkan, ingin protes? Bisa hilang nyawanya saat itu juga.

"Mau makan apa kamu?" tanya Gori dengan senyum yang sedikit di paksakan.

"Apa ya?" ucapnya sembari meletakkan tangannya di dagu, seraya berfikir. Oh, ayolah! Apakah dirinya harus menunggu berjam-jam lagi, hanya untuk menentukan ingin makan apa?

"Gimana kalau ketoprak?" lanjut Diva antusias. Gori hanya bisa mengangguk mengiyakan dan bernafas lega, segera mereka keluar dari Mall untuk membeli ketoprak yang di inginkan tunangannya itu.

***

"EH MBAK OJOL! AKHIRNYA KITA KETEMU LAGI MBAK!" pekik seseorang kepada Lila.

Lila yang masih asyik mengobrol dengan Bayu lantas mengeryit heran saat mendengar pekikan perempuan yang tidak terlalu asing.

"Mbak Ojol! Inget saya nggak?" tanya perempuan menghampiri Lila dengan pria di sebelahnya. Lila mencoba-coba mengingat-ingat, lalu mengangguk kecil.

"Seneng banget ketemu Mbak lagi!" lanjutnya antusias.

"Kenalin saya Diva Lathifa! Nama Mbak siapa?" tanyanya dengan senyum manisnya.

"Naila, panggil Lila aja." jawab Lila seraya tersenyum kikuk.

"Nama Mbak nice!" ucap perempuan yang tak lain adalah Diva yang datang bersama Gori. Setelah berputar-putar menghabiskan waktu hampir dua jam, akhirnya pria itu menemukan penjual ketoprak yang di inginkan Diva.

Lila sedikit tidak nyaman tapi hanya tersenyum tipis. "Panggil Lila aja jangan pakek Mbak, gue seumuran lo kok,"

"Hehe oke. Tapi aku panggil Nai aja ya, eh sampai lupa. Kenalin ini tunangan aku," ucap Diva memperkenalkan pria yang di sampingnya yang sedari tadi diam.

"Ayo sayang kenalan," lanjutnya menyenggol lengan tunangannya itu.

"Grigori Sangaji, Mbak nggak mungkin lupa sama saya 'kan." ucap Gori.

"Ya nggak mungkin lah Mas! Ngomong-ngomong, uangnya yang dulu kurang. Gimana kalau Mas traktir saya?" jawab Lila seraya menaik turunkan alis. Membuat Gori di buat mendengkus sebal.

"Loh... udah kenal?" Diva menutup mulutnya tidak percaya, seraya menggelengkan kepalanya dramatis.

"Jangan-jangan kamu selingkuhan tunangan aku ya? Jujur Nai! Sayang? Kamu selingkuh? Kamu tega? Cukup! Kok kamu gitu sih sama aku? Oh gini ya kamu ternyata, aku nggak nyangka loh." cerocos Diva membuat jengah semua yang mendengarnya.

Gori meraup wajah Diva, membuat perempuan tersebut memanyunkan bibirnya. "Diem sayangggg... aku jelasin dulu,"

Dengan bibir terlipat sebal, Diva menatap Gori. "Iya udahhhh! Jelasin,"

Gori menghela nafas pelan, dan mengangguk kecil. "Waktu itu di restoran, si Anza nggak sengaja numpahin makanan. Terus kena diaー," pria itu menunjuk Lila dengan dagunya.

"Karena waktu itu si Mbak ini udah ke buru emosi, yaudah aku yang ganti. Gitu, cintakuuuu." jelasnya seraya mencubit gemas pipi Diva, membuat perempuan itu meringis tidak enak.

"Oh gitu ya? Maaf ya Nai, hehe maklum namanya juga cemburu." ucap Diva tersenyum malu, sembari menyelipkan anak rambutnya. Lila yang sedari tadi diam hanya menunjukkan senyum geli.

"Ekhmm! Pak?" sapa Bayu yang sedari tadi seperti lalat yang tidak anggap di antara mereka.

"Loh... kamu?" heran Gori di balas cengiran oleh Bayu.

"Hola teman-teman, nama aku Bayuni Jayantaka. Panggil Bayu aja ya gais ya, sekian terimakasih." ucap Bayu membuat Diva menatapnya sengit.

"Kamu siapa? Jangan sok kenal. Lagian, aku nggak minat kenalan sama kamu, mending kamu diem aja lebih baik." ketus Diva membuat Lila menahan tawa. Sungguh Bayu yang malang.

"Sabar ya kawan," ucapnya kepada Bayu membuat pria itu mendengkus kesal.

"Sayang? Jadi makan ketoprak nggak nih?" tanya Gori, yang pegal berdiri dan juga perutnya yang sudah keroncongan.

"Jadi dong Beb, cepet pesen. Punyaku jangan pedes-pedes ya," ucapnya di balas anggukan oleh Gori.

Sembari menunggu pesanan mereka jadi, Gori dan Diva memutuskan untuk mengobrol dengan Lila dan juga Bayu. Mereka tertawa bersama, seakan sudah akrab sangat lama.

Tapi tidak dengan Anza yang berada di kantor, sungguh pria itu di buat menggerutu sebal. Pekerjaan menumpuk, dan harus dia yang menyelesaikan tugas tersebut karena Sekretaris laknatnya, yang sibuk bersantai di luar sana sembari membucin!

***

Vote!

Direvisi✓
Min, 29 Mei 2022

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang