Memakan waktu kurang lebih 15 menit, Anza dan juga Lila sudah sampai di depan kantor tempat perusahaan pria itu. Dengan Anza yang masih memejamkan mata dan juga memeluk pinggang perempuan itu erat.
"Pak, udah sampai. Terus juga, jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan ya Pak, tangannya ini loh. Nggak sopan banget," kesal Lila dan dengan cepat ia melepaskan tangan Anza yang melingkar erat di pinggangnya.
Dengan perlahan-lahan Anza membuka matanya dan menatap sekeliling. "Gue masih hidup, kan?" gumamnya yang masih di dengar jelas oleh Lila.
Lila melirik pria itu sinis dari spion motornya. "Bapak udah koit! Ya jelas masih hidup lah!"
Anza yang mendengar itu spontan langsung turun dari motor perempuan tersebut, lalu dengan gerakan cepat melangkahkan pergi. Belum sampai lima langkah, suara Lila kembali terdengar.
"E-eh, Bapak mau kabur ya? Kalau nggak punya duit jangan pesen ojol Pak! Jalan kaki sana! Miskin gaya-gayaan!" sinis Lila dan menarik kerah kemeja pria itu.
"Jaga bicara kamu ya! Saya itu CEO, ya mana mungkin saya nggak punya uang! Motor butut kamu aja bisa saya beli dengan mudah!" jawab Anza kesal saat membalikkan badannya.
"Sekate-kate ye ente bilang motor butut! Gini-gini pernah di pakai waktu perang jaman Majapahit," balas Lila tidak terima. Enak saja Stepen yang gagah, maco dan juga perkasa di hina sangat keji seperti itu.
"Motor butut kamu itu, kalau di jual di rongsokan juga nggak akan ada yang minat beli," remeh Anza sembari melirik Stepen dengan pandangan merendahkan.
"Wahhh, ngehina banget ya lo!" nyolot Lila.
"Harap sopan wahai anak muda, kamu itu harusnya bersyukur bisa goncengin CEO terkenal seperti saya!" sombong Anza dan sedikit memalingkan wajahnya ke samping.
Cih! Apa dia bilang? Bersyukur?! Yang ada, Lila sangat-sangat sial hari ini harus mendapatkan orderan dari pria aneh di hadapannya. "Alah CEO-CEO tai kambing! Cepet bayar, nggak usah banyak cincong." ucap Lila yang sudah muak berdebat dengan Anza.
Anza merogoh kantong saku celananya, tapi tidak menemukan dompetnya sama sekali.
"O-oh itu, dompet saya ketinggalan." ringis Anza sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ck, sial! Hilang sudah martabatnya yang sudah ia junjung tinggi, setinggi harapan kamu di chat kembali oleh doi.Lila mendelikkan matanya, apakah pria di hadapannya ini benar-benar SEORANG CEO?! Jika benar, kenapa membayar ongkos ojek online yang tidak sampai beberapa juta harus beralasan seperti itu. "Ngeles banget, mau nipu 'kan lo?! Terus sekarang gimana? Bapak bisa saya tuntut loh ini,"
Anza di buat takut mendengar ancaman perempuan tersebut. "Ya jangan gitu dong Mbak, masa di tuntut sih." balas Anza tidak terima.
"Maaf, ada apa ya Pak, ribut-ribut?" tanya orang berseragam Satpam kepada Anza, yang tiba-tiba datang setelah mendengar keributan oleh kedua insan berbeda kelamin itu.
Anza mengalihkan atensinya kepada Satpam kantornya itu. "Ini Pak, biasalah. Ojol sinting," jawab Anza kelewat santai.
Lila yang semula tidak ingin terpancing emosi, lantas menggulung lengan jaketnya ke atas. "WAH NGAJAK RIBUT YA LO! SINI MAJU!" teriak Lila tidak terima dan turun dari motor.
Satpam tersebut yang berada di tengah-tengah sedikit meringis takut kepada Lila. "Mba-mbak tenang dulu Mbak," ucapnya.
Lila menatap tajam Satpam tersebut. "Bos Bapak ini, yang katanya CEO terkenal. Nggak bisa bayar ongkos saya Pak, dari tadi juga ngajak ribut mulu." Lila menyorot tajam Anza, membuat pria itu merapatkan tubuhnya di belakang Satpam itu.
"E-emangnya berapa Mbak?" tanya Satpam itu hati-hati.
Lila mengambil ponselnya lalu membukanya. "Karena dia dari tadi bawel mulu, jadi seratus lima puluh ribu aja Pak." jawab Lila.
"Mahal amat ya Pak," gumam Satpam tersebut kepada Anza yang berada di belakangnya.
"Bayar aja udah, nanti saya ganti." bisik Anza di anggukki oleh Satpam tersebut.
"Ini Mbak," ucap Satpam tersebut menyerahkan satu lembar uang seratus ribu dan satu lembar lima puluh ribu.
"Nah gini 'kan enak, kalau gitu saya cabut dulu ya Bapak-bapak yang terhormat." ujar Lila kembali naik ke motor nya, membuat kedua pria berbeda umur itu bernafas lega.
"Eh sampai lupa, helm saya jangan di embat. Sini," lanjut Lila, dengan cepat Anza melepaskan helm tersebut dan menyerahkannya, lantas Lila segera menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan kantor Anza.
"Kalau gitu saya masuk dulu Pak, nanti uangnya saya ganti." ucap Anza kepada Satpam tersebut. Sungguh dirinya sudah bisa sedikit bernafas lega, setelah drivel ojol ganas itu pergi.
"Iya Pak, kalau gitu saya juga." jawab Satpam tersebut di anggukki oleh Anza.
Dengan segera Anza memasuki kantornya dengan berwibawa, meskipun pakaiannya dan juga rambutnya terlihat berantakan karena naik motor bersama perempuan gila itu yang mengendarai motor seperti orang menantang maut.
Melirik jam yang berada di tangannya, kurang 10 menit lagi meeting di mulai. Ia segera pergi ke toilet untuk merapikan pakaiannya tidak lupa menyiapkan bahan presentasi yang ia gunakan nanti.
.
.
.
.Kalo suka vote, jan ragu. Aku g bakal gigit kok, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Ojol Cantik
Short StoryBaru di revisi sebagian. Masih BANYAK TYPO di sengaja ataupun tidak, jadi... tandai aja! *** Cerita konyol pertemuan antara Naila atau biasa di panggil 'Lila' perempuan tangguh dan pekerja keras, yang berkerja sebagai drivel ojol. Dan juga Arkanza a...