Anza menatap malas berkas-berkas yang sudah menumpuk memenuhi meja, ia sedikit melonggarkan dasinya dan menghembuskan nafas berat.
"Enaknya tuh pas lagi kerja terus istri tiba-tiba telfon 'Mas, kapan pulang? Aku kangen, anak-anak juga kangen nih' tapi gue cuma bisa halu!" Ingin rasanya Anza menikah detik itu juga, tapi apa daya jika dia saja sangat malas dekat dan harus menjalin hubungan dengan perempuan.
"Bener kata Ayah, kayaknya gue harus cepet-cepet cari istri. Kan kasian bibit-bibit unggul gue, udah siap cocok tanam ini mah." gumamnya seraya tersenyum kecil.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu membuat lamunan Anza buyar. "Masuk," ucapnya sembari sedikit merapikan jas nya.
"Maaf Pak, ini berkas-berkas orang yang melamar kerja hari ini." ucap seorang wanita.
Anza berdehem sebentar. "Berapa jumlahnya?"
Wanita itu terlihat membungkuk sopan dan menyerahkan berkas yang ia bawa kepada atasannya itu. "Sekitar 10-15 orang Pak, bisa Anda cek dulu. " segera Anza mengecek berkas-berkas tersebut.
Anza mulai mengecek berkas-berkas itu satu persatu dengan cepat tapi santai. "Besok kamu panggil dan suruh Gori untuk menginterview mereka semua." ucap Anza sembari menyerahkan kembali berkas-berkas tadi.
"Baik Pak," balas wanita tersebut sopan dan segera keluar dari ruangan Anza.
***
Saat ini Lila sedang di buat pusing oleh, perempuan yang tiba-tiba merengek kepadanya untuk di antarkan pulang. Yang membuatnya kesal adalah, waktu bersantainya menikmati secangkir kopi menjadi gagal.
"Mbak, alamat rumahnya mana?" tanya Lila sedikit kencang dengan pandangan masih fokus ke depan.
Perempuan yang sedang menikmati semilir angin sembari menatap jalanan raya itu, langsung mengalihkan atensinya. "Hah? Apa ya? Nggak kedengaran Mbak," jawabnya sembari mendekatkan wajahnya kedepan.
Lila menggerutu dalam hati, ingin rasanya ia menabrakkan perempuan tersebut ke kapal selam. "ALAMAT RUMAHNYA DIMANA MBAK? GAK MUNGKIN DONG KITA MUTER-MUTER GINI, BENSIN SAYA BISA HABIS!" akhirnya keluarlah suara emasnya.
Perempuan tersebut sedikit kaget setelah itu ia menganggukkan kepalanya paham. "SAYA JUGA LUPA MBAK! GIMANA DONG? SOALNYA SAYA BARU AJA PULANG DARI LUAR NEGERI, JADI LUPA!" jawabnya teriak juga dan tepat di telinga Lila, untungnya Lila menggunakan helm, jika tidak hancur sudah gendang telinganya.
Lila memutuskan memberhentikan motornya di pinggir jalan, membuat perempuan tersebut bingung. "Kenapa ya Mbak? Kok berhenti sih?" lanjutnya terheran.
"Mbak yang bener dong, udah nggak pesen dari aplikasi terus nggak tau alamatnya. Terus ini saya mau nganterin kemana? Ke Rahmatullah? Kalau Mbaknya mau, hayukkk gas!" Sungguh kesabarannya terasa di uji jika menghadapi penumpang sejenis seperti ini.
Perempuan tersebut meringis menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mending kita cari hotel aja deh." putusnya setelah ia juga ikut pusing memikirkan kemana ia akan pergi.
Lila memberengut kesal, dan menyalakan kembali mesin motornya. "Saya cuma nganter cari hotel aja, kan? Setelah itu udah?" tanya Lila memastikan.
"Iya Mbak, langsung aja. Udah pegel banget badan saya," Lila hanya mengangguk malas dan segera menjalankan motornya untuk mencari hotel, dengan perempuan itu yang bersender di bahunya.
***
Maap sedikit, xixixi.
Direvisi✓
Rab, 25 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Ojol Cantik
Short StoryBaru di revisi sebagian. Masih BANYAK TYPO di sengaja ataupun tidak, jadi... tandai aja! *** Cerita konyol pertemuan antara Naila atau biasa di panggil 'Lila' perempuan tangguh dan pekerja keras, yang berkerja sebagai drivel ojol. Dan juga Arkanza a...