26. Waktu Seumur Hidup?✓

4.3K 470 16
                                    

Setelah menguras energi dan juga tenaga untuk berbelanja, kini Anza dan juga yang lainnya tengah duduk santai sembari menunggu makanan yang mereka pesan. Rasanya pegal meskipun hanya berkeliling untuk mencari baju atau sekedar melihat-lihat. Pantas Ayah Abbas selalu mengeluh kepadanya jika harus menemani Bunda Kinar untuk berbelanja, ternyata ini yang Ayahnya rasakan.

Pernah sekali, Anza yang waktu itu tengah bersantai di rumah sembari menikmati pudding coklat di sertai menonton kartun favoritnya dan terpaksa harus menemani sang Kanjeng Ratu. Dengan raut wajah yang tertekan, Anza menyetujuinya. Selama 30 menit pertama aman-aman saja. Tapi saat Bunda Kinar melewati salah satu toko baju dengan terpampang 'UNTUK PEMBELIAN MAKSIMAL 4 BAJU, DISKON 30%!' dengan menarik lengan anaknya secara paksa, Bunda langsung saja memilih baju yang menurutnya pas. Lagi, Anza harus di pusingkan dengan pilihan baju yang ini dan itu. Belum lagi jika menurut Bunda coraknya sedikit aneh, atau bahkan warnanya terlihat norak. Dan saat itu, Anza menjadi sedikit trauma jika di paksa untuk ikut. Ia lebih memilih pusing rapat dengan para klien ketimbang harus memusingkan untuk di ajak berbelanja.

Meja yang di huni oleh dua perempuan juga dua pria itu hanya di isi oleh keheningan. Lantaran ke-empatnya justru sibuk dengan urusan masing-masing. Dengan Gori yang masih saja sibuk mengorek tambang emas di hidungnya, Lila yang bosan dengan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan dan juga Diva yang sibuk berfoto untuk postingan di akun Instagram pribadinya. Anza yang melihat itu menghembuskan nafas jengah. "Habis ini, lanjut ngapain?" Atensi mereka semua mengarah kepada pria itu.

Selesai mendapatkan emas yang ia cari-cari di hidungnya, tidak lupa ia paparkan di bawah meja restoran itu, Gori langsung menjadi yang pertama menyahut. "Terserah sih, tapi mending main Timezone dulu nggak sih?" sarannya dengan bertopang dagu.

Lila yang melihat apa yang barusan di lakukan oleh manusia jorok seperti Gori, lantas berdecih. "Jorok, lo! Lo kira upil lo sewangi itu sampe lo tempel-tempel di bawah meja?"

"Wangi, kok. Lo mau nyoba nyium? Nih gue ambilin yang masih fresh," tanpa dosa Gori segera mengorek hidungnya lagi membuat Lila sedikit menjauh dengan wajah jijik. Sunguh menjijikkan memang! Apalagi saat kotoran yang di keluarkan dari hidung Gori berwarna hijau tua dan sedikit berlendir.

Diva menatap jengah tunangannya yang selalu saja seperti itu dari dulu, tidak pernah berubah. "Beb, udah. Kamu ih!" peringatnya dengan pelototan tajam membuat Gori terkekeh kecil.

"Oke, Timezone. Lo yang bayar," final Anza dan di barengi dengan makanan mereka yang sudah datang, membuat Gori yang akan melayangkan protes mengurungkan niatnya saat Diva menunjuk makanan di depan mereka dengan matanya seperti berkata 'Diem. Makan dulu!'. Mau tak mau, Gori menurut saja.

Bukannya makan dengan tenang serta khidmat, Lila justru sibuk berperang dengan pisau juga garpu yang berada di tangannya. Sejak dari tadi perempuan itu memang terlihat kesusahan mengoperasikan dua benda menjengkelkan itu. Baginya sangat merepotkan kaum manusia seperti dia. Tinggal makan dengan tangan langsung, hap! Mudah, bukan? Tidak ribet memotong seperti ini itu. Anza yang melihat itu terkekeh geli, apalagi wajah Lila yang memberengut kesal juga bibirnya sedari tadi tidak berhenti mengomel.

"Ini gimana sih?! Pakek pisau segala, terus juga kenapa pake garpu?! Ribet amat! Gini nih orang-orang yang suka mempersulit hidup orang lain, kenapa juga harus pakek ginian? Pake sendok juga bisa kalik!" Lagi dan lagi, daging steak yang akan ia potong justru lari kesamping membuat tangannya pegal. Ia menyerah!

Merasa kasihan, Anza langsung menggeser makanan itu dan memotongnya beberapa bagian supaya mempermudah perempuan itu untuk memakannya. "Gitu kek dari tadi!" tanpa berterima kasih, Lila langsung memakan steak itu membuat Anza menggeleng pelan.

"Bilang makasih dulu dong," ucap Anza membuat Lila yang tengah mengunyah melirik kesal.

"Nggak ikhlas?" tanya Lila dengan mulut masih fokus mengunyah.

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang