08. Ayah Abbas

7.5K 854 0
                                    

Direvisi✓
Sab, 21 Mei 2022

***

Setelah itu perjalanan mereka di isi dengan obrolan kecil, yang membuat Bunda lebih akrab dengan Lila. Tak terasa karena terlalu asyik mengobrol, hingga tidak sadar bahwa sudah sampai di depan rumah Bunda Kinar.

"Eh udah sampai aja," segera Bunda turun dari motor di bantu oleh Lila supaya tidak jatuh.

"Mau mampir dulu La?" tawar Bunda kepada perempuan tersebut.

Lila yang saat ini tengah ingin menjalankan motornya, lantas menatap Bunda. "Hah? E-eh nggak usah Bu." tolaknya halus

"Padahal Bunda mau sekalian ngenalin kamu sama anak Bunda," ucap Bunda dengan nada sedikit kecewa. Gagal sudah rencananya ingin mengenalkan Anza dengan perempuan itu, Bunda tidak tahu saja bahwa anaknya Anza dan juga perempuan itu sempat terlibat cekcok mulut.

Lila yang mendengar itu sontak merasa tidak enak, tapi jika dirinya mengiyakan juga, ia baru mengenal Bunda belum sampai beberapa jam saja. "Lain kali aja Bu, mungkin kita bisa ketemu lagi." ujar Lila di sertai dengan senyum tipis.

"Panggil Bunda aja,"

"Eh, i-iya Bu eh Bun." ringis Lila membuat Bunda terkekeh kecil.

"Kalau gitu Lila pamit dulu ya Bun, ada orderan lagi soalnya." lanjut Lila seraya melirik ponselnya yang baru saja keluar notifikasi orderan.

"Iya hati-hati cantik," balas Bunda di anggukki oleh Lila yang sedikit tersenyum malu.

Segera Lila menjalankan motornya, Bunda yang melihat motor Lila yang sudah pergi menjauh itu pun, segera membuka pagar dan masuk ke dalam rumah.

***

Di malam harinya, Anza yang sudah sampai di rumah dan segera menghampiri Bunda yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Assalamualaikum Bun," salam Anza dan segera mencium tangan Bunda Kinar lembut. Masih dengan setelan jas kantornya, Anza mendudukkan dirinya, tepat di samping Bundanya itu.

"Eh, Waalaikumsallam." jawab Bunda.

Merebahkan dirinya dipangkuan Bunda Kinar, Anza memejamkan mata menikmati elusan halus di kepalanya. Sungguh beban kerja yang ia tanggung, seketika hilang begitu saja. Anza juga jauh lebih rileks saat ini, memang pengaruh Bunda sangat besar pada pria satu ini.

"Ayah mau balik kapan Bun?" tanya Anza dengan mata masih terpejam.

"Bunda nggak tau, kamu kangen ya?" tanya balik Bunda dengan nada menggoda, membuat Anza membuka matanya dan memposisikan dirinya duduk.

"Dih enggak ya Bun! Enak aja," elak Anza. Iya, Anza rindu. Lebih tepatnya rindu menjahili Ayahnya itu.

Bunda terkekeh kecil dan mencolek dagu Anza. "Yang bener?"

"Iya Bunda sayang, Bunda nggak ada niatan cari suami baru?" tanya Anza membuat Bunda menatapnya heran.

"Emang kenapa?"

"Kan Ayah udah tua Bun, mending Bunda cari suami yang lebih kaya terus lebih ganteng. Tapi masih ganteng Anza." ucapnya seraya menyisir rambutnya ke belakang.

Bunda melirik sinis anaknya itu, sungguh tingkat kepercayaan diri pria itu sangatlah tinggi. "Ayah kamu lebih ganteng,"

Anza mendelikkan matanya, jujur dirinya tidak terima. "Dih, Ayah jelek Bun! Gantengan juga Anza!"

Bunda di buat gemas oleh anaknya itu. "Kamu itu anak Ayah, jadi kalau kamu ganteng. Ayah kamu juga ganteng Anza."

"Tapi kan Anza anak Bunda," ucap pria itu masih tidak terima.

"Iya tap—," ucapan Bunda terpotong kala ada seseorang yang tiba-tiba datang dan memotong ucapannya itu.

"Lagi ngomongin Ayah ya pasti," seseorang pria paruh baya dengan setelan kantor dan membawa koper tersebut segera menghampiri kedua Ibu dan Anak itu.

Anza memandang pria tersebut sengit, ketika mengetahui itu adalah seseorang yang menjadi topik pembahasan kali ini.  "Ayah kok udah balik?" sinisnya.

"Loh, suka-suka Ayah dong. Nggak terima?" ketusnya. Melviano Abbas Pramudya atau yang kerap di panggil 'Abbas', Ayah dari Anza dan yang pasti suami dari Bunda Kinar. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnis di luar negeri, dan juga harus menyelesaikan beberapa masalah perusahaan yang berada di luar negeri tersebut.

"Mas kok udah pulang, emangnya perusahaan yang disana udah stabil?" tanya Bunda menghampiri Ayah Abbas dan membawakan kopernya.

Ayah Abbas mengecup kening istrinya itu tidak lupa mengusap lembut pucuk kepalanya. "Udah sayang, kamu baik-baik aja kan? Nggak di ganggu itu kecebong?" tanya balik Ayah Abbas dan melirik Anza sinis.

"Enak aja, ganteng-ganteng gini di bilang kecebong!" dengkus Anza.

"Udah-udah nggak usah ribut, Anza kamu cepet mandi terus turun ke bawah makan malam. Kamu juga Mas," lerai Bunda dan di anggukki terpaksa oleh Anza, Ayah Abbas dengan patuh menuruti ucapan istrinya tidak lupa mengecup kening Bunda sekilas lalu pergi.

***

Jangan pelit vote!

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang