45. Pihak Kedua?

3.2K 331 24
                                    

4 hari berlalu.

Kini Lila tengah mengantar Bayu ke Rumah Sakit tempat Kanara dirawat, hari ini juga perempuan tersebut sudah diperbolehkan pulang. Selama itu Bayu selalu stay berada disamping Kana, terlihat seperti tipe suami siaga dan idaman bukan?

Untuk masalah pernikahan dirinya dan juga Kana, Bayu belum sama sekali memberitahu Mpok Nori untuk itu.

"Udah enakan? Masih ada yang sakit nggak?" tanya Bayu sembari mengelus puncak kepala Kanara yang saat ini tengah disuapi oleh Bunda.

"Udah baik-baik aja, 'kan ini mau pulang."

"Ya bisa aja kamu masih sakit, jadi pulangnya ditunda dulu." Lihatlah pria satu ini, terlihat manis sekali bukan? Kanara selalu dibuat salah tingkah sendiri dengan perlakuan pria tersebut.

"Nak Bayu kamu lanjutin suapin Kana dulu, Bunda mau beresin baju-baju Kana sebentar." Bayu mengangguk patuh dan mengambil alih mangkuk tersebut dan segera menyuapi calon istrinya itu dengan telaten.

"Dikit lagi, tinggal satu sendok aja." ucap Bayu saat Kanara sudah menolak dan mengatupkan mulutnya tanda tidak mau.

Kanara menggeleng kecil. "Kenyang,"

Bayu hanya bisa mengangguk pasrah, dan dengan cepat mengambil gelas berisi air putih yang berada dinakas. "Minum dulu, terus obatnya jangan lupa." lanjutnya memberikan beberapa pil obat kepada Kanara.

Setelah memastikan Kanara meminum obatnya tidak lupa juga vitamin, saat ini keduanya dilanda keheningan.

"Bosen," Kanara menghela nafas berat membuat Bayu menatapnya. "Mau jalan-jalan ketaman?"

Kanara mengangguk lucu, membuat Bayu terkekeh kecil. "Aku ambil kursi roda dulu."

Dengan hati-hati Bayu mengangkat perempuan tersebut dan membawanya kekursi roda yang sudah ia siapkan.

Setelah memastikan Kanara nyaman, Bayu lantas mendorong kursi roda tersebut menuju taman.

Sesampainya ditaman, Kanara terlihat melihat sekeliling dan matanya tidak sengaja melihat anak laki-laki yang tengah duduk murung dikursi taman.

"Em... bisa tolong anterin aku kesana?" pinta Kanara ragu kepada Bayu, sembari menunjuk anak laki-laki tersebut.

Bayu mengiyakan dan segera membawa Kana menghampiri anak laki-laki itu.

"Hai, kok cemberut aja? Kenapa?" tanya Kana saat dirinya sudah berada tepat didepan anak laki-laki tersebut.

Anak laki-laki itu mendongak menatap Kanara yang kini tengah tersenyum manis kepadanya. "Nggak papa," jawabnya singkat.

"Senyum dong biar gantengnya keliatan," kekeh Kanara tapi tidak dihiraukan anak laki-laki tersebut.

"Kakak nggak gigit kok, eh... badan kamu kok banyak luka-luka sih?" lanjut Kanara penasaran.

"Kecelakaan,"

Kanara terdiam sebentar, tak lama ia kembali bersuara. "Em... ngomong-ngomong kamu sendirian aja. Orang tua kamu emangnya kemana?"

"Disurga, mereka meninggal karena kecelakaan. Cuma aku yang selamat sama Kak Adri, tapi dia... kritis."

Kanara menutup mulutnya tidak percaya. "Ma-maaf, Kakak n-nggak..."

"Iya," potong anak laki-laki tadi dengan tersenyum samar.

Bayu lantas berjongkok didepan anak laki-laki tersebut, lalu mengusap lembut rambutnya. "Kamu mau eskrim nggak?"

"Enggak,"

"Kok nggak mau, nanti Kakak beliin semua rasa deh." tawar Bayu.

Anak laki-laki itu tampak berfikir sejenak, lalu mengangguk sebagai jawaban, membuat Bayu tersenyum kecil lalu beranjak berdiri. "Aku juga mau, rasa vanilla. Terus nanti dikasih bakwan diatasnya. Kalau ada, dikasih saus tomat kayaknya enak deh." ucap Kanara dengan pandangan berbinar, membuat Bayu menatap heran.

"Kamu serius?" tanya Bayu tidak percaya. Memang selama menjaga Kanara beberapa hari ini, ia sempat kaget dengan permintaan aneh dari perempuan yang menyandang status calon istrinya itu.

Kanara mendelikkan matanya. "Emang kamu pikir aku bercanda?"

Bayu menggeleng cepat. "Bu-bukan, maksud aku tuhー"

"Kalau nggak mau beliin yaudah," Kanara memotong ucapan Bayu dan memalingkan wajahnya kesamping.

Bayu dibuat panik sendiri, dan segera mencoba membujuk perempuan tersebut sekuat tenaga dan pikiran.

"Om... eskrimnya nggak jadi?" sela anak laki-laki tersebut.

Bayu mengalihkan atensinya dari Kanara, kepada anak laki-laki itu. "Iya bentar, jangan panggil Om dong. Masih muda gini kok,"

"Tapi muka Om keliatan ngenes kayak orang banyak utang, nggak cocok kalau dipanggil Kakak." Kanara yang sedang dalam mode ngambek, lantas tertawa lepas mendengar ucapan polos anak laki-laki tersebut. Berbeda hal dengan Kanara yang tertawa, Bayu terlihat mendatarkan wajahnya.

***

Di ruangan minim cahaya dan hanya berisi barang-barang tidak terpakai, seseorang kini tengah duduk di salah satu kursi lusuh yang ada di sana. Dengan tangan yang memandangi foto di tangannya, ia tersenyum tipis.

"Ck, menyusahkan." menghela nafas gusar lalu seseorang itu mengangkat kedua kakinya diatas meja yang berada didepannya.

"Tapi nggak masalah, sedikit lagi dan saya harus tenang." monolognya sembari tersenyum miring.

***

"KENAPA BISA?!" bentak Anza kencang kepada Gori.

"G-gue nggak tau Za," Anza lantas menatap tajam Gori membuat pria tersebut gelagapan. "M-maksud saya... saya nggak tau Pak," Gori menunduk dalam.

"Ck, bodoh!" umpat Anza kesal seraya melempar berkas yang berada ditangannya.

"Tapi Za... maaf Pak, bukannya itu emang bukan punya perusahaan ini?"

Anza yang kini tengah duduk sembari menatap jendela kantornya lantas berbalik menatap Gori dengan satu alis terangkat. "Ya... gue tau. Tapi dalam surat perjanjian itu, udah jelas kalau kita punya kuasa penuh."

"Lo nggak baca sepenuhnya Za, coba lo baca lagi."

Anza berdecak malas, tapi tak urung ia menuruti permintaan Gori dan segera membaca berkas yang tadi sempat ia lempar. Bola mata Anza bergulir cepat dari sana-kemari, membaca berkas yang berisi surat perjanjian tersebut. "Atas izin pihak kedua?" gumam Anza dan terlihat kerutan di dahinya.

"Siapa pihak kedua?" tanya Anza kepada Gori.

Pria itu menggeleng sembari mengangkat bahunya. "Tapi yang jelas. Tanpa pihak kedua, kita nggak bisa berbuat apa-apa."

"Shit."

"Coba aja lo tanya Om Abbas, bisa jadi dia tau." tambah Gori membuat Anza menatapnya sejenak.

"Gue emang harus tanya Ayah soal ini,"

***

Si imoedzztt datang, gimana?

Sehatkan kalian semua?

Kalo semisal itu salah, atau gimana saya mon mangap bingits.

VOTE BANYAK-BANYAK, BIAR CEPET UP!

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang