37. Paket

2.8K 338 11
                                    

Malam harinya, seperti yang dibicarakan tadi siang, kini Kanara dan juga Lila tengah asyik memilih makanan-makanan yang berjejer rapi dipinggir jalan.

"Itu aja Kak!"

"Beli ini 5 ya Mas!"

"Yang ini pedes 2 sama yang manis 1!"

"Es batunya dikit aja Mbak."

"Toppingnya yang banyak ya Mas."

"Pakek saos sambel aja,"

"Rasa keju sama coklat kacang Mbak."

"Boba nya banyakin!"

Setelah puasa membeli makanan dan juga minuman yang ada, kini kedua perempuan tersebut sibuk mencari tempat duduk yang nyaman.

"Cepet dikit dong Kak jalannya!" omel Kana kepada Anza yang berada dibelakangnya.

Anza yang kini tengah berjalan dengan kedua tangan penuh kantong plastik tersebut mendengkus kesal. "Enak banget ya tu mulut kalau ngomong, nih bawa sendiri! Udah dibayarin malah disuruh ngangkut-ngangkut."

"Oh... jadi Bapak nggak ikhlas?" tanya Lila dengan alis bertaut.

"Ikhlas banget saya," jawab Anza menampilkan senyum terpaksa.

"Yaudah yuk kesana," tunjuk Lila kepada tempat yang tidak jauh dari mereka berdiri.

"Akhirnya," lega Kanara setelah mendudukkan dirinya dibangku yang tersedia. "Nih basreng kayaknya enak deh Kak," lanjutnya sembari mencomot basreng yang tadi dibeli.

"Gimana?" tanya Lila penasaran dan juga ikut mencomot basreng tersebut.

"Enak! Tapi kurang pedes," komentar Kana dianggukki setuju oleh Lila.

"Apakah saya hanya pajangan saja disini? Apakah kalian tidak ingin membagi makanan tersebut pada saya?" sela Anza karena sedari tadi kedua perempuan tersebut sibuk mencicipi makanan, tanpa memperdulikan Anza sama sekali.

"Aduh... maaf lupa, tapi emang sengaja sih. Untung masih ada sisa," ucap Kana sembari menyerahkan bungkus makanan yang hanya tersisa sedikit bahkan secuil pun tidak ada.

"Hm... sangat banyak. Membuat perut saya yang mungil ini kenyang," ujar Anza setelah menghabiskan makanan sisa tersebut yang bahkan tidak ada sesuap.

"Yukk pulang, udah malem soalnya." ajak Kana sembari melirik jam yang tertera pada ponselnya.

"Mending gini gue nggak usah ikut! Kenyang kagak rugi iya!" dumel Anza dibelakang kedua perempuan tersebut.

Lila yang sedari tadi mendengar dumelan Anza kini menoleh. "Bapak kenapa?"

Mulut Anza yang masih komat-kamit tidak jelas seketika langsung diam. "N-nggak,"

***

Pagi harinya Anza tengah menyirami tanaman Bunda yang berada dihalaman, meskipun dengan sedikit paksaan dari Bunda Kinar.

"Misi Paket!" seru Kurir yang tiba-tiba datang. Anza yang masih sibuk menyirami tanaman tersebut, langsung membuang selang yang berada di tangannya asal dan mematikan kerannya terlebih dahulu.

"Iya? Paket apa ya Mas?" tanya Anza ketika telah sampai didepan pagar.

Kurir tersebut tampak membaca sebentar.
"Atas nama Kanara,"

"KANARA ADA PAKET!" teriak Anza lantang, membuat Kurir tersebut kaget.

Karena Kanara yang tidak kunjung datang, membuat Anza dengan terpaksa yang menerima paket tersebut. "Sini Mas biar saya aja,"

"Baik, tanda tangan disini." setelah selesai menandatangani, Anza tampak mengocok-ngocok paket tersebut. "Isi bom kah?" gumamnya asal.

Karena malas memusingkan isi dari paket tersebut, Anza memilih masuk kedalam rumah dan memberikan paket itu kepada Kanara.

"Kamu pesen apaan?" tanya Anza kepada Kanara yang tengah asyik menyemil kuaci diruang tamu.

"Pesen apー" Kanara seketika beranjak dari duduknya dan merebut paket tersebut.

"Ka-Kak Anza dapet darimana?" tanya Kana sembari menyembunyikan paket tersebut dibelakang badannya.

Anza menaikkan satu alisnya melihat tindakan Kanara. "Tadi ada Kurir dateng, kamu Kakak panggil nggak nyaut-nyaut. Yaudah Kakak yang nerima."

"O-oh kalau g-gitu makasih, Kana kekamar!"  ucap Kanara gugup.

"Bentar, itu paket apa?" cegah Anza cepat.

Kanara yang mendengar itu terdiam kaku, tidak tahu harus berkata apa. "Em... i-ini paket... baju, nah iya baju Kak!"

Anza mengangguk kecil meskipun sedikit ragu. "Kalau gitu buka disini aja,"

Deg!

Kanara meneguk ludahnya kasar, sungguh ia tidak punya alasan lagi untuk mengelak. "Hm... a-anu... K-kak,"

"Anza tolong bantuin Ayah angkat tangga!" teriakan Ayah Abbas dari arah belakang membuat Kanara bernafas lega.

"I-itu Kak, dipanggil Om Abbas." ucap Kana dengan senyum tipis untuk menghilangi gugupnya.

"Hm, Kakak kebelakang dulu." setelah kepergian Anza dengan segera Kana berlari kecil menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

.
.
.
.

Hayo...

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang