27. Tanda Sayang

4K 462 7
                                    

Setelah puas menghabiskan waktu seharian menemani dua perempuan tersebut, saat ini mereka berdua telah berada di luar dan berdiri di pinggir jalan.

"Kita mau pulang naik apa? Nggak mungkin dong naik angkot," tanya Gori kepada yang lainnya. Tidak bisa! Dirinya sangat tidak mau jika harus naik angkot untuk ke dua kalinya hari ini. Bayangkan saja! Ketika saat mereka hampir sampai di Mall tersebut, ada Ibu-ibu yang menggunakan daster dengan lengan baju yang berkibar kesana-kemari karena tertiup angin, dan saat itu juga Gori melihat hutan rimba yang berkibar juga bau-bau yang membuat candu juga maul secara bersamaan rsamaan. Setelah angkot tersebut berhenti, Gori lantas memuntahkan semua isi perutnya. Sungguh! Rasanya mual.

"Taxi aja. Lo sama Diva, gue sama dia." ucap Anza sembari mengalihkan atensinya kepada Lila yang ada di sampingnya. Rencananya Anza ingin membawa perempuan itu ke suatu tempat. Ya! Dia sudah merencanakan ini sebelumnya.

"Najis lo! Bilang aja mau pdkt," sinis Gori.

"Iri aja lo rakyat jelata!" balas Anza tak kalah sinis.

"Balik kantor dulu, kan?" tanya Lila sembari mengalihkan perdebatan tidak jelas antara ke duanya. Sangat malas jika harus melerai adu bacot tidak penting antara ke dua manusia aneh itu.

"Iya, mobil saya ada di kantor soalnya." balas Anza di anggukki kecil oleh Lila.

"Itu taxi," ucap Diva sembari melambaikan tangannya kepada taxi yang kini berjalan ke arah mereka. Dengan ke dua tangan yang membawa belanjaannya tadi, Divia mulai melangkahkan kakinya untuk mendekat dan akan membuka pintu taxi tersebut.

Dengan langkah cepat dan tidak berdosa, Anza langsung saja menarik tangan Lila dan masuk ke dalam taxi tersebut. "Gue dulu aja, lo cari lagi." ujar pria itu enteng.

"ANZA SIALAN!!" kesal Gori saat taxi itu sudah berjalan menjauh.

***

"Kamu mau kemana?" tanya Anza ketika mereka sudah di depan kantor.

"Mau cari Bayu Pak, soalnya tadi saya berangkat bareng dia." balas Lila setelah memberhentikan langkahnya. Perempuan itu celingukan kesana-kemari lantaran jam kantor yang sudah selesai. Tapi ia sama sekali tidak menemukan batang hitung Bayu sama sekali.

"Bareng saya aja," ucap Anza tidak terbantahkan dan menarik Lila menuju mobilnya yang terparkir manis di area kantor.

"Jangan lupa sabuk pengamannya di pakai. Nggak mau, kan kejedot part dua?" perintah Anza ketika mereka kini sudah berada dalam mobil.

"Iya-iya Pak," balas Lila malas.

Saat akan memakai sabuk pengaman tersebut, Lila yang pada dasarnya memang tidak bisa harus pasrah ketika Anza memakaikannya.

Cup!

Dengan cepat Anza mencuri kecupan dipipi perempuan tersebut, membuat Lila membeku dan mengerjapkan matanya lucu.

"Tanda sayang dari saya buat kamu," ucap Anza sembari membenarkan rambut perempuan tersebut.

"AAAAA PIPI GUE UDAH GAK SUCIIII!" pekik Lila kesal sembari melayangkan pukulan kepada lengan pria yang berada di sampingnya itu.

"Aduhh! Kok di pukul sih?!" ringis Anza sembari mencekal tangan Lila yang akan melayangkan pukulan lagi.

"Habisnya Bapak cium-cium saya!"

"Baru juga di pipi bukan di—," ujar Anza sembari menunjuk bibirnya sendiri.

"SINTING!!" pekik Lila dengan wajah memerah menahan kesal.

"Iya sayang love you to," balas Anza terkekeh kecil sembari menjalankan mobilnya. Lila yang mendengar itu mendengkus sinis.

Lama perjalanan membuat Lila yang bosan hanya bisa melihat ke luar cendela, tidak lupa dengan tangan yang sibuk menggambar abstrak di kaca mobil tersebut. Tengah asyik menatap kendaraan yang berlalu-lalang Lila membulatkan matanya saat seharusnya mobil mereka berbelok ke arah kanan dimana arah rumahnya, tapi malah berbelok ke kiri. "Lho e-eh, ini bukan jalan kerumah saya Pak! Bapak jangan macem-macem ya!" was-was perempuan itu sembari mengalihkan atensinya kepada pria di sampingnya itu.

Anza tersenyum miring sembari menatap Lila. "Satu macem aja sama kamu,"

"BAPAK NYULIK SAYA YA?!" Otaknya sudah tidak berfikir jernih, ia mulai ancang-ancang dengan menaikkan kakinya dan sedikit menjauh dari pria di samping tersebut.

"Iya," balas Anza singkat dengan pandangan yang masih fokus ke depan.

"TOLONGG! SAYA DICULIK TOLONGGGG!" teriak Lila sembari menyembulkan kepalanya ke cendela mobil.

Anza seketika panik dan menarik perempuan tersebut. "Kamu itu tau bahaya nggak sih?"

"Ya deket-deket sama Bapak itu bahaya!" ngegas Lila.

Memijat pelipisnya Anza sama sekali tidak menghiraukan gadis tersebut. "Udah diem anteng di situ, bentar lagi kita sampai." ucap Anza sembari melirik sekilas perempuan tersebut, lalu kembali fokus ke depan.

"Awas ya, kalau Bapak aneh-aneh bakal saya mutilasi burung Bapak." ancam Lila dengan pandangan tajam.

***

Afakufu cafantifik bafangefet, ifiyafa kafan?😘

Pencet bintangnya mamihhh💋💞👍🏻

Direvisi✓
Rab, 5 Oktober 2022

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang