17. Masalah Meeting

4.9K 535 6
                                    

Seperti biasanya, Anza pulang dari kantor dengan wajah lesu tidak bersemangat. Pria itu melempar tas kerjanya asal, dan mendengkus sinis saat melihat Ayah Abbas dan juga Bunda Kinar yang asyik bermesraan di ruang keluarga dengan pandangan yang fokus menonton acara televisi.

"Ekhmm! Tolong di kondisikan Pak, Bu. Di sini ada jomlo yang merana karena kesepian," sindirnya dan langsung berlalu duduk di sofa. Seharian berpacaran dengan setumpuk berkas saja membuat tubuhnya hampir rontok. Apakah tidak ada, jasa sewa istri sehari saja? Anza ingin mencoba!

"Iri aja dasar! Gini dikit di sindir, gitu dikit di sindir, emang mulut titisan Emak-emak julit ya gini nih." balas Ayah Abbas menatap sengit Anza.

"Ya karena Anda terlalu mengumbar kemesraan di sana-sini Tuan Abbas yang terhomat, hati mungil saya yang telah lama kosong tidak di tempati oleh seseorang menjadi bergejolak. Tolong pahami saya, apakah Anda tidak merasa kasihan?" tatapan pria itu berubah menjadi sendu, berharap Ayahnya itu akan luluh, tapi dia salah besar!

"No!" jawab Ayah Abbas, Bunda yang mendengar itu terkikik kecil. Lihatlah pria tua ini, sangat kejam dengan Anza yang berhati mungil, itulah sebabnya Anza ingin sekali Bunda Kinar mencari suami baru.

"Tadi ada perempuan kesini, katanya sih tunangan si Gori. Udah kekantor kamu, kan? Takutnya dia nyasar atau gimana," tanya Bunda memandang wajah lesu anaknya itu.

"Iya. Dia tadi nyelonong ke ruangan Anza langsung meluk-meluk si Gogorio, kan Anza merasa terkucilkan ya di sana. Kek kesannya, yang Bos itu siape sih?" keluh Anza kesal membuat Ayah Abbas tertawa.

"Oh kasihan, oh kasihan, aduh kasihan." ledek Ayah Abbas, baginya sangat tidak asyik bagi melewatkan membully Anza. Tapi jika di pikir-pikir anaknya tersebut sangat memprihatikan, tapi apalah.

"Bun! Suami Bunda tuh, ngeledek Anza mulu." adu Anza dengan tampang memelas. Ingin rasanya Anza membalas Ayahnya itu, tapi ia masih sayang kepada dirinya sendiri dan tidak ingin di kutuk lalu berubah menjadi mermaid di lautan sana.

Bunda yang melihat kelakuan suami dan anaknya tersebut hanya menggelengkan kepalanya.

"Udah-udah mending kamu cepet mandi deh, bau acem tau nggak?" ucap Bunda seraya menutup hidungnya.

"Ck! Harum gini kok," decak Anza kesal. Mana ada seorang CEO tampan sepertinya bau badan, harusnya yang lebih tepat adalah bau money!

"Bunda itu ngode kamu Anza! Bunda mau lanjut berduaan sama Ayah, kalau kamu di sini. Cuma ganggu," timpal Ayah Abbas. Anaknya itu kelewat tidak peka atau memang seolah-olah tidak paham?

"Iya deh iya," pasrah Anza dan berlalu pergi. Sungguh muak harus di suguhkan kemesraan orang tuanya itu, dirinya cukup sadar diri dan iri tentu saja!

***

Malam harinya, Anza tengah duduk di balkon kamarnya di temani oleh setumpuk berkas. Ingin rasanya Anza merubah setumpuk berkas-berkas memusingkan itu menjadi perempuan cantik, pasti dirinya akan lebih bersemangat.

Sibuk dengan berkas dan juga laptop yang ada di depannya, serta tidak lupa secangkir kopi membuat Anza terlihat seperti seorang pria yang sedang di landa kegalauan yang melampiaskannya kepada pekerjaan.

Tidak berselang lama, terdengar deringan ponsel yang berada tepat di samping cangkir kopinya. Tertera nama 'Gogorio' membuat pria itu mencibikkan bibirnya kesal.

"Hm?" dehem Anza malas sembari merapikan berkas-berkas yang berserakan di meja.

"Besok gue nggak masuk," ucap Gori di sebrang sana membuat Anza melototkan matanya.

"Besok ada meeting Gor! Klien kita dari luar negeri! Mana bisa lo nggak masuk," dumel pria itu kesal.

"Sorry banget, tapi gue bener-bener nggak bisa."

Anza yang mendengar itu berdecak kesal. Jika begini, ia tidak yakin akan menjalankan meeting besok pagi. Apalagi klien yang ia tangani tidak main-main. "Terus gimana?"

"Lo bisa meeting di dampingi sama karyawan baru, semoga aja dia bisa." usul Gori membuat Anza yang mendengar sedikit was-was. Pasalnya dia tidak terlalu percaya dengan orang selain Gori.

"Siapa?" tanya Anza sedikit ragu.

"Bayu namanya, walaupun radak gimana gitu. Tapi oke lah Za, gue kirim nomor-nya ke lo." setelah itu Gori mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, dan segera mengirim nomor Bayu kepada Anza.

Dengan ragu-ragu Anza mencoba menelpon nomor karyawan yang di kirim oleh sahabatnya itu.

Sementara saat ini, Bayu yang tengah bermain engklek bersama Lila mengerutkan keningnya ketika melihat panggilan telepon masuk.

"Tunggu Lil, gue ada telepon masuk. Lo lanjut aja dulu," Lila hanya mengangguk singkat.

"Halo? Siapa ya?" tanya Bayu.

"Saya Bos kamu di kantor, besok ada meeting sama klien luar negeri. Karena Gori tidak bisa masuk, jadi kamu yang harus mendampingi saya." jelas Anza dari sebrang sana.

Bayu terdiam sebentar setelah itu mengangguk ragu, meskipun seseorang yang menelponnya itu tidak akan bisa melihatnya. "Tapi gimana ya Pak," balasnya ragu.

"Tidak ada tapi-tapian. Saya kirim materinya lewat email, kamu pelajari. Besok jam sepuluh pagi kita mulai meetingnya," ucap Anza setelah itu mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, bahkan Bayu yang akan mengeluarkan suarapun harus terhenti.

"What?! Berani-beraninya ya nyuruh gue, tau diri dong!" gerutu Bayu sembari menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Tapi kalau gue lawan, bisa di kick gue dari perusahaan." lanjutnya bergidik ngeri. Tapi di samping itu dirinya cukup bersyukur, baru masuk beberapa hari di sana ia sudah dapat menghandle meeting bersama klien besar.

"Kenapa lo?" tanya Lila yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.

"Urusan orang penting," balas Bayu songong membuat Lila mendengkus kesal.

"Gue pergi dulu, kita lanjut mainnya besok." pamit Bayu hanya di balas deheman malas oleh Lila.

***

Yang gtw atau lupa, engklek apaan. Nih diliat

See you, jangan lupa pencet bintangny sayanggg!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See you, jangan lupa pencet bintangny sayanggg!

Direvisi✓
Min, 29 Mei 2022

Kepincut Ojol CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang