11

7.8K 1K 15
                                    

Aku memakai gaun terbaikku yang baru aku beli dengan uang hasil gajiku membersihkan rumah. Sepatu hak tinggi berwarna ungu muda dengan hiasan permata berbentuk bunga membalut kakiku. Rambut panjang coklatku tergulung rapi. Menambah kesan elegan dan cantik.

Aku sekali lagi mematut bayanganku di cermin. Sekali lagi merapikan ikatan rambutku yang sudah rapi.

Padahal, aku hanya memakai pakaian seadanya saat pesta penobatan Chandler 4 tahun lalu. Tapi, bisa-bisanya aku malah mencoba untuk tampil sempurna di hadapan pria yang baru pertama kali aku temui.

Aku benar-benar sudah sangat gila!

Apa Althea Noor Elixi yang selalu menolak pria yang mendekatinya ini pada akhirnya merasakan yang namanya jatuh cinta? Jatuh cinta pada Cahir Bac Acchya yang merupakan satu dari empat ksatria inti kekaisaran?

Gila!!! Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi, bagaimana kalau aku hanya mendapatkan bagian 'jatuh'nya saja. Bagaimana kalau ternyata Cahir menyukai wanita lain? Atau, malah punya istri? Aku memang sangat menyukai Cahir sampai rasanya ingin mati kalau tidak bertemu dengannya. Tapi, aku tidak mungkin merebut seorang suami dari istrinya.

Aku masih bisa berpikir dengan jernih walau cinta terkadang membuat orang jadi bodoh.

Kira-kira bagaimana cara agar aku bisa mengetahui status percintaan Cahir. Apakah dia masih lajang atau sudah beristri? Karena aku tidak mungkin tiba-tiba bertanya, 'Apakah anda masih lajang, Tuan Acchya? Karena saya menyukai anda.'

Aku harus tetap menjaga harga diriku sebagai seorang perempuan. Di kekaisaran ini, perempuan yang menyatakan perasaan terlebih dahulu pada seorang pria dianggap sebagai perempuan murahan. Mau anggapan itu ada atau tidak, aku tidak akan pernah memberi tahu Cahir soal perasaanku padanya. Selain karena menjaga harga diri. Aku juga takut mendengar jawabannya.

Bagaimana jika Cahir menjawab kalau dia sudah punya tunangan atau bahkan istri. Dan, yang paling aku takutkan adalah, bagaimana jika Cahir lajang tapi tidak memiliki perasaan yang sama padaku. Ugh! Membayangkannya saja bisa membuat jantungku terasa seperti ditusuk seribu pedang. Sakit dan pedih.

Cahir adalah cinta pertamaku. Jadi, tidak lucu rasanya kalau Cahir menolakku. Walau pertemuan pertama kami tak cukup baik, aku akan membuat dia menyadari sisi positifku. Aku akan memberikan kesan mendalam pada Cahir agar dia terus mengingatku. Dan, saat melakukannya, aku akan bersikap senormal mungkin agar tidak terlihat seperti seorang gadis yang berusaha mengejar cintanya.

Aku akan terus berada di dekat Cahir tanpa membuatnya mengetahui perasaanku. Terdengar seperti rencana gila yang sulit memang. Tapi, aku yakin kalau aku bisa melakukannya. Dengan kekuatan cinta yang tulus. Tidak ada yang namanya mustahil.

Haha, aku memang sudah dibutakan oleh cinta yang belum tentu terbalas.

Ah, karena terus berjalan sambil berpikir, tanpa sadar aku sudah sampai di pusat kota.

Kira-kira, dimana Cahir berada sekarang, ya? Apa jangan-jangan dia sedang berlatih pedang di istana kekaisaran? Tapi, kan ini hari libur nasional peringatan kehancuran kekaisaran. Jadi, semua ksatria di istana diliburkan untuk sementara waktu untuk mengenang ksatria yang gugur dalam pertempuran dengan penyihir.

Ah, kalau kaisar yang memimpin adalah kaisar kejam seperti Cahir. Aku yakin kalau dia tetap meminta anak buahnya untuk tetap masuk di hari libur. Jangankan libur. Kalau bumi hancur pun mereka akan tetap diminta untuk bekerja.

Kalian bertanya mengenai kehancuran kekaisaran? Yah, akan aku jelaskan kalau memang kalian mau tahu.

Ratusan tahun lalu, penyihir datang ke kekaisaran. Mereka menandatangani perjanjian damai pada kekaisaran dengan menawarkan diri menjadi benteng kekaisaran. Sementara, pihak kekaisaran akan menjamin keselamatan mereka. Semuanya berlangsung dengan damai. Tapi, 5 tahun lalu tiba-tiba wabah penyakit yang menewaskan jutaaan orang tiba-tiba muncul. Karena hal itu, perang untuk memperebutkan makanan yang menjadi langka berkibar di seluruh negeri. Penyihir kemudian dianggap sebagai penyebab dari segala masalah yang ada. Ksatria kekaisaran langsung membunuh semua penyihir di seluruh kekaisaran. Para penyihir yang masih hidup bersembunyi entah dimana. Mungkin, sampai sekarang mereka masih hidup bersama manusia biasa dan menyembunyikan kekuatan mereka.

Setelah peristiwa itu, wabah di kekaisaran benar-benar hilang. Dan, kekurangan pangan juga surut. Kekaisaran akhirnya kembali bangkit.

Aku sendiri tidak tahu kenapa penyihir dianggap sebagai biang masalah. Padahal, mereka sudah tinggal ratusan tahun di kekaisaran ini dengan damai. Wabah ini terjadi satu hari setelah kematian ibuku.

Hal yang aku takutkan adalah para penyihir akan datang dan menyerbu kekaisaran.

Tidak seperti Chandler yang hanya memiliki sihir musim dingin, para penyihir bisa melakukan semua sihir. Sihir berpindah tempat. Sihir waktu. Sihir gelap. Dan, sihir lain.

Sihir musim dingin yang ada dimiliki Chandler tidak akan membuatnya jadi seorang penyihir. Karena sihir elemen adalah karunia dewa untuk kekaisaran ini. Dan, biasanya hanya orang-orang terpilih saja yang memilikinya. Kebetulan sekali ternyata Chandler adalah orang yang dipilih.

Fakta yang menarik soal sihir elemen adalah penyihir tidak bisa menggunakan sihir jenis ini. Hebat sekali, bukan?

Aku? Aku tidak memiliki sihir elemen apapun dalam tubuhku. Elemen api. Air. Angin. Es. Tanah. Atau, penyembuh. Aku adalah gadis biasa tanpa kekuatan. Yah, sepertinya Dewa tidak tertarik pada putri baron miskin ini.

Ah, pria tampan dengan gemerlap cahaya yang menyelubungi tubuhnya itu pasti adalah Cahir. Aku tak menyangka akan bertemu dengannya di pusat kota. Astaga! Lihatlah wajah tampan dan tubuh yang gagah itu! Dia benar-benar sempurna. Tidak! Kata sempurna tidak cukup untuk menggambarkan Cahir. 

Aku berjalan mendekati Cahir. Mataku sama sekali tidak berkedip. Manik coklat itu terus terfokus pada Cahir. Seolah, aku akan buta jika mengalihkan pandanganku dari ketampanan Cahir.

"Kak Althea!" Seorang gadis kecil dengan rambut pendek sebahu berdiri di depanku.

Perkenalkan, Vivienne Floria. Yah, dilihat dari namanya yang hanya terdiri dari dua kata, Vivi memang rakyat biasa. Vivi adalah salah satu anak didikku. Yah, gadis yang sedang dimabuk cinta ini adalah seorang guru yang mengajar anak-anak dari kalangan rakyat biasa karena mereka tak punya biaya untuk masuk ke dalam akademi.

Aku bekerja secara sukarela. Tapi, beberapa orang tua murid biasanya memberiku makanan sebagai balas budi.

Mengajar anak-anak rakyat adalah ide ayah. Dia bilang seorang ratu haruslah disayang dan didukung oleh rakyatnya. Walau ini semua adalah rencana ayah untuk menjadikanku seorang ratu, aku sangat senang dengan kegiatan ini.

Anak-anak didikku sangat lucu dan penurut.

Dan entah sejak kapan, aku malah dekat dengan anak-anak ini.

"Iya, Vivi?" Tanyaku tanpa menatap gadis kecil itu.

"Ayo, main!" Vivi menarik tangan kananku.

Aku langsung menatapnya. Manik mata gadis itu membulat. Kilauan cahaya muncul di sekitar wajahnya. Mataku sampai silau karena kilauan cahaya itu.

Aku menatap Cahir yang perlahan berjalan menjauh. Lantas, kembali menatap Vivi. Aku menghembuskan nafas.

"Ayo!"

Aku ingin sekali pergi menemui Cahir. Tapi, anak-anak ini kan sudah lama tidak aku temui. Lagipula, aku bisa bertemu Cahir lain kali.

Melihatnya dari jauh saja sudah cukup.

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang