Pintu raksasa dengan ukiran lambang Kekaisaran Algeiro terpampang di hadapanku. Aku menatapnya ngeri. Berkali-kali aku meneguk ludah dan menghela nafas. Dinginnya pisau eksekusi terasa di leherku. Kasarnya tali tambang di tiang gantung juga terasa menyesakkan nafasku.
Di kanan dan kiri pintu itu tidak ada satupun ksatria yang berdiri. Chandler sepertinya tidak suka ada orang berada di sekitar ruang kerjanya.
Aku meneguk ludah. Berusaha menenangkan diriku. Abel menatapku. Dia pasti bisa merasakan tanganku yang begitu dingin.
"Apa anda baik-baik saja, Nona?" tanya Abel.
Aku tersenyum. Menatapnya, "Iya, saya baik-baik saja!" kataku.
Aku kembali menatap pintu itu.
Sial! Aku benar-benar takut. Keringat dingin memenuhi tubuhku. Wajahku pucat. Jantungku berdegup kencang. Aku tidak tahu apa yang ada di balik pintu ini. Tapi, jelas isinya adalah kematian. Huhu...
"Apa anda mau minum teh bersama saya nanti?" tanya Abel dengan malu-malu.
Kalau situasinya lebih baik, aku pasti akan langsung memeluk Abel dan menganggukan kepala dengan semangat tanpa pikir panjang. Tapi, karena situasi saat ini hanya dibatasi dengan garis kematian yang begitu tipis, aku tidak tahu harus menjawab apa. Kalau aku jawab dengan 'iya'. Bagaimana jika aku mati duluan? Masa Abel harus minum teh dengan arwahku? Tapi, kalau aku jawab dengan kata 'tidak'. Aku takut Abel jadi sedih. Apalagi kalau aku memberikan alasan yang tidak bisa ia terima.
Baiklah! Mari jawab dengan kalimat yang sama ketika ayah mengajakku pergi ke istana kekaisaran.
"Tentu saja! Saya akan menyempatkan diri untuk minum teh bersama anda! Tapi, saya tidak bisa berjanji!" kataku dengan senyum ramah.
Abel tersenyum. Ia mengangguk. Genggaman tangannya terlepas, "Kalau begitu saya pamit undur diri, Nona Elixi!" katanya sembari menundukkan kepalanya.
Aku balas membungkukkan badanku.
Statusku lebih rendah dari Abel untuk sekarang. Nanti, kalau aku sudah menikah dengan Chandler, barulah Abel berada satu tingkat di bawahku. Yah, masa bodo dengan status! Aku tidak peduli asalkan bisa bersama anak yang manis dan tampan ini. Tapi, sepertinya hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengannya.
Abel melangkah pergi setelah melambaikan tangannya padaku. Wuah, Abel sudah mendapatkan firasat kalau ini adalah saat terakhirku, ya? Dia sampai melambaikan tangan tanda perpisahan.
Aku ingin sekali menahan Abel dan mengajaknya masuk bersama ke ruang kerja Chandler. Di hadapan Abel yang sangat ia sayang, Chandler pasti tidak akan mungkin mengatakan kalimat yang menyeramkan seperti 'tiang gantung' atau 'penggal kepala'. Tapi, aku mengurungkan ide cemerlang itu karena mau bagaimana pun, Chandler akan tetap menghukumku. Aku hanya akan mengulur waktu dengan membawa Abel sebagai tamengku. Hal yang menyakitkan kan harus disegerakan agar tidak terasa semakin menyakitkan.
Glek!
Aku meneguk ludah sekali lagi.
Tanganku dengan gemetar mengetuk pintu.
"Yang Mulia Kaisar! Ini saya, Althea!" kataku lirih.
"Masuklah!" kata Chandler di balik ambang pintu raksasa itu.
Aku mendorongnya.
Di balik tumpukan kertas, aku bisa melihat Chandler yang fokus pada pekerjaannya. Menjadi seorang Kaisar rupanya hal yang sulit, ya. Pantas saja dia butuh seorang ratu. Dengan begitu, nerakanya bisa dinikmati bersama. Haha, untung saja setelah ini aku akan mati. Jadi, aku tidak perlu merasakan neraka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor, Please Obey Me!✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gantung di alun-alun ibukota. Apa yang harus aku lakukan?!?!?! Start: 20 April 2022 End: 7 Agustus 2022