54

4.7K 625 62
                                    

Aku sedang dalam perjalanan ke ruang makan. Siang ini, aku, Chandler dan Abel akan makan siang bersama untuk pertama kalinya setelah aku dan Chandler menikah.

Semalam, aku tertidur ketika Chandler selesai mandi. Kami jadi gagal menikmati malam pertama kami. Yah, tidak bisa disebut malam pertama juga karena kemarin adalah malam kedua kami, sih.

Chandler sudah menghilang dari kamar ketika aku terbangun. Di atas meja ada roti isi selai stroberi kesukaanku dan segelas susu. Chandler sepertinya memberitahu para koki makanan kesukaanku. Buktinya, setiap hari selalu ada makanan kesukaanku yang tersaji di atas meja khusus untukku. Bukankah Chandler yang seperti itu sangat manis?!

Ah, maksudku, pria yang memperhatikan setiap hal-hal kecil soal wanitanya sangat manis. Bukan Chandler yang manis. Dia kan dingin dan juga jahat. Jadi, baiklah, aku akui kalau sisi Chandler yang seperti ini sangat manis. Perlahan, aku mulai berharap ramuan cinta itu tidak kehilangan efeknya. Karena aku ingin hidup dengan menerima semua cinta yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Apakah keinginanku ini berlebihan?

Padahal, orang yang aku sukai awalnya adalah Cahir. Tapi, kenapa sekarang aku malah menginginkan Chandler? Apa karena sikapnya yang hangat? Cahir yang terkena ramuan cinta juga pasti akan bersikap sehangat itu padaku. Bahkan, sikap hangatnya itu membuatku nyaman dan bukannya tak enak.

Hah! Lupakan saja! Aku tidak akan berharap apapun! Aku akan hidup sesuai takdir saja. Kalau harus mati besok ya sudah. Aku tidak peduli lagi!

"Salam Yang Mulia Ratu!" kata seseorang yang aku kenal.

Aku menoleh.

Sesuai yang aku duga. 'Seseorang' itu adalah Cahir. Ini pertama kalinya aku bertemu Cahir sejak pernikahanku dua hari lalu. Cahir membungkukkan badannya.

"Ah, salam Tuan Acchya!" kataku.

Cahir mengangkat badannya, "Saya ucapkan selamat atas pernikahan anda!" katanya.

Aku tidak menyangka kalau Cahir bisa mengucapkan selamat dengan wajah setenang itu. Padahal, baru beberapa hari lalu dia memasang tampang sedih karena melihatku menikah. Manusia memang bisa berubah secepat ini, ya.

Ah, aku juga berubah. Jantungku berdetak dengan normal. Wajahku tidak hangat. Pipiku tidak memerah. Perutku terasa biasa saja. Padahal, aku berada tepat di depan Cahir. Pria yang aku suka. Tapi, apa benar aku masih suka pada Cahir?

Cahir membuka bibirnya. Bersiap bicara. Dan, lagi-lagi aku langsung memotong, "Maaf, Tuan Acchya! Tapi, saya harus segera pergi! Yang Mulia Kaisar dan Pangeran Abel sudah menunggu saya!" kataku tegas.

Berbeda dari masa lalu dimana Cahir memasang tampang sedih. Kali ini, dia tersenyum dengan begitu lebar. Sepertinya, dia bisa menerima kalau aku sudah resmi menikah dengan Chandler. Syukurlah kalau memang begitu!

Eh?! Kenapa aku malah bersyukur?! Aku kan harusnya merasa patah hati karena cinta pertamaku sudah hancur sebelum dimulai?

Kenapa aku jadi aneh sih akhir-akhir ini?!

"Baik, Yang Mulia Ratu! Sekali lagi selamat atas pernikahan anda!" katanya.

Aku mengangguk. Kemudian melangkah pergi ke ruang makan. Di sana, dua orang yang aku cintai tengah menungguku. Ah, maksudku anak angkat yang aku cintai dan suami yang mencintaiku. Hahahahahah.

Aku rasa aku harus menambah dosis obat penenangku mulai saat ini. Dengan begitu, mungkin aku bisa kembali normal seperti biasanya.

"Halo, semuanya!" kataku sembari melambaikan tangan.

Tidak perlu terlalu formal karena hanya ada kamu bertiga di sini. Toh, bersikap formal pada sesama anggota keluarga rasanya aneh. Kecuali jika ada orang lain di dekat kami. Kalau dengan Chandler sih beda cerita. Aku kan masih belum merasa cukup akrab sampai boleh memanggilnya hanya dengan nama, sama seperti dia memanggilku.

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang