69

4.1K 682 79
                                    

Waktu istirahat ini masih berlangsung sampai besok pagi. Karena matahari sudah terbenam, akan sangat berbahaya jika kami pergi melanjutkan perjalanan. Saat malam tiba, para penduduk daerah terpencil yang terkena dampak krisis pangan akan menjarah kereta kuda yang lewat di tengah hutan. Kami bisa saja melumpuhkan mereka karena jumlah kami yang jauh lebih banyak dari mereka. Tapi, para ksatria harus menghemat tenaga. Sebisa mungkin, kami harus menghindari pertarungan yang tidak dibutuhkan.

Abel masih bermain dengan para ksatria. Mereka berlatih pedang bersama. Ada juga ksatria yang mengajari Abel cara mengendalikan sihir penghancurnya.

Bicara soal sihir penghancur Abel, tidak ada yang tahu apakah sihir ini masuk sihir hitam, warna atau elemen. Sama seperti Chandler yang jadi satu-satunya pemilik sihir es, Abel juga satu-satunya orang yang memiliki sihir penghancur. Tapi, aku juga tidak pernah melihat Abel menggunakannya. Mungkin, karena dia tahu kalau sihirnya berbahaya. Selain itu, aku dengar kabar kalau setiap kali Abel menggunakan sihir penghancurnya, dia akan merasa kesakitan. Semakin luas wilayah yang ia hancurkan, semakin sakit juga yang ia rasakan. Aku tidak tahu apa kabar ini benar. Kalau memang benar, artinya Chandler keterlaluan sekali karena meminta Abel menghancurkan satu desa yang luasnya bisa menampung 20 taman utama istana.

Aku menguap.

Kami akan melanjutkan perjalanan dini hari nanti. Masih ada waktu 8 jam sampai waktu itu tiba. Dalam waktu 3 jam, kami akan sampai di Duchy Earth. Setelah tiba di sana, perjalanan akan dilanjutkan dengan artefak sihir teleportasi.

Aku mengucek mataku. Aku sebenarnya sudah mengantuk sedari tadi. Tapi, karena para ksatria masih terjaga, aku jadi merasa tidak enak kalau tidur. Tapi, sekarang aku sudah tidak bisa tahan lagi.

Aku tidur sembari duduk di dalam kereta kuda. Kepalaku bersandar pada jendela kaca.

"Aloysius! Apa yang kau lakukan di kereta kudaku?" tanya Chandler.

Aku yang baru saja tidur nyenyak langsung mengerang pelan. Samar aku bisa mendengar suara Chandler di luar kereta kuda. Aloysius, katanya? Apa ksatria inti itu berada di dekat kereta kuda? Apa lagi yang dia inginkan dariku. Apa dia ingin kepalanya dipenggal karena dianggap mencuri pasangan kaisar? Aku menanggapinya karena aku pikir dia memang baik. Tapi, sikapnya justru malah membuatku merasa tak nyaman dan risih.

"Saya hanya membawakan Yang Mulia Ratu selimut! Beliau pasti kedinginan. Apalagi karena berada di dekat seseorang." kata Aloysius sembari tersenyum.

Aku sepenuhnya terjaga sekarang. Kedua mataku masih tertutup rapat. Aku ingin tahu apa yang dibicarakan kedua orang ini.

Ah, 'seseorang' yang dimaksud Aloysius itu pasti adalah Chandler. Dia kan selalu menatap orang lain dengan dingin. Kalau dia marah atau kesal pun udaranya akan jadi semakin dingin.

"Aku yang akan memberikannya sendiri!" kata Chandler kesal sembari menarik selimut dari nampan yang dibawa Aloysius.

Aloysius tersenyum, "Tidakkah anda berpikir kalau anda harus jadi sedikit lebih hangat, Yang Mulia? Kebetulan saya punya sihir api." kata Aloysius santai sembari mengangkat salah satu tangannya. Ada api mungil yang muncul di sana.

Pshhh!!!

Api itu padam ketika Chandler menurunkan setumpuk salju di telapak tangan Aloysius. Ada asap yang muncul dari sana.

"Tidak butuh!" kata Chandler dingin.

"Wanita memang suka es krim yang dingin. Tapi, wanita tidak suka pria yang terlalu dingin, lho! Mereka nanti bisa berpaling ke pria la_"

Bruk!!!

Chandler mendorong Aloysius hingga menabrak pintu kereta kuda. Tangan Chandler berada di leher Aloysius. Menahan salah satu ksatria inti itu agar tidak kabur.

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang