74

4K 629 71
                                    

Aku dan ketiga pria itu kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini dengan berjalan kaki. Hanya tinggal berjalan selama 10 menit. Melewati hutan yang tak terlalu rindang, sungai kecil dengan kedalaman airnya hanya sampai mata kaki juga gerbang pintu masuk wilayah timur kekaisaran. Dan, kami akan sampai di tempat tujuan kami.

Pemandangan yang akan aku lihat mungkin akan jadi lebih buruk dari apa yang aku pikirkan. Tapi, aku tetap tidak bisa mundur. Apalagi sampai kabur. Aku harus menghadapinya. Karena ini semua terjadi atas keputusanku sendiri. Aku harus berani!

"Hati-hati, Thea! Batuan sungainya licin!" kata Chandler yang kini berada di tengah sungai.

Sungai ini tidak luas. Hanya 1 meter. Arusnya juga tidak terlalu deras. Tapi, cukup untuk menghanyutkan kapal kertas. Yang jadi masalah adalah bebatuan di sepanjang sungai. Bebatuan ini sangat besar untuk ukuran sungai dangkal. Semua bebatuan yang ada mencuat dari kedalaman sungai. Menyembul beberapa cm di atas permukaan sungai. Beberapa batu bahkan ada yang mencuat sampai setinggi orang dewasa.

Chandler mengulurkan tangannya. Aku yang tengah kesulitan mencari tanah kosong untuk dipijak memilih menerima uluran tangan Chandler yang kemudian menarikku. Sementara itu, Aloysius menggendong Abel di punggungnya. Dia menatap aku dan Chandler sembari terus tersenyum. Sesekali, dia terlihat kesulitan menyeimbangkan tubuhnya sambil membawa Abel di punggungnya.

"Apa anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Abel yang merasa tak enak.

Belakangan ini, sejak aku tinggal di istana kekaisaran, berat badan Abel bertambah beberapa kg. Dia jelas jadi lebih berat dari dirinya yang dulu.

"Tidak apa-apa, Pangeran! Anda seringan bulu, kok!" kata Aloysius sembari tersenyum.

Aku melirik Aloysius. Dia memang tidak terlihat kelelahan karena menggendong Abel. Tapi, tetap saja sulit.

"Soalnya gajahnya ada di sini!" kata Chandler acuh sembari terus menarik tanganku.

Aku memelotot. Andaikan kami tidak sedang berada dalam bahaya sekarang, sudah aku pastikan kepala Chandler mendapat satu atau dua pukulan. Masa bodo soal tiang gantung atau pedang. Berani sekali dia mengataiku sebagai 'gajah'. Bagi seorang wanita, berat badan itu adalah hal yang sangat sensitif. Dan, Chandler baru saja menyenggol hal yang sangat sensitif itu. Dia memang pantas mati!

Aloysius terlihat menahan tawa. Aku balas memelotot padanya. Tawanya langsung hilang. Bukan karena dia takut padaku. Tapi, karena kami sudah tiba di pintu masuk wilayah timur kekaisaran.

Begitu kami menginjakkan kaki di dalam wilayah timur kekaisaran, suasana di sekitar kami langsung berubah suram. Angin yang bertiup membawa aroma dari mayat yang membusuk. Tidak ada suara apapun yang terdengar di sini. Tidak ada rintihan. Jeritan. Tangisan. Atau pun suara lain. Di sini benar-benar hening. Hanya terdengar suara langkah kaki kami dan desiran angin yang cukup kencang.

Wilayah timur kekaisaran adalah sebuah desa yang sangat kecil dibandingkan wilayah kekaisaran lain. Walau begitu, jumlah penduduknya cukup banyak dan tanahnya subur. Seharusnya, ada banyak petani yang berada di perkebunan dan anak-anak yang bermain di sini. Tapi, semua itu tidak bisa aku lihat.

Yang ada tersisa hanyalah puing-puing rumah yang hampir bersatu dengan tanah. Perkebunan yang kosong dengan tanaman yang mati. Hewan ternak tidak ada lagi di kandang. Mungkin, mereka tahu kalau pemilik mereka sekarang jadi berbahaya. Burung gagak dan burung pemakan bangkai bertengger di ranting pohon yang mengering. Beberapa ada yang mematuki mayat di atas tanah.

Abel memelukku erat. Aku balas memeluk pundaknya. Mataku awas menatap sekitar. Chandler siaga berjaga di depanku. Sementara, Alosyius menjaga bagian belakang.

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang