Epilog

9.1K 769 45
                                    

Selesai.

Semuanya benar-benar sudah berakhir. Para penyihir kehilangan kekuatan dan ingatan mereka. Keempat penyihir kepercayaan Daemon mati bersama tuan mereka. Berubah jadi abu dan terbang terbawa angin. Menyisakan puing-puing rumah penduduk dan tumpukan tulang-belulang bayi juga anak-anak.

Perlu waktu hingga 2 bulan lamanya bagi wilayah timur kekaisaran untuk kembali bangkit. Ratusan rumah penduduk yang hancur sudah diperbaiki dengan dana pribadi kaisar. Puluhan ribu ksatria dikirim ke sana untuk membantu memperbaiki rumah penduduk. Penduduk yang mengalami gangguan mental karena kehilangan anggota keluarga sudah disembuhkan oleh para pengguna sihir putih. Juga diriku.

Sekali lagi, kedamaian memenuhi langit Algeiro.

Tidak ada pesta atau perayaan apapun setelah kemenangan. Karena perang kali ini menyisakan luka yang terlalu mendalam. Terutama bagi orang tua yang kehilangan anak-anak mereka.

Aku, Chandler dan juga Abel kembali ke istana kekaisaran satu bulan kemudian. Setelah memastikan semua ksatria sudah datang untuk membantu.

Selama dalam perjalanan kereta kuda, Chandler lebih sering menatapku. Dia sekarang sudah secara terang-terangan berani menatapku. Aku merasa Chandler sudah sedikit lebih hangat. Walau begitu, terkadang dia tetap dingin dan terlihat sangat sulit didekati. Aku rasa, hatinya sudah terlanjur membeku. Yah, mengalami kehidupan yang berakhir dengan kematian orang yang ia sayang selama ratusan kali memang bukan hal yang mudah. Chandler terbilang hebat karena hal itu hanya membuat hatinya membeku. Bukan menghilankan akal sehatnya.

Karena jika ia atau reinkarnasi Xandler yang lain sampai kehilangan akalnya. Maka, tidak akan ada lagi yang namanya 'reinkarnasi'. Abel juga hebat karena kematian yang terus berulang hanya membuat hatinya melemah.

Aku benar-benar berada di antara dua orang yang sangat hebat.

"Jadi, kau tidak akan kembali ke duniamu, bukan?" tanya Chandler sembari menatapku.

Dari sorot matanya, akh bisa melihat perasaan sedih dan cemas yang bercampur jadi satu. Apa Chandler takut aku akan kembali ke kayangan? Karena aku adalah Alathea yang merupakan dewi pertama. Maka, aku seharusnya berada di duniaku berada. Bukan di antara para manusia. Dengan kata lain, aku harus meninggalkan Chandler dan Abel juga semua orang yang aku sayang. Selain itu, padang bunga roscena terlihat begitu membosankan. Embun air dan makanan entah apa itu juga terlihat menjijikkan. Aku tidak sudi menghabiskan sisa hidupku di tempat itu.

Aku memang dewi pertama. Tapi, ada yang berbeda dari aku dan dia.

Alathea diciptakan oleh entah siapa. Sementara aku diciptakan oleh ayah dan ibuku. Aku lahir dari rahim ibuku. Alathea terlahir dari cahaya. Usiaku senormalnya manusia biasa. Sementara, Alathea  bisa hidup kekal selama dia tidak dibunuh oleh sesama dewa atau dewi.

"Saya sudah berada di rumah. Jadi, saya tidak akan pergi kemana pun lagi!" kataku sembari tersenyum.

Chandler tersenyum tipis.

"Syukurlah!" katanya pelan.

"Mulai sekarang, bisakah kau berhenti bicara dengan bahasa formal padaku, Thea? Kau membuatku merasa seperti kaisar!" kata Chandler sedikit kesal.

Apa maksud perkataannya? Dia kan memang seorang kaisar.

Chandler sudah berkali-kali memintaku menggunakan bahasa santai padanya sejak perang itu berakhir. Tapi, aku masih belum terbiasa. Aku bukan Alathea yang suka ceplos saat bicara dan penuh percaya diri. Jadi, aku terus memakai bahasa formal padanya. Dan, aku rasa Chandler sudah muak mendengarnya. Haha...

Baiklah! Mari gunakan bahasa santai meski aku belum terbiasa. Toh, tidak ada ruginya untukku. Mau bagaimana pun, Chandler kan suamiku sekarang. Ah, karena Chandler sudah mengingat apa yang terjadi di masa lalu dan mengetahui identitas asli dirinya juga diriku, apa artinya kami tidak akan bercerai?

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang