31

5.6K 829 13
                                    

Aku menatap punggung Duchess Slavina yang semakin jauh dariku. Mataku tajam mengarah padanya. Beraninya dia mengatai diriku sebagai sampah disaat yang lebih cocok jadi sampah adalah dirinya. Tidakkah ia sadar jika sampah yang dia maksud itu punya kedudukan yang lebih tinggi darinya sekarang? Putri seorang baron yang miskin ini adalah calon permaisuri kaisar. Aku adalah calon ratu bagi seluruh rakyat dan bangsawan yang ada di Kekaisaran Algeiro. Bukankah itu berarti semua orang harus tunduk padaku? Beraninya seorang duchess seperti dia menghinaku! Orang yang kurang ajar seperti itu harus mendapatkan hukuman yang sesuai, bukan? Kira-kira, hukuman apa yang bisa aku berikan padanya, ya?

Posisiku sebagai calon istri Chandler memberikanku hak untuk menghukum beberapa bangsawan yang melanggar aturan tanpa harus melalui persidangan. Jika aku sudah resmi menikah dengan Chandler, barulah aku boleh menghukum siapapun tanpa melalui persidangan. Bahkan, aku boleh menghukum kerabat keluarga kekaisaran seperti sepupu atau paman Chandler. Tentu saja dengan syarat jika mereka melakukan kesalahan.

Nggg, aku masih bingung memberikan hukuman apa atas tindakan kurang ajar Duchess Slavina tadi. Haruskah aku memasukkannya ke dalam penjara? Atau, haruskah aku memintanya bersimpuh di kakiku? Hukuman yang mana saja bagus. Asalkan, bisa membuatnya menyadari betapa berbedanya kedudukan kami saat ini.

Aduh! Apa yang baru saja aku pikirkan?

Posisiku sebagai calon istri Chandler kan masih belum resmi. Yah, walau dia sudah melamarku secara resmi 3 hari lalu. Tapi, tetap saja posisiku masih bisa goyah. Atau, bahkan runtuh.

Undang-undang mengenai status minimal seorang calon ratu masih belum diubah. Dukungan bangsawan sebagai pondasi posisiku juga belum aku dapatkan. Dan, belum lagi harus menghadapi bangsawan yang menentang hubunganku dengan Chandler.

Menjadi seorang putri mahkota tanpa jabatan dan dukungan dari banyak bangsawan sama saja dengan bunuh diri. Aku yakin, setelah ini akan ada banyak pembunuh bayaran yang datang untuk menyambut kehadiranku di istana ratu. Dan, pengirim mereka sudah jelas orangnya. Tidak perlu penyelidikan. Hanya perlu mendaftar nama bangsawan yang membenciku dan mereka akan tahu siapa pelakunya.

Hah! Bisa-bisanya aku punya rasa sombong hanya karena posisi yang belum pasti ini.

Ucapan Duchess Slavina tidak sepenuhnya salah. Aku ini memang sampah yang mendapatkan posisi ini dengan bantuan ramuan cinta. Tanpa ramuan cinta itu, aku akan tetap jadi seorang putri baron kaya yang bersikap miskin.

"Theloku sayang!" Seru seseorang dari belakangku.

Aku memutar badanku. Chandler yang berdiri tak jauh dariku langsung memeluk diriku dengan begitu erat. Saking eratnya, aku bahkan tidak bisa bernafas. Arla dan Erla langsung membungkukkan badannya ketika melihat Chandler datang.

Aku menatap dua orang pria yang berdiri di belakang Chandler, Sir Dame, tangan kanan Chandler sekaligus kepala pelayan istana kaisar dan..... Cahir.

Deg! Deg! Deg!

Jantungku berdetak kencang ketika melihat Cahir menatapku dengan wajah pias. Aku penasaran, perasaan apa yang tersimpan dalam wajah itu? Apa sebenarnya Cahir juga menyukaiku? Andaikan memang begitu, apakah itu artinya aku tidak butuh ramuan cinta? Seandainya aku lebih sabar dalam menunggu Cahir mengatakan perasaannya padaku, apakah semuanya tidak akan jadi seperti ini?

Tidak! Semua yang terjadi pasti ada alasannya, kan?

Bisa saja jika aku menikah dengan Cahir, aku hanya akan jadi kesepian dan dihantui rasa khawatir karena dia harus selalu pergi ke medan perang. Mungkin saja jika aku menikah dengan Chandler, aku akan jadi bahagia. Selama ramuan cinta yang diminum Chandler tidak kehilangan efeknya, aku bisa menjamin kebahagiaanku.

Aku sekarang adalah calon istri Chandler. Jadi, aku tidak boleh tergoda dengan pria lain. Hal itu akan menurunkan martabat Chandler sebagai kaisar. Juga, akan memberikan dampak buruk untuk keluargaku.

Ayah pasti sekarang sedang membanggakan putrinya yang akan jadi ratu ke semua orang. Aku tidak boleh membuat ayah kecewa. Aku harus menghapus perasaanku pada Chandler walaupun itu adalah hal yang sangat sulit.

Aku harus mengubur kebahagiaanku demi kebahagiaan orang lain.

Aku balas memeluk Chandler. Aku langsung membenamkan wajahku di atas dada bidang Chandler. Aku memang sudah bertekad untuk menghapus perasaanku pada Cahir. Tapi, ternyata tidak semudah yang aku katakan. Hatiku terasa sakit karena memeluk pria lain di depan orang yang aku suka.

Chandler melepaskan pelukannya. Begitu juga aku.

"Apa kau mau makan malam bersamaku nanti, Thea?" Tanya Chandler dengan wajah riang.

Aku menatap Cahir sekilas. Kemudian, mendangak. Menatap pria yang akan mengucapkan sumpah pernikahan denganku.

"Tentu saja, Yang Mulia Kaisar!" Jawabku sembari tersenyum senang.

Arla dan Erla yang untuk pertama kalinya melihat Chandler memasang tampang riang lengkap dengan senyuman manis itu tentu saja langsung terkesiap. Sir Dame yang sudah bekerja di istana sejak Chandler masih berjalan dengan empat kaki juga mematung. Sama sekali tidak pernah mereka bayangkan jika Chandler akan memasang wajah sehangat itu di depan seorang wanita.

Chandler membungkukkan badannya, "Baiklah! Aku sangat menantikan makan malam kita nanti!" Kata Chandler sembari mengecup punggung telapak tanganku.

Entah hanya perasaanku, atau memang gadis kembar itu lebih terlihat senang dibandingkan aku? Lihat saja wajah mereka yang merona itu. Mereka pasti merasa baru saja melihat pertunjukkan drama kolosal romantis secara langsung. Andaikan mereka tahu apa yang membuat pria berhati dingin ini menjadi begitu hangat, aku yakin mereka tidak akan memasang ekspresi seperti itu.

Haha, semua orang rupanya sudah tertipu dengan sikap manis Chandler.

"Maaf menyela, Yang Mulia Kaisar. Tapi, anda harus segera menyelesaikan rapat dengan para petinggi!" Kata Sir Dame.

Aku menatapnya sekilas sebelum akhirnya kembali menatap Chandler yang langsung memasang tampang melas. Pria itu langsung memeluk pinggangku. Ia bersimpuh di atas tanah dengan kedua lutut menyangga tubuhnya. Chandler membenamkan kepalanya di atas perutku. Kepalanya mendangak. Menatapku dengan manik mata penuh harap.

Apa yang diinginkan pria ini dariku?

Ah, mungkinkah....

"Tidak mau! Aku ingin bersama istriku saja!" Kata Chandler sembari mempererat pelukannya pada pinggangku.

Rupanya dia ingin agar aku melarangnya pergi ke rapat dengan para petinggi, ya. Usianya sudah 22 tahun. Tapi, dia bersikap seperti anak usia 5 tahun yang merengek pada ibunya agar tidak perlu pergi belajar. Haha, sosok Chandler yang ini benar-benar bertolak belakang dengan sosoknya yang biasa.

Orang-orang tidak akan curiga kalau dia sedikit bermasalah, kan? Karena aku tidak ingin mati muda dalam keadaan perawan. Bisa-bisa nanti aku jadi hantu perawan muda. Haha....

"Yang Mulia Kaisar! Anda harus segera pergi!" Teriak Sir Dame sembari menarik kaki Chandler.

Chandler terus melingkarkan tangannya di pinggangku. Kini, Cahir ikut membantu Sir Dame menarik kaki Chandler.

Sir Dame terus menarik kaki Chandler, "Ayolah, Yang Mulia Kaisar! Anda adalah kepala negara ini! Anda tidak boleh menghindari kewajiban anda!" Katanya 

Chandler menendang kedua pria yang berusaha melepaskannya dari memeluk diriku, "Tidak mau! Aku mau jadi rakyat jelata saja! Aku mau bermain dengan Theaku selamanya! Aku tidak mau rapat! Pergi kalian!" Teriak Chandler sembari memperat pelukannya padaku.

Entah kenapa aku merasa jika lebih baik jadi hantu perawan muda saja daripada harus hidup dengan Chandler yang berada dalam pengaruh ramuan cinta.

Apa aku bisa bertahan hidup di neraka ini?

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang