"Nona Althea, apa anda ingin mengunjungi tempat lain?" Tanya Arla dengan nada suara yang begitu ramah. Dan, kali ini, tidak dibuat-buat.
Aku rasa aku sudah lolos ujian masuk istana kekaisaran sebagai calon putri mahkota. Sekarang, hanya tinggal mengurus kepala pelayan saja. Tapi, aku yakin kalau aku bisa. Karena di kekaisaran ini, orang yang paling tahu tentang seluk-beluk istana sekaligus orang yang ada di dalamnya adalah aku. Yah, ucapkan terima kasih pada ayahku yang menjadikan pelajaran sebagai ratu menjadi makananku sehari-hari. Tidak aku sangka hal yang sia-sia itu ternyata akan berguna juga.
"Bukankah istana kekaisaran hanya memiliki taman?" Tanyaku.
Istana yang begitu luas ini memang hanya memiliki taman. Tidak ada hutan. Danau. Sungai. Atau, tempat lain yang seharusnya ada dalam sebuah istana kekaisaran. Itu karena Chandler alias pemilik dari istana mewah ini tidak ingin putra kesayangannya itu terluka. Dia takut jika Abel akan tersesat di hutan atau tenggelam di dalam danau. Jadi, semua tempat yang dianggap berbahaya langsung diubah jadi taman. Karena itulah, sejauh mata memandang, hanya ada taman bunga yang memenuhi halaman istana yang begitu luas.
Bunga yang ditanam pun bukan bunga sembarangan. Semua bunga yang ada di taman adalah bunga yang tidak membuat Abel jadi alergi.
Kalau melihat sikap Chandler yang biasanya dingin, aneh juga rasanya melihat sikap hangatnya pada Abel. Aku rasa, ayah anak satu itu benar-benar menyayangi putranya. Tapi, tidak dengan ibu dari anaknya. Haha..
Tidak ada satu pun yang tahu soal asal-usul ibu dari Abel. Ayahku yang biasanya selalu tahu tentang kaisar saja tidak tahu siapa wanita yang tidak beruntung itu. Tapi, menurut rumor yang beredar, ibunya Abel adalah seorang pengembara. Dia mampir ke kekaisaran sialan ini dan bertemu dengan Chandler. Dan, bak kisah cinta dalam dongeng, Chandler jatuh cinta pada kelembutan dan kehangatan yang diberikan wanita itu. Mereka kemudian menghabiskan malam bersama. Wanita itu hidup dalam persembunyian karena akan ada banyak orang yang berniat membunuhnya jika sampai kehadirannya diketahui secara umum. Setelah melahirkan Abel, dia kemudian kembali mengembara.
Tapi, masa iya Chandler yang dingin itu bisa jatuh cinta hanya karena merasakan kehangatan? Kalau begitu, seharusnya dia tidak membekukan perapian istananya hanya karena menganggap asapnya mengganggu, dong.
"Anda bisa melihat Pangeran Putra Mahkota Abel yang sedang belajar di perpustakaan!" Kata Erla.
Manik mataku membulat. Melihat Abel belajar di perpustakaan? Apa aku boleh melakukannya? Waktu belajar seorang calon pewaris kan adalah hal yang begitu dianggap sakral oleh para bangsawan. Tidak semua orang boleh mengganggunya. Tapi, aku ingin sekali melihat Abel belajar. Dia kan sangat manis dan imut seperti anak kelinci. Berbeda sekali dengan ayahnya yang seperti titisan setan itu.
"Apakah aku boleh melihat Abel belajar? Tidakkah itu sangat tidak sopan?" Tanyaku memastikan.
Setahuku, hanya orang tua atau wali yang diperbolehkan masuk atau menginterupsi calon pewaris yang sedang belajar. Aku kan bukan siapa-siapa. Statusku sebagai putri mahkota juga masih belum ditetapkan.
"Tentu saja! Anda kan calon ibunya Pangeran Putra Mahkota Abel!" Kata Arla dengan semangat.
Aku calon ibunya, ya? Tapi, memangnya anak itu sudi punya ibu seperti aku? Aku kan payah. Tidak punya pengalaman menjaga anak-anak. Tidak bisa diandalkan dan masih banyak lagi. Satu-satunya kelebihanku adalah tidak punya kelebihan. Haha....
Aku menatap kedua wajah pelayan kembarku. Mereka berdua kelihatannya sangat berharap aku mau menjenguk Abel. Apa mereka tahu kalau Abel tidak menyukaiku? Hiks, entah kenapa aku merasa sedih sekaligus senang.
"Baiklah! Tolong antarkan aku ke perpustakaan!" Kataku tegas.
"Baik, Nona Althea! Silakan ikuti kami!" Kata Erla mempersilakan.
Kedua kakiku mulai berjalan dengan kedua pelayan kembar sebagai penunjuk arah. Mereka akan memberitahuku harus belok kemana. Jadi, aku tidak perlu takut akan tersesat.
"Saya memberi salam pada calon ratu Algeiro! Semoga berkah rakyat selalu menyertai anda!" Sapa seseorang yang aku kenal.
Deg! Jantungku berdetak kencang begitu melihat siapa pria yang berdiri di depanku.
Cahir.
Kenapa dia ada di sini? Bagaimana mungkin aku bisa bertemu lagi dengannya di istana yang begitu luas ini! Argh!!! Aku kan sudah memantapkan hatiku untuk melupakannya. Kalau dia muncul tiba-tiba seperti ini, aku jadi gagal, dong!
"Apa yang anda lakukan di sini, Tuan
Acchya?"Hatiku rasanya sakit karena memanggil Cahir dengan nama keluarganya lengkap dengan status. Tapi, aku tidak punya pilihan lain. Pasti akan ada rumor aneh yang beredar jika aku memanggil Cahir seperti biasa. Cahir juga kelihatan terkejut karena aku memanggilnya dengan formal begitu.
"Yang Mulia Kaisar meminta saya untuk menemani anda, Nona!" Katanya dengan senyum manis.
"Ah, begitu, ya?"
Bukankah terlalu berlebihan kalau sampai meminta salah seorang ksatria inti untuk mengawalku?
"Apakah tidak masalah, nona-nona?" Tanya Cahir pada kedua pelayanku.
Arla dan Erla kompak menggeleng.
"Kami berdua tidak keberatan. Tolong jaga Nona Althea, Tuan Acchaya!" Kata Arla sembari membungkukkan badannya. Erla mengikuti adik kembarnya.
"Kalau begitu, kami permisi dulu, Nona Althe!" Kata Arla dengan takzim. Kedua gadis itu kemudian pergi.
Aku pikir mereka berdua akan tetap berada di belakangku. Rupanya tidak, ya.
Sekarang, hanya tinggal aku dan Cahir.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku dan Cahir saling tatap. Rasanya canggung sekali. Suasananya bahkan lebih terasa tidak menyenangkan dibandingkan saat aku masih belum terjebak dalam ramuan cinta sialan itu.
Aku tidak tahu harus berkata apa!
Seseorang, tolong selamatkan aku. Siapa saja! Aku tidak keberatan! Bahkan, Chandler yang gila itu pun tidak masalah. Aku ingin keluar dari situasi ini!
"Cuacanya cerah, ya!" Kataku. Berusaha mencairkan suasana.
CTAR!!!
Kilat menyambar di langit yang seketika tertutup awan gelap. Aku tersenyum. Bahkan, alam semesta pun tidak mendukungku.
"Anda mau pergi kemana, Nona?" Tanya Cahir sembari tersenyum.
Rasanya ingin sekali aku memukul kepalanya agar dia tidak bisa tersenyum semanis itu lagi. Hatiku kan lemah terhadap pria tampan yang lemah lembut. Apalagi kalau pria itu tersenyum.
"Saya ingin menemui Pangeran Abel. Arla bilang, beliau ada di perpustakaan!" Kataku.
Rasanya aneh sekaligus sedih karena harus bicara dengan formal di depan Cahir.
Aku ingin kehidupanku sebelum Chandler meminum teh itu kembali!
"Baiklah! Mari saya antar!" Kata Cahir sembari mempersilakanku.
Aku tersenyum. Mengangguk. Cahir berjalan di sampingku.
Harusnya kami berdua berjalan seperti ini di altar pelaminan dengan status suami istri. Bukannya di istana kekaisaran dengan status majikan dan ksatrianya. Entah kenapa aku jadi ingin minum alkohol sembari meratapi nasib. Rasanya sudah lama sekali aku tidak minum alkohol. Terakhir kali adalah saat pesta penobatan Chandler.
"Apa anda benar-benar menyukai Yang Mulia Kaisar?" Tanya Cahir. Pandangannya lurus ke depan. Aku menatapnya bingung. Chandler balas menatapku, "Jika anda terpaksa melakukannya, anda bisa menghentikkan semuanya sebelum terlambat, Thea!" Kata Cahir dengan wajah menyedihkan.
Apa yang baru saja dikatakan ksatria kepercayaan kaisar ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor, Please Obey Me!✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gantung di alun-alun ibukota. Apa yang harus aku lakukan?!?!?! Start: 20 April 2022 End: 7 Agustus 2022