"Apa anda baik-baik saja, Yang Mulia?" Tanyaku ragu.
Sorot mata Chandler terlihat begitu menyeramkan. Lapisan es tipis muncul dari tempat Chandler berdiri. Merambat menuju ke tempat lain. Meja, rak buku, kursi, lantai. Semuanya dilapisi oleh es tipis. Tubuh Duchess Slavina bergetar hebat. Bukan karena udara yang tiba-tiba berubah jadi dingin. Tapi, karena Chandler tengah menatapnya dengan begitu tajam.
Chandler melempar potongan vas bunga itu ke sembarang arah. Ada bekas darah di bagian runcing potongan vas itu. Karena luka yang semula tertutup itu kini malah dibuka, darahnya mengalir semakin deras.
Dia ini bodoh, ya?
Seharusnya biarkan saja potongan vas bunga itu menancap di telapak tangannya agar tidak terjadi pendarahan. Sihir miliknya kan adalah sihir es. Bukan sihir penyembuhan.
Hah! Sudahlah! Aku seharusnya berterima kasih pada Chandler karena dia sudah menyelamatkanku. Andaikan dia terlambat sedetik saja, maka sudah dipastikan aku akan kehilangan satu bola mataku.
"Ya-ya-yang Mulia Kaisar! Maafkan saya!" Kata Duchess Slavina dengan suara yang bergetar. Dia dengan cepat bersujud.
Astaga! Padahal tadi dia bicara dengan sombong seolah tidak ada yang bisa membuatnya takut. Tapi, dia sekarang bahkan langsung bersujud tanpa ragu.
"Aku tidak keberatan meski kau menusukku dengan pedang. Tapi, aku tidak bisa membiarkan kau menyakiti istri dan anakku!" Kata Chandler masih dengan sorot mata yang tajam dan menakutkan.
Aku menatap wajahnya.
Dia terlihat serius mengatakan kalimat itu. Sama sekali tidak terlihat seperti orang yang dalam pengaruh ramuan cinta.
Duchess Slavina masih bersujud, "Ma-ma-maafkan saya Yang Mulia Kaisar! Saya benar-benar memohon belas kasih anda!" Katanya sembari meneteskan air mata.
Aku menatapnya. Aku menggeser Abel yang berdiri di belakangku agar berlindung di balik punggungku. Pangeran putra mahkota itu menurut. Dia menggenggam erat gaunku.
"Apa kau punya hukuman yang tepat untuk wanita tua itu, sayang?" Tanya Chandler padaku.
Nada suaranya langsung berubah jadi begitu lembut. Sorot matanya juga penuh dengan kasih sayang. Apa manusia memang bisa berubah secepat ini?
Aku menatap Duchess Slavina sekali lagi. Aku masih bisa memaafkan dirinya yang menghina dan hampir membuatku buta. Tapi, mengenai apa yang ia lakukan pada Abel, aku rasa hal itu tidak bisa dimaafkan.
Duchess Slavina menatapku. Masih dalam posisi bersujud. Sorot matanya menunjukkan penyesalan. Tapi, sayangnya rasa sesal tidak bisa mengobati luka fisik dan mental yang dirasakan Abel.
Aku menatap Abel yang juga menatap Duchess Slavina. Aku berjongkok. Menatap Abel dengan tulus. Tersenyum.
"Apa anda ingin Duchess Slavina dihukum, Pangeran Abel?" Tanyaku lembut.
Abel menatap Chandler, ayahnya. Chandler tersenyum. Mengangguk.
"A-a-apa tidak masalah?" Tanya Abel dengan suara yang begitu pelan. Sangat pelan hingga hampir tidak terdengar. Abel memainkan ujung jarinya. Kepalanya menunduk. Dia terlihat ragu. Dalam hatinya, aku yakin kalau Abel juga ingin wanita jahat itu mendapatkan hasil atas perbuatannya selama ini.
Aku tersenyum dengan lebih lebar, "Tentu saja! Saya dan Yang Mulia Kaisar sangat menantikan keputusan anda!"
Abel mengangkat kepalanya. Ia menatap Duchess Slavina. Kemudian, menatap luka di tangannya. Abel kembali menunduk.
"Saya ingin Duchess Slavina tidak pernah muncul di hadapan saya lagi!" Katanya dengan pelan.
Aku menatap Chandler. Ia mengangguk. Aku berdiri di samping Chandler. Kedua tanganku memeluk pundak Abel. Mataku menatap Duchess Slavina yang terlihat senang. Dia pasti berpikir kalau Chandler hanya akan memintanya berhenti jadi pengasuh Abel. Tapi, bagaimana, ya. Chandler ini bukan tipe ayah yang main-main kalau ada hal yang menyangkut anaknya. Apalagi, Abel adalah pewaris takhta. Menyakiti Abel sama saja mengajak perang seluruh kekaisaran.
"Duchess Slavina Fri Leari! Aku memerintahkanmu untuk berhenti menjadi pengasuh putraku...."
Duchess Slavina tersenyum. Aku menyeringai.
"Dan, jangan pernah muncul di hadapan publik lagi. Berdiamlah di dalam kamarmu selamanya!"
Deg!
Duchess Slavina menatap Chandler tak percaya. Sorot mata Chandler kembali menatapnya tajam. Meminta Duchess berdiam diri di dalam kamar sama saja dengan mengurungnya seumur hidup. Tapi, hal itu jelas lebih baik dibandingkan mati di tiang gantung atau membusuk di penjara.
"Aku juga mencabut gelarmu sebagai Duchess! Mulai sekarang, kau hanyalah rakyat biasa!" Kata Chandler tegas. Tidak ada rasa simpati sedikit pun yang terlukis di nada suara atau wajahnya.
Aku menatap Chandler. Pencabutan gelar itu terdengar berlebihan. Tapi, mengingat semua yang ia lakukan pada Abel, entah kenapa aku merasa hal itu masih kurang.
Aneh bukan? Padahal bukan aku yang melahirkan Abel. Tapi, kenapa aku tidak ingin ada hal buruk yang menimpanya? Apa ini adalah hal yang normal?
Duchess Slavina merangkak. Ia kemudian bersimpuh di kaki Chandler, "Ya-ya-yang Mulia Kaisar! Saya mohon kebaikan hati anda! Tolong pertimbangkan hukuman anda! Saya tidak keberatan jika anda meminta saya mengurung diri! Tapi, bagaimana mungkin anda membiarkan saya hidup sebagai rakyat biasa?"
Aku menatapnya muak.
Aku pikir dia akan menyesali perbuatannya pada Abel. Tapi, sampai sekarang pun yang dia pedulikan hanyalah nasib dirinya sendiri. Benar-benar tidak tahu malu!
"Pikirkan saja dengan otakmu!" Kata Chandler acuh.
Dia kemudian berbalik badan. Dua orang ksatria yang berdiri di belakangnya langsung menarik tubuh Duchess Slavina. Memaksa wanita paruh baya itu untuk keluar dari istana.
Aku menatap punggung Duchess Slavina untuk terakhir kalinya. Abel juga melakukan hal yang sama. Aku tersenyum. Kembali bersimpuh di hadapan Abel. Menyamakan tinggiku dengannya. Tanganku menggenggam kedua tangan yang begitu mungil itu. Mataku menatap sedih semua luka yang mengisi tangan yang rapuh itu.
"Lukanya pasti sakit bukan, Pangeran? Apa anda mau mengantar saya ke kamar? Saya akan mengobati luka anda di sana!" Kataku sembari tersenyum.
Abel menatapku cukup lama. Dia mengangguk pelan.
Syukurlah! Aku pikir dia akan menarik tangannya dan kabur dariku. Rupanya tidak!
Dibandingkan anak nakal dan jahil, Abel lebih terlihat seperti anak kelinci yang manis dan lembut di mataku. Aku bahkan bisa melihat telinga panjang berwarna hitam di atas kepalanya.
Benar-benar lucu dan manis.
Rasanya aku ingin memeluk dia dengan erat!
"Ehem!" Chandler berdehem.
Aku menatapnya.
"Ternyata luka di tanganku sakit sekali! Aduh!" Chandler meluruskan tangannya ke samping. Wajahnya berpaling dari luka itu. Alisnya berkerut. Dia meringis kesakitan.
Kemampuan seni perannya itu buruk sekali!
Padahal, dia masih sempat mengancam orang lain. Tapi, sekarang kenapa malah berlagak seperti orang sakit? Pendarahan di telapak tangannya juga sudah berhenti. Hanya perlu membersihkan sisa darah yang mengering dan membalurkan obat. Selesai. Dia bisa melakukannya sendiri atau menyuruh pelayan. Di istana kekaisaran yang megah ini pasti ada banyak pelayan, kan?
"Aduh! Rasanya sakit sekali sampai aku akan pingsan! Bagaimana ini?!"
Aku menatapnya datar.
Ada pepatah lama yang mengatakan jika orang yang waras harus selalu mengalah. Jadi, aku akan mengalah pada Chandler kali ini. Masa bodo jika nanti hal itu membuat dunia jadi dipenuhi orang gila.
"Apa anda juga mau saya obati, Yang Mulia Kaisar?" Tanyaku sembari tersenyum.
"Iya! Ayo!" Serunya semangat sembari mengepalkan kedua tangannya.
Wuah, tangannya langsung sembuh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor, Please Obey Me!✔
Fantasi[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gantung di alun-alun ibukota. Apa yang harus aku lakukan?!?!?! Start: 20 April 2022 End: 7 Agustus 2022