16

6.8K 869 15
                                    

"Dia....ka..." perkataanku terhenti.

Flo menatapku. Meminta jawaban atas pertanyaannya. Aku ingin sekali mengatakan kalau pria yang mengantarku beberapa hari lalu adalah kaisar. Tapi, kalau aku menjawab dengan jujur, apa Flo akan percaya? Dia pasti mengira aku berhalusinasi atau gila karena tekanan menjadi putri mahkota oleh ayah. Dan, kalau pun Flo percaya, aku tidak mau menceritakan semuanya dari awal. Karena, itu akan terdengar memalukan.

Pergi ke hutan terlarang hanya karena merajuk. Dikejar Manticore. Memukul kepala salah satu ksatria inti sebanyak dua kali. Dan, menguburnya karena menyangka dia mati. Lalu, dengan tak tahu dirinya malah jatuh cinta padanya. Bertemu kaisar tampan berhati batu. Hampir dimakan burung hantu penghisap darah. Diselamatkan oleh kaisar. Cerita berakhir dengan diantar oleh kaisar padahal aku ingin Cahir yang mengantarkanku.

Dasar Chandler sialan!

Entah kenapa rasanya darahku mendidih. Aku ingin sekali memukul seseorang.

"Dia...kusir biasa."

Pada akhirnya, aku tidak menjawab dengan jujur karena enggan menjelaskan semuanya dari awal. Lagipula, aku yakin kalau Flo tetap tidak akan percaya meski aku sudah menceritakan semuanya dengan rinci dimulai dari silsilah keturunan 5 pemeran utama dalam cerita itu.

Chandler yang seperti pohon pisang itu tidak mungkin mengantarkan orang lain ke rumahnya. Apalagi dengan selamat. Kalau ada sedikit luka seperti tangan atau kaki yang hilang baru bisa dipercaya. Lebih bisa dipercaya lagi kalau Chandler mengantarnya ke alam lain.

"Kusir mana yang memakai jubah di siang hari yang terik?" Flo menatapku penuh selidik.

Aduh! Dia ini berbakat sekali dalam menginterogasi orang lain. Harusnya dia jadi polisi saja. Dan, bukannya temanku. Aku kan jadi merasa seolah aku baru saja mencuri mahkota kaisar, bukannya berbohong.

"Hah! Dia itu baru berusia 14 tahun, Flo! Kau tahu kan kalau kaisar gila itu melarang anak di bawah 17 tahun untuk mengendarai kuda. Makanya, dia memakai jubah!" Kataku sembari terus mengelap rak meja. Berusaha sebaik mungkin menghindari tatapan Flo.

"Kenapa dia malah menjadi kusir. Apa dia tidak takut kaisar akan memenggal kepalanya?" Flo kini berdiri di hadapanku. Aku terus mengelap rak meja.

Dia ini benar-benar menyeramkan. Aku tidak tahu bagaimana cara Abbys bertahan menghadapi sifat Flo yang satu ini. Aku lebih tidak tahu lagi mengapa hubungan mereka lebih awet dibandingkan uang jajanku. Kalau aku jadi Abbys, aku tidak akan sanggup bertahan bersama Flo walau hanya sehari. Tidak! Aku dari awal tidak akan mengatakan perasaanku dan mengajaknya pacaran.

Ayo! Pikirkan alasan yang masuk akal, Althea! Alasan yang bisa membuat Flo terdiam dan percaya padaku.

"Ah, ibunya sakit keras sejak ia kecil. Ayahnya sudah lama pergi. Ketiga adiknya perlu makan. Jadi, dia membeli kuda dengan harta terakhir peninggalan ayah mereka. Lalu, menjadi kusir karena bayarannya lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain. Sementara, ketiga adiknya bekerja serabutan di pasar."

Aku melirik Flo. Tatapan penuh curiganya kini menyurut. Digantikan wajah penuh kesedihan dan rasa iba. Aku tersenyum tipis. Sudah aku duga ini akan berhasil.

"Kau tahu, Flo? Bagi orang-orang seperti anak itu, melanggar aturan jauh lebih baik dibandingkan membiarkan keluarga mereka kelaparan. Hiks." Aku mengusap ujung mataku yang berair.

Harusnya aku mengambil kelas drama dibandingkan kelas menjadi putri mahkota. Berpura-pura jelas adalah bakat alamiku.

Aku kembali melirik Flo. Gadis itu terduduk di pinggir kasurku. Matanya digenangi oleh air. Dan, dalam sekejap, air itu mengalir deras di pipinya. Aku langsung berlari menyusul Flo. Kalau dibiarkan begini terus, dia akan membanjiri kamarku dengan air matanya. Lebih parah lagi, mungkin membanjiri seluruh kekaisaran. Atau, bahkan bumi.

Aku memang hebat dalam hal berenang. Tapi, aku tidak mau berenang dalam lautan air mata yang asin. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin muntah.

Flo tiba-tiba melepas permata di gaunnya. Dia juga melepas semua perhiasan yang menghias tubuhnya. Aku dengan sigap langsung menahannya.

"Ini! Berikan semuanya pada anak itu! Aku akan dengan senang hati membangunkan rumah dan merawat ibunya sampai sembuh!" Flo menyerahkan semua permata dan perhiasan yang ia punya.

Aku menatapnya datar. Walau memiliki mata keranjang yang sensitif akan pria tampan, Flo adalah tipikal orang yang mudah merasa iba. Sedikit cerita sedih saja akan membuatnya menangis semalaman. Dia bahkan pernah menangis seharian penuh karena membaca cerita tentang ulat kecil yang diejek karena jelek oleh hewan lain. Setelah puas menangis, Flo langsung meminta seluruh ulat di kekaisaran untuk didandani secantik mungkin. Flo juga pernah hampir memberikan seluruh hartanya untuk seorang bayi yang dibuang oleh orang tuanya. Pada akhirnya, bayi itu diadopsi oleh bangsawan lain.

Hah! Menjadi baik memang tak salah. Tapi, kalau terlalu baik begini sih jelas akan menimbulkan banyak masalah. Karena sifat Flo yang mudah merasa iba ayahnya sampai harus mengirimkan ksatria untuk menjaganya secara diam-diam. Karena, Flo pernah dengan senang hati mengantarkan dirinya ke kandang musuh hanya karena mendengar ada anak kucing yang terluka di sana.

Saat Flo mendengar kabar kalau ibuku tewas dalam kecelakaan kereta kuda, dia langsung pergi ke rumahku dengan menunggang kuda. Padahal, dia masih belum lihai melakukan hal yang biasa dilakukan anak di atas 17 tahun itu. Akibatnya, kuda Flo menabrak gerbang rumahku dan tewas. Haha.... Kuda yang malang. Aku harap dia beristirahat dengan tenang dan tidak menaruh dendam pada Flo.

Setelahnya, Flo menemaniku menangis. Iya, kelakuan bodoh yang digunakan Flo untuk menghiburku adalah menangis  kencang. Flo bilang, tubuh kecilku tidak akan sanggup menahan semua kesedihan yang ada. Jadi, Flo ikut sedih denganku.

Sebenarnya, dibandingkan aku, Flo terlihat jauh lebih sedih. Seolah, ibunya lah yang tewas.

Kalian tahu? Terkadang, aku merasa kalau aku salah memilih teman.

"Te-te-tentu, akan aku berikan semua hadiah ini padanya. Kau sungguh baik, Flo!" Aku menerima permata dan perhiasan Flo. Lantas, meletakkannya di dalam rak meja.

Tidak! Aku tidak akan menggunakan benda berharga itu untuk keperluan pribadiku. Walau aku miskin, tapi, aku tidak akan memakan harta temanku yang ia dedikasikan untuk kusir usia 14 tahun yang ada dalam bayanganku. Aku akan memberikan semua benda itu untuk anak-anak tidak mampu di ibukota.

Siapa tahu, aku bisa bertemu Cahir lagi.

Tapi, kalau bertemu lagi, apa yang harus aku bicarakan, ya? Baju apa yang harus aku pakai? Gaya rambut apa yang harus aku gunakan? Sepatu mana yang akan aku injak? Aduh! Kenapa aku jadi ribut hanya untuk hal yang belum pasti. Tidak seperti aku yang biasanya.

Jadi, ini ya yang namanya jatuh cinta?

Emperor, Please Obey Me!✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang