Chandler rupanya juga serius soal mengganti seluruh bunga di taman bunga istana kekaisaran. Tidak hanya di sana, Chandler juga mengganti bunga di rumah kaca dan semua taman yang ada di istana. Semuanya kini hanya diisi dengan bunga tanpa serbuk sari.
Hah! Aku tidak tahu harus bersyukur atau sedih soal hal ini. Bunga tanpa serbuk sari kan terbilang cukup langka dan harganya mahal. Sudah merepotkan para pekerja kebun, menghabiskan uang lagi. Aku pasti dibenci banyak orang, kan? Padahal, ketua tabib dan dokter bilang aku akan baik-baik saja hanya dengan minum obat. Tapi, kaisar sialan itu tetap bersikeras mengganti semua bunganya.
Untunglah! Setidaknya, bunga roscena tidak memiliki serbuk sari. Dengan begitu, Chandler tidak perlu membuang semua bunga nasional kekaisaran itu demi alergiku. Karena aku yakin kalau orang-orang akan semakin membenciku kalau Chandler membuang bunga kebanggaan kekaisaran karena aku. Haha...
"Apa anda baik-baik saja, Nona?" tanya Abel.
Kami berdua tengah duduk di taman bunga yang baru dibangun sambil menikmati keindahan tamannya. Chandler sedang sibuk mengancam para petinggi dan pemimpin setiap wilayah di kekaisaran. Ah, maksudnya sibuk membahas perubahan undang-undang baru dengan mereka. Karena kemarin dia sudah mangkir seharian dari ruang rapat karena menjagaku, hari ini dia harus bekerja lebih keras.
"Iya, saya baik-baik saja, Abel!" kataku disertai senyum manis.
Abel memasukkan kue coklat ke dalam mulutnya. Mulai mengunyah. Dia kembali memasukkan kue vanila, roti kering, kue jahe dan camilan lain ke dalam mulutnya. Aku tersenyum. Abel terlihat seperti tupai yang membawa banyak kacang kenari di dalam mulutnya. Lucu sekali!
Abel tidak sempat makan banyak camilan kemarin karena aku tiba-tiba alergi serbuk bunga. Jadi, sekarang dia harus makan sampai puas dong.
Aku tersenyum. Melihat Abel makan saja rasanya aku sudah kenyang.
"Wuah, coba lihat siapa ini!" kata seorang gadis dengan rambut merah bergelombang dan manik mata abu-abu.
Aku menyipitkan mataku. Menatapnya tajam. Dia adalah Medeline En Amberly, putri pertama dari Marquiss Amberly. Sama seperti ayahku, ayah Medeline juga terobsesi menjadikan putrinya sebagai calon ratu. Bedanya, obsesi ayahku berhasil dan dia gagal. Dan, entah kenapa aku senang dengan fakta kalau aku menang darinya. Ah, mungkin karena Medeline sama dengan Alesha. Mereka berdua adalah orang yang membenciku tanpa alasan. Di mata mereka, aku adalah putri baron miskin yang selalu berbuat salah. Mau langit terbelah jadi dua atau salju turun di bulan September. Itu semua adalah kesalahanku.
"Putri Baron miskin yang terobsesi jadi ratu." katanya sembari mengibaskan rambut merahnya.
Aku menatapnya tajam. Aku sedang marah sekarang. Tapi, aku masih bisa menahannya. Lagipula, kalimat seperti itu sudah biasa aku dengar. Ucapkan terima kasih banyak pada obsesi ayahku!
Medeline menatap Abel yang menundukkan kepalanya.
"Dan, anak pungut yang tidak tahu tempatnya!" katanya sembari menatap Abel remeh.
Deg! Darimana Medeline tahu tentang status Abel? Padahal, hanya beberapa orang saja yang tahu. Chandler. Pelayan kembar. Maybeline. Aku dan Flo. Keempat ksatria inti kepercayaan Chandler saja tidak tahu apapun soal Abel. Mereka semua meyakini kalau Abel adalah anak haram Chandler.
Chandler selama ini sengaja menyebarkan rumor kalau Abel adalah anak haramnya. Walau sebenarnya anak haram adalah hal yang dianggap tabu oleh kekaisaran. Tapi, setidaknya Abel memiliki darah kekaisaran dan darah wanita lain yang tidak diketahui status dan keberadaannya. Setidaknya, Abel tetap memiliki hak waris walaupun dia hanya setengah keturunan kaisar. Kalau sampai semua orang tahu status Abel yang sebenarnya, mereka pasti akan meminta Abel turun dari jabatannya sebagai putra mahkota. Karena Chandler tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi, orang-orang pasti akan berusaha membunuh Abel.
Mereka juga pasti akan membunuhku agar Chandler tidak punya ahli waris. Wanita lain yang akan dijadikan ratu juga pasti akan dibunuh.
Tidak! Aku tidak boleh membiarkan hal itu. Abel harus tetap jadi pewaris takhta kekaisaran. Dan, yang paling penting, dia harus tetap hidup! Soalnya, cuma dia yang akan jadi pewaris takhta karena aku jelas tidak akan punya keturunan dengan Chandler.
"Kalian berdua benar-benar cocok! Sama-sama tidak tahu diri!" katanya sembari menatap aku dan Abel remeh.
Bruk!
Aku menggebrak kedua tanganku di atas meja. Abel tersentak. Begitu juga dengan Medeline. Wajahku merah karena jantungku memompa darah dengan lebih cepat. Aku menatap Medeline tajam. Aku masih bisa bersabar jika Medeline hanya menghinaku. Tapi, aku tidak bisa membiarkan dia menghina Abel begitu saja.
"Nona Amberly! Saya harap anda menjaga bibir anda jika mau kepala anggota keluarga anda tetap menempel dengan tubuhnya!" kataku sembari tersenyum manis.
Medeline sedikit tersentak. Entah keberanian darimana yang berhasil ia dapatkan, Medeline kembali memasang senyum remeh.
"Statusmu bahkan masih belum jelas! Tanpa perubahan undang-undang itu, kau belum tentu bisa jadi ratu. Bersikaplah sesuai tempatmu, Yang Mulia Ratu!" katanya sembari mendorong tubuhku.
Abel terlihat ketakutan. Ini adalah pertama kalinya seseorang terluka karena membelanya.
"Aku akan bersikap sesuai tempatku sesuai saranku, Nona Amberly! Dan, jangan lupa kalau 'tempatku' bisa membuatku menghukummu dengan sesuka hati!" kataku sembari memelotot.
"Sebaiknya anda dengarkan ucapan Nona Elixi, Nona Amberly! Itupun jika anda masih sayang kepala anda!" kata seseorag di belakangku.
Aku menoleh.
Cahir?!
Medeline menatapku galak. Dia menggigit bibir bawahnya. Kemudian pergi begitu saja. Aku menatap punggungnya dari tempatku berdiri.
"Apa anda baik-baik saja, Abel?" tanyaku begitu sosok Medeline hilang ditelan barisan pepohonan besar.
Abel mengangkat kepalanya. Dia tersenyum dengan manis. Tubuhnya masih bergetar. Tapi, dia terlihat jauh lebih baik.
"Saya baik-baik saja, Nona Althea! Terima kasih sudah membela saya!" katanya.
"Saya tidak membela anda. Anda kan tidak salah apa-apa. Saya hanya mengatakan kebenarannya!" kataku sembari mengusap pipi Abel.
"Iya, Nona Althea pemberani sekali!" katanya. Masih dengan senyuman manis yang sama.
Aku tersenyum. Menatap Cahir yang berdiri di belakangku.
"Terima kasih atas pembelaan anda, Tuan Acchya!" kataku sembari menundukkan kepalaku.
"Sudah tugas saya untuk melayani keluarga kekaisaran, Nona!"
"Kalau begitu, saya dan Abel pamit undur diri. Sekali lagi terima kasih!"
Aku menggandeng tangan Abel. Kami berdua hendak melangkah pergi ketika Cahir menggenggam pergelangan tanganku. Aku menoleh. Menatap genggaman tangan itu. Kemudian, menatap Cahir.
Apa yang dia lakukan sekarang di depan anak yang akan jadi putra tiriku? Dia ingin menyebabkan rumor aneh tak berdasar yang bisa merugikan semua orang, ya?
"Lepaskan tangan saya, Tuan Acchya!" kataku dingin.
Wajahku pias. Rasanya terlalu menyakitkan bicara sedingin ini pada Cahir. Tapi, aku harus melakukannya. Aku tidak mau ada rumor yang bisa memperburuk suasana.
"Tidak bisakah anda meluangkan waktu untuk bicara dengan saya?" tanya Cahir dengan wajah sedih.
Kelopak mataku turun. Aku juga ingin bicara dengannya. Aku ingin mengatakan semuanya dengan jujur. Tapi, aku tidak bisa. Semuanya sudah terjadi. Dan, aku harus memperbaiki kesalahanku. Aku tidak mau merugikan siapapun lagi.
"Tidak ada hal yang ingin saya katakan pada anda!" kataku sekali lagi.
Manik mata biruku menatap Cahir tajam.
Grt!
Cahir menggigit bibir bawahnya. Dia mempererat genggaman tangannya pada pergelanganku.
"Lepaskan ratuku!" kata Chandler dingin sembari menarikku ke pelukannya.
Cahir tersentak. Dia segera melepaskan genggaman tangannya.
Jder!
Suasana macam apa ini? Kenapa atmosfernya terasa begitu mencekam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor, Please Obey Me!✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Kaisar gila itu menyukaiku karena ramuan cinta. Dan, sekarang efek ramuannya sudah hilang. Aku bisa melihat tiang gantung di alun-alun ibukota. Apa yang harus aku lakukan?!?!?! Start: 20 April 2022 End: 7 Agustus 2022